○●○Veel Plezier○●○
Hari ini Ibukota begitu padat. Sepanjang mata memandang, hanya ada kendaraan beroda yang saling berdempet-dempetan. Itu dikarenakan ulah mahasiswa dan mahasiswi yang sedang sibuk mengeluarkan aspirasi mereka. Tentunya itu hal yang baik jika dilakukan bukan diwaktu sore hari seperti ini.
Di dalam mobilnya, Wenon melirik Selona yang duduk dikursi penumpang. Tampak perempuan itu menghela napas dengan wajah yang muram. Tentunya itu sukses membuatnya merasa begitu bersalah. Ini salahnya. Sejak tadi Selona sudah ingin diantar pulang setelah dari rumah sakit, tapi Wenon malah ingin mengajak perempuan itu untuk melihat pantai.
Sekarang, lihat saja bagaimana mereka yang sedang terjebak kemacetan panjang.
"Aku ada cokelat, mau?" tawarnya.
Selona menoleh ke samping, pada Wenon. Melihat laki-laki itu begitu sibuk merogoh ke belakang, tampak seperti ingin mengambil sesuatu.
Belum sempat Selona berkata, Wenon sudah menyimpan satu kantong besar camilan di depannya. Hal itu tentu saja membuat perempuan itu tersenyum senang. Siapa yang tidak suka camilan.
"Kapan kau membelinya?" tanya Selona dengan mata yang lebih cerah. Perempuan itu tampak sangat bersemangat daripada beberapa menit yang lalu.
Bukannya menjawab, Wenon malah ikut tersenyum dengan mata yang terus memerhatikan Selona. Sudut bibir lelaki itu melengkung dan kemudian bertanya, "kau suka?"
Tentu saja, Selona mengangguk antusias dan segera membuka bungkus cokelat yang berada di tangannya. Kekesalannya pada Wenon tiba-tiba berubah ketika merasakan rasa manis dan sedikit pahit itu telah memenuhi indera perasanya.
Hal itu tidak pernah terlepas dari pandangan Wenon.
"Ini manis, kau mau?"
Wenon menggeleng pelan. "Untukmu saja, Lona"
Selona sekilas melihat pada Wenon lalu kembali menaruh perhatiannya pada sebatang cokelat yang laki-laki itu berikan padanya. Saat kembali mengunyahnya, dia teringat karena belum sempat berterima kasih.
"Terimakasih, Wenon"
○●○●○●
Setelah menempuh perjalanan yang cukup panjang, akhirnya mereka berdua telah sampai di pantai. Seharusnya perjalanan mereka hanya membutuhkan waktu satu setengah jam, tapi karena jalanan yang macet, jadi mereka baru tiba saat setengah delapan malam.
Saat ini Selona telah keluar dari mobil milik Wenon. Perempuan itu langsung berlarian mendekati bibir pantai. Setelah sampai, perempuan itu segera menghirup udara sekitar dengan sangat rakus. Ini sungguh menenangkan.
Ketika akan maju beberapa langkah ke depan, Wenon segera menahannya dengan menarik tangannya pelan. Lelaki itu menggeleng dengan raut wajah cemas.
"Ini sudah malam, Lona. Bermain air laut dijam seperti ini hanya bisa membuatmu terserang flu"
Tampak Selona tidak menyetujuinya. Bibir perempuan itu telah mengerucut dengan alis yang hendak akan menyatu.
"Jadi kita ke pantai hanya untuk melihat-lihatnya saja, really?"
Tadinya bukan seperti itu. Bahkan Wenon sudah menyiapkan baju ganti dan handuk untuk mereka berdua. Dia juga sudah menyewa vila di dekat sini jika perempuan itu masih betah ingin bermain. Namun itu tidak berjalan baik dan mereka tiba saat malam hari.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Selona [END]
FantasiKematian yang sungguh mengenaskan membuat jiwa Nomia menjadi tidak tenang dan hal itu membuatnya berakhir memasuki tubuh seorang perempuan yang telah mati akibat bunuh diri. Mungkin semesta memberinya kesempatan kedua untuk membuatnya menjalani kehi...