38. Bercerita Sepanjang Malam.

14.8K 944 12
                                    

○●○Veel Plezier○●○

Tringgg!

Selona terperanjat dari tidurnya dan langsung terduduk lemas di atas ranjang. Napasnya yang tidak beraturan kini berangsur-angsur membaik. Saat sudah merasa lebih baik, perempuan itu segera mematikan alarm dari ponselnya.

Ketika melihat jam menunjukkan pukul dua belas malam, Selona segera menunduk dan meremas rambutnya secara kasar. Itu menunjukkan sudah dua alarm yang terlewatkan olehnya.

Dia harus minum pil obatnya lagi.

Selona langsung mengambil tasnya dan merogoh ke dalam. Tampak wadah kecil berisikan pil obat yang diberikan Ifya untuknya. Tanpa ragu dia mulai memasukan dua pil sekaligus ke dalam mulutnya. Sembari berusaha menelannya, Selona berdiri untuk keluar dari kamarnya. Dia butuh air mineral.

Untungnya rumah ini tidak sebesar kediaman Raymond atau yang diujung Kota, jadinya dia dengan cepat menemukan letak keberadaan dapurnya.

Setelah minum, Selona hendak kembali ke kamarnya lagi. Namun perempuan itu malah berpapasan dengan Ibunya yang hendak ingin masuk ke dapur.

Belum sempat Selona menyapa, Astrid sudah memeluknya.

"Lona baik?" tanya wanita itu sembari melepaskan pelukannya.

Selona tertegun sesaat ketika melihat raut wajah penuh kecemasan dari Astrid yang diperuntukkan untuknya. Sesekali pandangannya turun dan melihat tangan Ibunya yang mengelusi lembut tangan miliknya.

"Aku baik-baik saja, Bu"

Cukup lama Astrid melihat putrinya, lalu tersenyum dengan kepala mengangguk. Sebetulnya dia ingin bertanya beberapa hal pada putrinya itu, tapi urung saat melihat Selona begitu tidak nyaman.

"Lona lapar, tidak? Mau Ibu buatkan sesuatu?"

Selona menyentuh perutnya lalu mengangguk.

Mereka berdua kini duduk berhadapan dengan Astrid yang terus memerhatikan Selona. Tentunya tatapan cemas itu terlihat jelas dimata Selona, kemudian Selona segera berucap, "jika ingin bertanya, tanyakan saja Bu. Lona tidak masalah kok"

Astrid terpaku beberapa saat, lalu benar-benar bertanya.

"Tadi Larissa sempat menghubungi Ibu, dia mengatakan kalau pertunanganmu dengan Raymond telah berakhir, benarkah? Bukannya Lona cinta banget ya sama Raymond?"

Selona menyimpan sumpitnya pada mangkuk makannya. Perempuan itu tersenyum setenang mungkin.

"Ibu Larissa benar Bu, aku dan Mon—Raymond sudah memutuskan pertunangan. Lebih tepatnya, Lona yang memutuskannya. Lona hanya enggak mau menjalin hubungan sama laki-laki yang enggak mencintai Lona. Lebih baik melajang daripada hidup dengan laki-laki yang tidak tepat"

Astrid terperangah. Sejak kapan putrinya telah sedewasa ini. Padahal beberapa bulan lalu, Selona sempat sangat bersedih karena pertunangannya yang hampir batal saat itu. Kendati demikian, Astrid hanya bisa mendukung segala keputusan dari putrinya. Setidaknya itu yang akan dia lakukan mulai sekarang.

"Bagaimana dengan Wenon?"

Tanpa pikir panjang, Selona langsung menggeleng. Wenon adalah laki-laki yang baik, hanya saja segala tingkahnya begitu mirip dengan seseorang. Dan, Selona tidak ingin untuk mencoba mengulanginya kembali. Cukup sekali untuk menjadi pelajaran seumur hidupnya.

"Kenapa?" Tanya Astrid, begitu penasaran. Mengingat lelaki itu tampak begitu jelas menunjukkan ketertarikannya pada putrinya.

Selona terdiam. Sudut mulutnya berkedut karena tidak bisa berkata-kata. Namun di hadapannya, Astrid masih menunggunya untuk menjelaskan.

I'm Selona [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang