○●○Veel Plezier○●○
Selona dan Raymond saling tatap untuk waktu yang lama. Kemudian Selona memutuskan untuk melanjutkan makannya sembari berkata, "kita tidak terlalu dekat untuk berbagi cerita"
Setelah menghabiskan makanannya yang tersisa, perempuan itu berdiri dan mencuci wadah makannya.
Raymond terus memerhatikan Selona dan mulai berdiri juga sembari mengambil mineral botol yang sejak tadi tidak pernah disentuh oleh perempuan itu.
Raymond berniat untuk mengikuti Selona, tetapi langkahnya terhenti ketika melihat Adeline sedang menghalangi jalan dari Selona. Tentu saja di tempatnya berdiri saat ini, Adeline tidak melihat dan mengetahui bahwa Raymond sejak tadi memerhatikannya. Perempuan itu malah memasang wajah angkuhnya.
"Kau iri dan cemburu, bukan?"
Selona sama sekali tidak merasa demikian. Lantas, apa maksud perempuan itu mengatakannya kepadanya sekarang.
"Untuk apa?" Selona kembali bertanya yang sukses membuat jengkel Adeline.
"Jangan berpura-pura, kau tadi mengurung diri di dalam kamarmu dan baru keluar saat semua orang telah tertidur. Kau pikir aku tidak tahu?"
Selona mengernyit lalu tertawa setelahnya. Setelah dipikir-pikir memang tindakannya tadi seperti tunangan yang sedang merajuk.
"Terserah kau saja mau berpikiran seperti apa. Sekarang menyingkir dari jalanku. Sana, kembali ke tempat mu. Ohya, kamar tamu tidak berada di lantai atas, melainkan di belakang dapur"
Selona sengaja menyenggol pundak Adeline ketika menaiki tangga. Hal itu membuat perempuan itu merasa begitu tersinggung. Hingga akan menyusul Selona, tangannya langsung saja ditahan oleh Raymond.
Adeline berbalik dan langsung membulatkan matanya. Perempuan itu kesulitan meneguk ludah dan langsung menundukkan kepalanya, tidak berani melihat ke arah Raymond.
"Bersiaplah, supir akan mengantarmu kembali ke apartemenmu"
Adeline menggelengkan kepalanya, bagaimanapun perempuan itu tidak akan mau meninggalkan rumah besar Raymond. Sedikit lagi, Adeline pasti bisa menggantikan peran Selona.
"Kau salah paham, sayang. Aku tidak bermaksud—"
Raymond tidak mengatakan apapun, lelaki itu memasang tatapan dinginnya.
Ting!
Raymond melirik sekilas ke arah ponselnya. Lalu pandangannya jatuh kepada Adeline yang terlihat penasaran.
"Supir telah menunggu. Keluarlah, selagi aku masih bersikap baik"
Adeline menggeleng tapi Raymond tidak peduli sama sekali. Malah melalui Adeline dan pergi menuju kamarnya.
Di kamarnya, Raymond terlihat menelepon seseorang. "Seret dia keluar dari sini. Aku tidak menginginkan benalu itu lagi"
○●○●○●
Pagi ini, Selona sedang disibukkan dengan perencanaan toko kue barunya. Setelah menuliskan semua bahan bahan kue yang diperlukan, Selona langsung bergegas untuk membelinya.
Selona menuruni tangga dengan begitu bersemangat. Senyuman nya terus merekah kala berpapasan dengan para Pelayan.
Hingga telah di ambang pintu, kakinya berhenti berjalan kala mendengar suara dari Raymond.
"Mau ke mana, sayang?"
Selona terdiam sejenak. Lalu menghela napas dan berbalik dengan senyum terpaksa ke arah Raymond.
Entah mengapa, setiap lelaki itu berada di dekatnya, suasana hatinya juga memburuk.
"Supermarket"
Raymond melirik pada arlojinya lalu melirik ke arah Selona. Kemudian lelaki itu berucap, "Aku akan mengantarmu"
Selona tercengang dan seketika menunjuk keluar. "Tidak perlu. Taksi online sudah menungguku di luar"
Raymond maju beberapa langkah dan mengambil satu tangan milik Selona untuk digenggam. Kemudian lelaki itu membawa Selona menuju mobilnya lalu memasangkan sabuk pengaman kepada perempuan itu. "Tunggu di sini, aku akan berbicara dengan pengemudi taksi nya"
Setelah menutup pintunya, Raymond berlari menuju gerbang dan mencari-cari sebuah mobil taksi yang telah dipesan oleh Selona. Namun, hingga dua puluh menit menunggu, tidak ada satupun mobil yang berhenti di dekat kediamannya. Dengan kepastian, Raymond kembali dengan wajah muram..
"Kau menipuku, sayang" ucap Raymond sembari memasuki mobilnya dan membuat selona langsung menaikan pandangannya dari ponselnya.
"Oh itu, aku memang belum memesannya"
Raymond tidak mengatakan apa-apa. Lelaki itu memusatkan perhatiannya kepada jalanan dengan tangan yang meremas erat kemudinya. Hal itu tentu disadari oleh Selona, tapi perempuan itu memilih tidak memikirkannya.
Setibanya mereka di Supermarket, Selona segera keluar dan berharap Raymond untuk pergi meninggalkannya. Namun bukannya pergi, lelaki itu malah mengekori nya masuk ke dalam.
Selona sudah tidak bisa lagi menahannya. Setelah memasukan semua bahan-bahannya ke dalam troli miliknya. Perempuan itu berbalik lalu bertanya dengan suara pelan kepada Raymond. "Apa yang kau inginkan?"
Alis Raymond terangkat dengan seringaiannya. "Aku hanya ingin menemanimu, sayang"
Selona menggelengkan kepalanya. Selama dia menjadi Selona, Raymond tidak akan berbaik hati seperti ini jika tidak ada keinginan khusus. Pasti sikapnya kali ini merupakan campur tangan dari Ibu Larissa.
"Tidak. Beri aku jawaban yang masuk akal"
Raymond beralih mengambil troli Selona sembari mengatakan, "Ibu mengadakan rapat dengan para pemegang saham. Agar harga sahamnya semakin meningkat, mereka ingin melihat kebersamaan kita berdua"
Ah, jawaban itu masuk akal sekarang.
Selona kemudian berjalan dan mensejajarkan langkahnya dengan langkah besar Raymond. Kemudian bertanya, "rapatnya kapan?"
Raymond kembali melirik arlojinya lalu melihat lagi kepada Selona. "Um, sebentar lagi"
Selona gemas sendiri. Perempuan itu menahan rasa kesalnya dan kembali bertanya. "Jam?"
"Setengah sepuluh"
Selona membelalakan kedua matanya ketika melihat jam pada ponselnya. Saat ini telah pukul sembilan pagi, dan mereka harus mengantri lagi untuk membayar. Bahkan pakaian yang dipakainya saat ini hanyalah kaos dengan celana jeans pendek.
Oh ayolah, apa Raymond sengaja melakukan ini kepadanya? Agar Selona bisa dipermalukan seenaknya.
Baru akan melampiaskan amarahnya kepada Raymond, Selona mengernyit kala melihat lelaki itu malah membawa troli nya ke arah kasir yang sedang tidak melayani pembayaran. Itu terlihat jelas dengan kertas yang bertuliskan demikian.
Selona berdehem dengan tangan yang menarik-narik ujung jas dari Raymond. Berniat memberi tahu lelaki itu, tapi Raymond sama sekali tidak menanggapinya.
"Lakukan dengan cepat" tegas Raymond.
Kasir perempuan itu terlihat mengangguk dan mulai memanggil dua rekannya. Hingga setelah proses pembayaran selesai, ketiga orang itu malah menunduk ke arah Raymond dan Selona.
"Kami berharap anda datang kembali, Tuan Raymond"
Belum selesai Selona terpukau, terlihat lagi kedatangan dua orang lelaki yang telah siap membantu untuk mengantarkan belanjaan mereka sampai pada bagasi mobil Raymond. Hal itu bahkan hanya menghabiskan waktu lima menit.
Selona melirik ke arah Raymond yang sedang menaruh fokus pada jalanan di depannya. Hendak akan bertanya, perempuan itu mengurungkan niatnya ketika Raymond telah berhenti di depan sebuah butik pakaian. Lelaki itu segera keluar dan membukakan pintu penumpang untuk Selona sembari mengucapkan,
"Cepat sedikit, sayang. Ibu pasti sudah menunggu di perusahaan"
○●○Veel Plezier○●○
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Selona [END]
FantasyKematian yang sungguh mengenaskan membuat jiwa Nomia menjadi tidak tenang dan hal itu membuatnya berakhir memasuki tubuh seorang perempuan yang telah mati akibat bunuh diri. Mungkin semesta memberinya kesempatan kedua untuk membuatnya menjalani kehi...