○●○Veel Plezier○●○
Raymond mendengus kesal dengan keberadaan Arman di kantornya. Menurut pandangannya, itu begitu mengganggu. Saat dia mencoba beranjak dari duduknya, Arman juga ikutan berdiri. Hal itu membuatnya terus saja kesal.
"Jangan mengikutiku"
Arman mengangguk dengan gugup tapi pada akhirnya benar-benar mengikuti Raymond keluar.
Raymond kembali mendengus lalu berbalik dan mendapati Arman yang belum sempat bersembunyi.
"Apa telingamu bermasalah?"
Tanpa sadar Arman menggeleng dan segera berlari masuk ke dalam ruangan Raymond. Melihat hal itu, Raymond dengan cepat berjalan dan kemudian berbelok untuk naik lift. Laki-laki itu hendak pergi ke atap.
Saat tiba di atap, Raymond telah mendapati Dean, lelaki itu sedari tadi telah menunggu di sana.
"Bagaimana? Sudah ada hasil?"
Raymond duduk pada sofa kecil yang berada di pojok samping kanan ruangan. Di depannya juga ada sebuah sofa dengan meja keca di tengahnya, jadi Dean kini duduk di hadapannya. Tampak lelaki itu mulai mengeluarkan berkas dari dalam map kertas yang dibawanya.
Kemudian dia memberikan beberapa lembar kepada Raymond.
"Saya sudah menelusurinya berkali-kali. Tapi tetap saja itu terus saja membingungkan"
Raymond menaikkan sebelah alisnya sembari membaca berkas itu. Matanya kini beralih kepada Dean dan mereka saling berpandangan selama beberapa detik.
"Kenapa di sini, Nomia Willeminna dinyatakan sudah tiada sebulan lalu?"
Dean lalu memberikan berkas lainnya kepada Raymond. Tampak di sana dikatakan bahwa perempuan itu meninggal sangat tragis. Bahkan tubuhnya hancur karena ditabrak oleh sebuah truk. Anehnya, si penabrak tidak diketahui keberadaannya hingga saat ini.
"Dan yang lebih anehnya, Tuan. Pada saat mengalami kecelakaan itu, Nona Nomia berada tidak jauh dari sebuah perempatan tanpa lampu merah. Itu persis seperti yang anda ceritakan kepada saya tentang Nona Selona"
Raymond tertegun cukup lama. Kemudian, dia langsung tertawa kecil. Itu terdengar tidak masuk akal. Ada-ada saja.
"Bagaimana dengan Ayahnya? Aku lihat di sini, setelah Ibu Nomia meninggal, Ayahnya langsung menjual saham perusahaan peninggalan Glesia Willeminna"
Raymond begitu serius membacanya berkas itu. Harga saham beberapa tahun yang lalu memang sempat turun drastis dan bisa sangat merugikan. Namun, itu adalah tindakan yang sangat bodoh jika malah menjualnya saat harganya sedang turun. Melihat sahamnya bahkan sebesar 37% , itu adalah jumlah yang besar, mengingat Larissa saja hanya punya saham sebesar 31% di perusahaan ini.
"Juando Siregar saat ini sedang dirawat di rumah sakit jiwa, Tuan. Mungkin sudah dua minggu yang lalu"
Raymond menaikkan alisnya, padahal dikatakan di sini, tepat tiga minggu yang lalu, pria itu baru saja membeli sebuah rumah dikawasan elit di kota sebelah. Hanya selang seminggu dan pria itu langsung berada di rumah sakit jiwa?
"Penyebabnya?" tanya Raymond, dia begitu penasaran.
"Pak Juando seringkali berhalusinasi hampir setiap waktu. Dia kadang tidak bisa membedakan mana yang sebuah halusinasi, dan mana yang kenyataan. Pak Juando bahkan pernah membahayakan nyawa seseorang, Tuan. Itu mungkin yang menyebabkannya dimasukkan ke rumah sakit jiwa" jelas Deon.
"Apa Ibuku sudah tahu tentang semua itu?"
Dean tampak meragu, dia tidak pernah memerhatikan tentang Larissa. Namun setelah ini, dia pasti akan mencari taunya.
![](https://img.wattpad.com/cover/358382598-288-k926192.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Selona [END]
FantasyKematian yang sungguh mengenaskan membuat jiwa Nomia menjadi tidak tenang dan hal itu membuatnya berakhir memasuki tubuh seorang perempuan yang telah mati akibat bunuh diri. Mungkin semesta memberinya kesempatan kedua untuk membuatnya menjalani kehi...