54. Bonus Chapter II

17.5K 856 12
                                    

Bonus Chapter.

Sebuah mobil mercy berwarna hitam kini berhenti sebelum pintu masuk RSJ Hanim. Lelaki yang duduk dikursi kemudi kemudian menoleh dan menatap perempuan itu dengan ragu.

"Kau yakin?"

Anggukan penuh keyakinan itu membuat Raymond mendengus. Lelaki itu takut jika perempuan itu akan kembali sakit, meskipun telah berkali-kali disangkal oleh perempuan itu sendiri. Yang katanya, 'tidak, aku sudah baik-baik saja. Bahkan aku sudah tidak perlu konsultasi lagi dengan Ifi. Tenang saja, aku sudah sehat kok'

Bagaimana Raymond bisa tenang jika seringkali mendapati perkataannya sekarang dengan tingkahnya dulu yang saling bertolak belakang.

"Aku sudah baik-baik saja, Raymond"

Lirikan tajam itu membuat Selona mengatupkan bibirnya dan segera mengoreksi, "—Mondy"

Nahkan, bahkan Selona sudah sering melupakan nama panggilan itu. Padahal saat mengerjainya di rumah sakit beberapa hari yang lalu, dia terdengar sangat meyakinkan dengan panggilannya.

Selona merasa lelaki itu masih belum yakin sepenuhnya. Terlihat jelas dari mata sipitnya yang tiada henti-hentinya melirik ke arah Selona lalu melirik lagi ke dalam kawasan rumah sakit jiwa itu.

"Kau membawa obatmu?"

Selona kembali mengangguk dan mengeluarkan wadah pil obat yang tidak pernah lagi dikonsumsinya.

"Bagaimana jika kau pingsan ketika melihatnya?"

Tangan Selona yang sedang sibuk melepaskan sabuk pengaman seketika terhenti dan menatap pada Raymond. Perempuan itu hanya bisa geleng-geleng kepala mendengar perkataannya. Itu terlalu berlebihan.

"Tidak akan, aku yakin itu"

Selona berhasil melepaskan sabuk pengamannya dan hendak membuka pintu mobil, tapi ternyata masih terkunci. Jadi perempuan itu kembali melihat Raymond yang masih tampak cemas.

"Kau ada bersamaku, Ray—Mondy..." ralat Selona, lalu tersenyum manis sehingga Raymond menjadi melunak. "Aku akan baik-baik saja selama kau menemaniku, percayalah"

"Baiklah, tapi..."

Tapi apa lagi wahai Raymond Yolano?

"Biasakan untuk memanggilku Mondy, not Raymond. Okay?"

Selona mengernyit, bukankah dahulu Raymond tidak suka dipanggil Mondy? Itu yang Selona tuliskan dibuku hariannya.

"Harus Mondy?"

Raymond mengangguk dengan bibir mengerut.

"Bukannya kau tidak suka jika dipanggil dengan nama itu? Kau mengatakan nama itu sangat konyol dan berisik. Bukankah demikian?"

Mereka berdua kini berdebat singkat di dalam mobil hanya karena perkara nama panggilan.

"Itu beda. Kau dan dia berbeda. Aku suka ketika kau yang mengatakannya. Itu terdengar tidak dibuat-buat"

Selona merasa geli sendiri. Tidak dibuat-buat katanya? Padahal dia harus berakting untuk mengucapkannya dengan baik agar terdengar begitu meyakinkan. Malah dia yang harusnya terdengar dibuat-buat, bukan?

"Padahal yang aslinya memang tidak dibuat-buat" gumamnya.

Selona kembali memasang senyum manis kala melihat raut wajah Raymond yang akan kembali kesal. "Ayolah, Mondy... Sebentar saja yaa?"

Raymond tidak mengatakan apa-apa, tapi tangannya telah membuka pintu mobil.

"Jika kau merasa tidak nyaman, cepat beritahukan"

I'm Selona [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang