27. Suasananya Canggung.

16.8K 1K 2
                                    

○●○Veel Plezier○●○

"Itu, tidak akan terjadi lagi. Terimakasih, tapi sepertinya aku harus segera kembali" ucap Selona begitu cepat sembari menunjuk ke arah luar menggunakan kedua jempolnya.

Setelahnya, Selona segera berbalik dan pergi. Saat di luar pintu atap, perempuan itu berhenti sebentar. Tangannya secara refleks menyentuh atas dadanya yang terasa berdebar-debar. Itu situasi tercanggung yang pernah dia hadapi. Dia harus pintar-pintar menghindarinya. Selona geleng-geleng kepala sembari menuruni tangga darurat.

Kembali ke ruangan rawatnya, Selona dikejutkan dengan kehadiran Bibi Dorones. Merlin sudah tidak terlihat lagi. Sepertinya perempuan itu memilih kembali.

"Bibi di sini?"

Kepala Pelayan itu mengangkat kepalanya dan segera menoleh pada Selona yang baru saja menutup pintu.

"Tentu saja. Saya tahu jelas Nona Selona pasti membutuhkan saya. Sudah makan siang?"

Selona menggeleng dengan cemberut. Padahal di atas nakas di depannya sudah tersedia makanan rumah sakit yang dibawa oleh perawat. Tapi itu tidak disentunya sedikitpun.

Perempuan itu mulai naik ke atas ranjang dan duduk di sana sembari menanti Dorones dengan sangat bersemangat.

Kepala Pelayan itu mulai mengeluarkan satu per satu makanan buatannya, membuat Selona tersenyum senang. Itu berkali-kali lebih enak dibandingkan makanan yang rumah sakit ini sediakan.

Mengingat itu, Selona mulai menatap Bibi Dorones dengan cemas.

"Bagaimana jika dokter atau perawat melihatku makan ini, Bibi? Mereka pasti akan memarahiku"

Dorones begitu tenang dan itu berbanding terbalik dengan Selona. Sepertinya Dorones sudah sangat berpengalaman.

"Saya sudah biasa menghadapi hal seperti ini, Nona. Anda juga mengingatkan saya pada Tuan Raymond ketika dirawat di rumah sakit. Sama persis"

"Tidak hanya Mondy, Bibi. Semua orang juga pastinya tidak terlalu suka makanan rumah sakit yang biasanya hambar" timpal Selona dengan bibir mengerucut.

Dorones membawa makanan itu ke hadapan Selona. Setelah menyiapkan meja kecil di depan perempuan itu, Dorones mulai menatanya di sana.

"Saya akan mulai berjaga di luar, Nona. Anda makan saja dengan tenang di sini"

Kedua mata Selona berbinar dengan kepala yang mengangguk-angguk. Perempuan itu mulai makan dengan lahap. Setelah merasa kenyang, Selona mulai meminggirkan makanan itu sembari merapikannya sedikit.

"Bibi" panggilnya sedikit pelan.

Setelah beberapa saat, terlihat pintu ruang rawat inap terbuka. Tapi bukannya Dorones yang masuk, melainkan dokter.

"Dengan pasien Selona Horanna? Anda—" Perkataan dokter perempuan itu mengantung saat melihat Selona menutup kedua matanya dengan rapat. Ketika melihat bekas wadah makanan itu, dia cukup mengerti.

"Jadi namamu Selona Horanna? Itu sangat indah"

Refleks Selona membuka kedua matanya mendengar pujian itu. Melihat dokter di atap tadi kini telah berada di depannya, lantas membuat mulutnya seketika terbuka. Dengan cepat satu tangannya segera menutupnya.

Dokter itu berdiri, meliriknya dengan tersenyum manis. Selona menunduk sembari menjawab. "Ya, aku Selona"

Dokter itu menunduk sebentar sembari melihat kertas data pada tangannya. Seketika dahinya mengerut.

Ketika akan membuka mulutnya untuk berbicara, dokter perempuan dengan nama tag Ifya Gorgesa itu seketika terhenti karena seseorang yang membuka pintu.

"Anda sudah makan, Non—" tampaknya saat ini Dorones merasa kecolongan.

I'm Selona [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang