08. Selona Demam.

27.3K 1.5K 77
                                    

○●○Veel Plezier○●○

Selona berdiri tepat di depan rumah Ibu mertuanya. Semula tangannya terkepal kuat, tapi perempuan itu berusaha menenangkan diri dan menjadi melunak.

Setelah merasa puas, Selona mulai berjalan di sekitar lingkungannya dahulu. Dia sebenarnya hanya ingin melihat pemakaman nya, tapi Selona tidak tahu mereka menguburkan jenazahnya di mana.

Sebelumnya, sudah dua pemakaman yang telah di datanginya tadi. Namun, semuanya tidak terdapat makamnya.

Selona terus berjalan hingga langkah kakinya terhenti ketika melihat mobilnya telah menjadi rongsokan. Teringat kembali akan kejadian itu.

Selona langsung mundur beberapa langkah. Wajahnya telah berubah pias. Bagaimanapun, dia masih belum melupakannya. Itu, itu mustahil.

Saat berbalik, Selona tidak sengaja melihat Heros mengendarai mobilnya masuk ke dalam pekarangan rumah. Kakinya gemetaran, dan teringat saat Heros mengatakan bahwa barang buktinya telah dia hanguskan. Mereka benar benar telah merencanakannya dengan sangat baik.

Tidak terasa air mata Selona mengalir. Perempuan itu langsung menyekanya dan segera pergi dari lingkungan itu.

Saat berada di dalam taksi, Selona tidak henti-hentinya memikirkan ketiga orang itu. Akan tetapi, saat ini dia bukan lagi Nomia, melainkan Selona. Balas dendam nya mungkin hanya semakin memperkeruh keadaan. Melihat bagaimana mereka bertiga tega merencanakan pembunuhannya untuk uang asuransi jiwa Nomia, itu sudah menjelaskan betapa kejam nya mereka.

Selona menarik napasnya dalam-dalam. Saat ini kepalanya terasa seakan ingin pecah. Belum lagi, tubuhnya sedikit lebih hangat dari biasanya. Mungkin hal itu terjadi karena akhir akhir ini dia tidur lebih sedikit.

Selona mulai menghentikan taksi dan memutuskan pulang ke rumah Raymond untuk beristirahat.

○●○●○●○

Di kantornya, Raymond begitu serius menanggapi permasalahan perusahaan. Sebagai wakil perusahaan, lelaki itu selalu memaksimalkan kinerjanya.

Setelah beberapa waktu, akhirnya Raymond bisa bersantai. Melihat waktu yang menunjukkan pukul tujuh malam, Raymond segera berdiri. Lelaki itu berniat mengunjungi Darren di klub lelaki itu.

Setibanya di klub, Raymond memandangi sekelilingnya. Mencari-cari seseorang yang dapat menarik perhatiannya. Hingga kedatangan Darren, lelaki itu belum menyadarinya.

"Kupikir kau akan berhenti karena telah bertunangan, nyatanya kau masih sama saja"

Raymond mendecih dan mulai memasuki ruangan VIP bersama dengan Darren. Setelah duduk, lelaki itu segera mengeluarkan Vape-nya dan menghisapnya.

Tiba-tiba terdengar helaan napas dari Darren. Raymond segera menaruh fokus kepada sahabatnya itu. "Mia lagi?" tebak Raymond dan dibalas anggukan oleh Darren.

Raymond tidak habis pikir dengan Darren. Umur mereka bahkan akan menyentuh kepala tiga, tapi lihatlah Darren, masih mencintai perempuan yang sama. Seperti tidak ada perempuan yang lain saja.

"Ayolah bung, dia sudah bertunangan dengan seorang miliarder dan sepenuhnya akan bahagia. C'mon, jangan menjadi perusak hubungan mereka"

Darren menatap sinis ke arahnya. Jika saja Vape itu dekat dengannya, sudah dipastikan benda itu telah melayang ke arah Raymond saat iniq. Dia bersungguh-sungguh dengan itu.

"Seperti kisah cintamu bahagia saja!"

Celetukan itu langsung membuat Raymond tertawa keras dan temtu saja Darren segera memberinya tatapan tajam.

I'm Selona [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang