○●○Veel Plezier○●○
Perempuan itu mendongakan wajahnya lalu tersenyum pongah kepada Selona.
"Oh, aku Adeline, kekasih Raymond"
Selona mengamati dan meneliti lebih jauh. Perempuan ini tidak pernah dilihatnya. Pasti perempuan baru lagi. Selona merasa pasokan udara di sekitarnya berkurang dan mulai menarik napas dalam-dalam.
"Jadi kau yang ke sekian?" Sengaja Selona menekankan kata terakhirnya. Sejauh ini dia tidak pernah masalah dengan Raymond dan perempuan-perempuan nya. Hanya saja, perempuan di hadapannya ini bertindak begitu sombong dan tidak tahu diri.
"Bisa dikatakan seperti itu. Kau sendiri? Tunangan yang tidak dianggap? Ups!"
Selona mulai tertarik dengan perkataan Adeline dan mulai tersenyum manis.
"Sepertinya kau telah keliru, Nona. Tidak dianggap katamu? Bahkan seluruh kota juga mengetahui tentang pertunangan kami. Apa kau begitu ketinggalan informasi?"
Terlihat Adeline mengepalkan kedua tangannya. "Aku akan membuat hubungan kalian berakhir"
Selona mengangguk dengan wajah datar, lalu mengatakan. "Silahkan saja. Kalau pun hubunganku berakhir, kau juga pasti akan tergantikan dengan yang lebih menarik"
Adeline tidak bisa lagi menahan emosinya. Padahal yang dikatakan Selona adalah fakta. Namun tetap saja, harga dirinya sedang dipertaruhkan.
"KAU!"
Selona menaikkan satu alisnya, kemudian memandangi Adeline dengan tajam. "Jaga batasanmu, Nona. Dari segi manapun, aku jauh diatasmu. Lagipula apa yang sedang kau lakukan di sini, di rumah orang?"
Adeline tidak tahan dan berniat menghubungi Raymond untuk mengeluh. Hal itu membuat Selona gelang-geleng kepala.
"Percuma saja, Nona. Dia tidak akan menjawab panggilan mu. Tunanganku itu tidak suka mencampur-adukan kerjaannya dengan masalah pribadi. Ohya, dan satu lagi... di rumah ini ada banyak pekerja, bukan hanya ada kau dan Raymond saja. Jadi berpakaian lah lebih sopan dan bertindaklah sesuai batasanmu"
Setelah mengatakannya, Selona berlalu pergi. Dan benar saja, Raymond tidak kunjung menjawabnya bahkan setelah Adeline menyepamnya.
Adeline berteriak marah dan melempar ponselnya. Hal itu membuat para Pelayan tertawa cekikikan dari arah dapur.
○●○●○●
Sudah pukul sepuluh malam dan Selona belum juga merasa mengantuk. Alhasil perempuan itu memilih keluar sebentar, berniat menuju ke belakang rumah, tepatnya kolam renang. Mungkin jika duduk di sana dengan kaki yang terendam bisa mendatangkan kantuknya.
Saat melewati beberapa kamar tamu, Selona sedikit memperlambat jalannya. Perempuan itu langsung saja memasang telinganya seembari berharap harap cemas.
Helaan lega keluar begitu saja saat tidak mendengar hal-hal aneh. Untung saja.
Tapi jika tidak di kamar tamu apa di kamar utama? Mengingat mereka tidak berada di sofa ruang tamu.
Selona menggeleng dengan telapak tangan yang memukul kepalanya. Lebih baik jika dia tidak menambah-nambah lagi beban pikirannya.
Kolam renang sudah mulai terlihat di depannya. Hanya saja tempat itu tertutupi oleh sekat yang hanya bisa terlihat jelas jika telah melewati sekat tersebut.
Selona semakin mempercepat langkahnya dengan yang terayun-ayun ke depan.
"Aku akan membantumu mencapai kenikmatanmu, babe"
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Selona [END]
FantasíaKematian yang sungguh mengenaskan membuat jiwa Nomia menjadi tidak tenang dan hal itu membuatnya berakhir memasuki tubuh seorang perempuan yang telah mati akibat bunuh diri. Mungkin semesta memberinya kesempatan kedua untuk membuatnya menjalani kehi...