25. Tidak Pernah Mengalaminya.

17.8K 1.1K 2
                                    

○●○Veel Plezier○●○

Satu jam sebelum Selona kembali ke kediaman Raymond.

Selona merasa puas dengan bangunan terakhir yang mereka kunjungi. Namun ada hal yang aneh. Sejak tadi pagi, dia sudah menjelaskannya dengan sangat detail pada Wenon. Mengapa lelaki itu baru menunjukan bangunan ini paling terakhir. Padahal mereka berkali-kali melewati jalan ini sejak tadi.

Selona mulai memicing dengan tatapan yang mencurigai Wenon.

"Kau sengaja, kan?"

Wenon berusaha keras untuk tidak melihat ke arah Selona. Lelaki itu terus berpura-pura seakan tidak mendengar tuduhannya.

Selona mendecih. Perempuan itu segera berjalan meninggalkan Wenon di dalam sana. Saat di luar bangunan, Selona mengembuskan napas secara perlahan dan mulai kembali menarik napas dalam-dalam.

Mengetahui matahari yang akan segera terbenam sebentar lagi, entah mengapa membuatnya cukup tidak tenang.

Kemudian, Selona mulai melihat ke samping bangunan yang terdapat sebuah restoran yang begitu ramai di pusat Ibukota. Ini bagus, mengingat toko kuenya nanti akan berdampingan di sebelahnya.

Saat begitu menikmati pemandangan di restoran tersebut, Selona terpaku cukup lama ketika melihat sebuah mobil yang sangat familiar kini terparkir tepat di depannya.

Melihat orang orang itu keluar dari dalam mobil dengan tawa bahagia membuatnya terpaku. Dia secara perlahan mulai kesulitan untuk bernapas. Tangannya segera meremas atas dadanya yang terasa sakit. Kepalanya juga ikutan berdenyut dan menciptakan sebuah rasa sakit yang tidak tertahankan.

Selona menutup matanya sembari berpegangan erat pada tembok di sebelahnya. Kesadarannya seakan-akan bisa hilang jika dia tidak segera mengendalikan dirinya.

Selona perlahan membuka kedua matanya, berharap kehadiran Heros, Halla dan seorang perempuan itu segera menghilang dari pandangannya.

Namun, itu tidak terjadi. Malah kedua matanya kini sedang bersitatap dengan mata tajam milik Heros.

Selona sontak mengeratkan pegangannya pada tembok. Ingin berbalik juga rasanya sangat sulit, dia cukup tersiksa.

"Lona, ada apa?"

Bertepatan dengan kedatangan Wenon, Heros kini memutuskan pandangannya. Lelaki itu kini berjalan masuk ke dalam restoran dengan tangan yang memeluk posesif pada perempuan berambut pendek itu.

Meskipun sorot matanya menunjukan kebencian yang teramat besar. Namun respon tubuhnya berkata sebaliknya. Tubuh Selona malah ketakutan dengan kilasan balik yang kini telah menyerang pikirannya.

"Lona?"

Wenon begitu cemas. Lelaki itu bahkan sedikit mengguncang bahu Selona yang tidak juga meresponnya.

"Aku ingin pulang" Selona berkata begitu lirih. Sorot mata kebenciannya kini berangsur-angsur menjadi kosong. Wajahnya bahkan menjadi pias dengan napasnya yang tidak beraturan.

"Kau baik-baik saja?"

Selona menggeleng dan mulai menyender pada tembok.

"Pulang, Wenon. Aku ingin pulang" desak Selona dengan air mata yang mulai mengenang dibawah matanya.

○●○●○●

"PTSD?"

Dokter itu mengangguk sembari melirik Selona yang terbaring di atas ranjang.

I'm Selona [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang