46. Tetap Bersamaku.

14.4K 903 9
                                    

○●○Veel Plezier○●○

Setelah pertemuan terakhirnya dengan Raymond, Selona tidak pernah lagi mendengar atau melihat Raymond meneleponnya lagi. Hal itu justru membuatnya bertanya-tanya.

Setelah mengeluarkan tiket pesawat, visa dan paspornya dari dalam tas. Selona segera memeluk kedua orang tuanya.

"Aku akan merindukan Ayah dan Ibu"

Astrid menyeka air matanya yang sudah jatuh. Bahkan belum pergi pun, dia sudah merindukan putrinya itu.

"Ibu akan sering-sering berkunjung. Ibu berjanji tidak akan terlalu sibuk lagi, Lona"

Astrid menginjak kaki Setoshi yang tidak juga berkata-kata, padahal putrinya akan pergi dalam beberapa menit lagi. Sungguh, Astrid jadi gemas sendiri.

"Nanti Ayah akan mengosongkan jadwal Ayah saat toko kuemu sudah buka"

Selona tertawa kecil dan kembali memeluk Astrid dan Setoshi. Walaupun pertemuannya dengan mereka berdua begitu singkat setiap harinya, tapi Selona bisa merasakan kasih sayang dari keduanya.

"Ingat kesehatan Ibu dan Ayah saja, kalau begitu, Lona pergi dulu. Titip salamku pada Aayri, tanya dia kalau Lona tidak akan memaafkan perbuatan terakhirnya" sungut Selona sehingga Astrid segera menenangkan.

Pada akhirnya, Selona memilih memanggil Yuri sebagai Aayri, karena perempuan bergigi ginsul itu memang pantas mendapatkan identitas baru. Dia harap, Selona yang asli melihat hal ini dan memahaminya dengan baik, bahwa Aayri tidak seburuk yang perempuan itu pikirkan.

"Ibu akan memarahinya untukmu... sana, masuklah"

Selona mengangguk dan berjalan pergi meninggalkan Astrid dan Setoshi yang masih melambai padanya. Perempuan itu kini meninggalkan ketiganya dengan hati yang sangat tenang. Berharap ketiganya akan selalu merasa bahagia tanpa terganggu apapun. Begitupun dengannya yang membatasi diri untuk kembali ke tempat ini lagi. Karena sejatinya, dia bukanlah Selona yang asli, dia tidak berhak berharap lebih pada kehidupan orang lain.

———

Beberapa jam berlalu, Selona berjalan mencari-cari keberadaan Ifya. Hari ini, perempuan itu berjanji akan menjemputnya di Bandara ketika tiba. Namun, bukannya sosok Ifya, malah Raymond yang tampak berjalan dengan langkah tegas ke arahnya.

Padahal kali terakhir, Selona mengira Raymond tidak akan lagi menganggunya.

"Apa yang kau lakukan di sini?" Tanya Selona.

Raymond tidak mengatakan apapun, lelaki itu malah mengambil satu tangan Selona dan membawanya keluar dari Bandara. Setelah memasangkan sabuk pengamannya, Raymond segera berlari ke kursi kemudi. Di sampingnya, Selona masih menatapnya dengan raut wajah bertanya-tanya.

"Kita ingin ke mana?" Tanya Selona lagi ketika merasa mobil sudah bergerak.

Raymond tampak acuh dan terus berkemudi hingga setengah jam. Sepanjang jalan, Selona baru tahu saat Raymond berbelok. Itu menuju ke Kompleks Lukana, kediaman Raymond. Lelaki itu sepertinya sudah tidak waras.

"Pinggirkan mobilmu, Raymond"

Raymond melirik sekilas lalu menggeleng. "Apa kau tidak ingin mengambil buku harianmu di rumahku? Setidaknya jika ingin berpisah dariku, bawa juga barang-barangmu untuk ikut bersamamu"

Ah, buku harian itu. Selona memang sengaja tidak membawanya saat akan ke Jepang karena takut Aayri dan Astrid akan melihatnya, tapi mendengar Raymond mengatakannya barusan, dia merasa cukup terganggu. Kemudian Selona membalas dengan singkat. "Baiklah"

Hening.
Tidak ada lagi yang membuka percakapan hingga mereka tiba di depan rumah Raymond. Tanpa berlama-lama, Selona langsung melepas sabuk pengamannya lalu keluar dan berlari untuk naik ke atas.

I'm Selona [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang