○●○Veel Plezier○●○
Raymond memandangi Selona dengan tatapan datar. Setelah tadi diperiksa oleh dokter. Selona dinyatakan hanya sedang tertidur. Namun anehnya, mata perempuan itu tidak kunjung juga terbuka. Jadi, Raymond memutuskan untuk membawa pulang Selona dan menyuruh dokter saja untuk memeriksa Selona keesokan nya.
Melihat pelipis perempuan itu kembali dipenuhi keringat, Raymond kembali mengambil tisu dan mengelap wajah Selona dengan begitu telaten.
Kemudian, Raymond mengambil kursi dan menyimpannya tepat di sebelah ranjang perempuan itu. Lelaki itu mulai duduk sembari terus memerhatikan Selona.
Setelah beberapa saat, Raymond mulai menengadah sembari memerhatikan sekitar ruangan kamar perempuan itu. Melihat ponsel Selona di atas meja rias, Raymond lantas mengambilnya.
Ternyata kehabisan baterai.
Sambil mengisi daya, Raymond mulai menyalakan ponsel itu dan langsung saja mendapati banyak notifikasi yang belum perempuan itu buka. Termasuk panggilan teleponnya malam itu.
Dahinya mengerut sembari membuka kunci sandi ponsel itu. Dan... itu terbuka.
Bagaimana mungkin dia tidak tahu jika Selona sendiri yang memberitahukan kepadanya. Dan yang membuatnya tidak habis pikir adalah, bahwa perempuan itu menggunakan tanggal dan tahun lahirnya sebagai sandi ponselnya.
Setelah puas memeriksanya, Raymond langsung menyimpan ponsel itu dan kembali menaruh fokus kepada Selona.
Perempuan itu masih belum bangun juga. Dia benar-benar tidur seperti mayat.
Melihat waktu menunjukkan pukul dua dini hari, Raymond kembali memeriksa suhu tubuh Selona.
Setelahnya, lelaki itu berniat pergi menuju kamarnya. Namun saat berada di dekat pintu kamar, Raymond tidak sengaja mendengar Selona bergumam pelan dan mengira perempuan itu telah bangun.
Dengan cepat, Raymond mendekat untuk bertanya apakah perempuan itu membutuhkan sesuatu. Nyatanya, mata perempuan itu sama sekali tidak terbuka.
Selona hanya mengigau.
"Tolong... aku ingin... kembali..."
Raymond mengernyit bingung tapi masih berdiri di sana.
"Ayah... biarkan... aku... pergi... kumohon..."
Raymond kembali bingung. Bukankah Selona baru beberapa hari yang lalu telah bertemu Ayahnya? Bahkan lelaki tua itu tidak sekalipun menahannya atau memaksakan kehendaknya.
"Tolong aku... aku kesakitan... leherku... patah..."
Raymond tiba-tiba saja merasa suasana ini telah berubah menjadi momen horor. Segera, lelaki itu mencoba membangunkan Selona.
"Selona"
Selona mulai merasa gelisah dalam tidurnya. Keringat juga kembali bermunculan. Hingga air mata telah membasahi pipinya.
"Tolong... siapapun... aku ingin keluar... dari tempat... ini..."
Raymond menggoyangkan tubuh Selona untuk membuatnya terbangun tapi itu sepertinya mustahil. Selona malah bertambah gelisah.
"Tidak, jangan mendekat... aku... masih... ingin hidup..."
Raymond duduk tepat di pinggir ranjang dan kembali menggoyangkan tubuh Selona. Sesekali memanggil nama perempuan itu. Tampaknya, Selona sedang bermimpi buruk.
"Heros... jangan... kumohon... aku... ingin bangun..."
Air mata Selona terus saja membasahi kedua pipinya. Bahkan bantalnya sudah menjadi lembab. Raymond menjadi cemas melihatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Selona [END]
FantasyKematian yang sungguh mengenaskan membuat jiwa Nomia menjadi tidak tenang dan hal itu membuatnya berakhir memasuki tubuh seorang perempuan yang telah mati akibat bunuh diri. Mungkin semesta memberinya kesempatan kedua untuk membuatnya menjalani kehi...