07. Teringat Lagi, Bagai Mimpi Buruk.

27.7K 1.6K 73
                                    

○●○Veel Plezier○●○

Beberapa menit sebelum kepulangan Selona.

Raymond memarkirkan mobilnya ke dalam garasi. Lelaki itu hendak meminta pertolongan kepada Darren, tapi segera terhenti ketika mendengar suara mobil kini berhenti tepat di depan rumahnya.

Raymond berjalan mendekat dan seketika melihat Selona keluar dari mobil lelaki asing itu.

Jika tahu bahwa perempuan itu akan kembali diantar pulang oleh seseorang. Raymond tidak akan mau repot-repot mencari Selona.

Dia sudah membuang-buang waktu dan tenaganya.

Raymond berjalan memasuki rumahnya dan melihat semua Pelayan masih menunggu dengan cemas. Lelaki itu kemudian berdehem dan berkata. "Dia akan pulang sebentar lagi"

Lelaki itu segera berjalan menuju sofa ruang tamu. Setelah duduk, Raymond mulai memainkan ponselnya dan mulai membalas pesan dari semua perempuan yang telah mengirimkannya pesan masanger.

Saat sudah membalas semua pesan mereka. Bel pintu kini berbunyi dan Selona mulai masuk dengan kondisi yang cukup memprihatinkan.

Raymond kemudian melirik Selona dari atas ke bawah. Pandangannya lantas tertuju kepada kaki dan juga jaket yang perempuan itu kenakan. Dan jangan lupakan juga tentengan paperbag minimarket disalah satu tangannya.

"Kenapa lama sekali, sayang? Lihat semuanya menantimu dengan sangat cemas. Mereka semua masih terjaga karena kau yang masih berkeliaran di luar sana. Untung saja hal ini tidak sampai terdengar ditelinga Ibu"

Raymond menikmati momen ini. Biasanya jika dia mengatakan hal itu, Selona akan segera datang padanya dan langsung meminta maaf. Selona akan membujuknya agar tidak marah berlebihan. Namun sepertinya itu berbeda kali ini, Selona malah pergi tanpa mengatakan sepatah kata pun kepadanya.

Raymond melongo melihatnya, dengan cepat lelaki itu berlari mendekati Selona dan mulai menggenggam tangannya.

"Ada apa, sayang? Kau marah kepadaku?"

Selona tidak mengatakan apapun dan malah melepaskan genggaman tangan itu. Lalu berujar, "Aku lelah dan ingin beristirahat"

Setelahnya, Selona terus menaiki anakan tangga itu tanpa menoleh lagi. Raymond terus memandangi Selona dan langsung saja perhatiannya kini tertuju kepada tumit perempuan itu yang terluka.

Raymond menoleh kepada Pelayan dan mulai memerintah. "Segera pergi dan obati luka, Selona. Aku tidak ingin mendengar jika keesokan harinya dia terbangun dan malah merengek kepadaku"

Setelah mengatakannya,  Raymond segera naik dan memasuki kamarnya sendiri yang berada tepat di sebelah kamar Selona.

Di kamarnya, Selona langsung menjatuhkan tubuhnya di atas ranjang empuk. Malam ini dia begitu kelelahan dan langsung tertidur dengan gaun dan jaket yang masih menempel ditubuhnya.

Saat ketiga Pelayan itu masuk ke kamarnya, Selona tidak terbangun lagi dan terlelap begitu nyenyak.

Ketiga Pelayan itu menginterupsi mulai agar mereka tidak berisik supaya tidak mengganggu tidur Nona Selona.

Selesai mengganti pakaian Selona dengan sangat hati-hati. Mereka juga telah memberikan selep pereda sakit ditumit Selona. Setelahnya ketiga Pelayan itu langsung keluar sembari mematikan lampu.

Satu jam kemudian,  Selona mulai bergerak gelisah di dalam tidurnya.

"Tolong... biarkan aku hidup..."

Selona bergumam dengan tangan yang mulai bergerak gelisah.

"Tolong aku... Heros..."

Bulu mata perempuan itu bergerak gerak dengan air mata yang terus keluar begitu saja. Di dalam tidurnya, Selona kembali memimpikan kejadian beberapa waktu yang lalu. Hal itu membuatnya begitu gelisah. Namun anehnya, matanya tidak kunjung juga akan terbuka.

I'm Selona [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang