"Arigatou, Jio"
Selona menunduk dengan canggung. Sejak keberadaannya di negara ini, Selona tiada henti-hentinya membungkuk dan menunduk, guna untuk tampak sopan. Mengingat negara ini menjunjung tinggi nilai kesopanan.
Setelah mengambil kantong belanjaannya, Selona langsung pergi dari hadapan kekasih Aayri itu. Dia hanya merasa tidak nyaman berlama-lama di dekat Jio, apalagi tatapan lelaki itu tampak terasa aneh untuknya. Entah, mungkin itu hanya perasaannya saja yang berlebihan.
Sembari meminum susu kotaknya, Selona berjalan dengan melihat jadwal kereta berikutnya melalui ponselnya.
"Masih ada waktu" gumamnya.
Selona berjalan kaki ke arah stasiun kereta terdekat dan duduk di sana, pada salah satu kursi. Matanya begitu sibuk memerhatikan satu pusat tempat yang tampak sedang ramai. Dia penasaran, tapi terlalu malas untuk mendekat jadi hanya bisa terus-menerus bertanya pada dirinya sendiri.
"Naze Aayri to issho ni inai nodesu ka?"
Selona menoleh ke samping dan menemukan Jio telah duduk di sana sembari menatapnya. Dia tahu akan pertanyaan Jio tentang ketidak-hadiran Aayri di dekatnya, hanya saja, Selona cukup kebingungan untuk menjawabnya. Soalnya jika berada di dalam rumah, keluarganya tidak pernah sekalipun berbahasa Jepang, jadi bahasanya tidak pernah bisa meningkat.
"Yuri wa... ie?" jawabnya pelan, yang lebih terdengar ke sebuah pertanyaan.
Selona menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal, sesekali melirik ke arah kedatangan kereta yang tidak juga nampak.
Jio tertawa kecil mendengarnya. Kemudian, lelaki itu mulai berdiri dari duduknya dengan mata yang masih melirik ke arah Selona. Dia berinisiatif untuk mengantar perempuan itu untuk kembali pulang.
"Kereta itu terlambat datang, saya akan antar kau pulang"
Selona tidak langsung menjawabnya, dia saat ini terlalu terkejut mendengar kata itu keluar begitu saja dari mulut Jio. Bahkan perempuan itu sudah berdiri dengan menunjuk Jio. Bagaimana mungkin?
Di sisi lain, Jio tampak tidak senang dengan tindakan dari perempuan di depannya. Pasalnya, menunjuk seseorang menggunakan jari telunjuk, sangat tidak sopan di Jepang. Sebaliknya, ketika ingin menunjuk, maka orang-orang Jepang akan menggunakan jari tengahnya, alih-alih jari telunjuk. Namun saat mengingat Selona masih baru di tempat ini, Jio segera memakluminya dan tidak mempermasalahkannya lagi.
"Ada festival yang akan berlangsung lama, kau bisa lama menunggu karena itu. Saya akan mengantarmu agar tidak terlalu lama"
Mungkin Jio mempelajarinya dari Aayri.
Namun ketika mendengar perkataan Jio barusan terdengar aneh, dia menjadi pening sendiri.
Entah dari mana Jio tahu.Selona tersenyum kikuk sebagai balasan. Meskipun demikian, setidaknya kata-katanya masih bisa untuk Selona mengerti dan sangat berterima kasih karena lelaki itu mau bersusah payah menjelaskannya kepadanya menggunakan bahasanya.
"Arigatou, Jio. Terima kasih. Thank you ... tapi aku akan meminta supir Ayah saja untuk menjemputku di sini"
Selain merasa tidak nyaman dengan Jio, dia juga takut jika Aayri akan salah paham dan malah semakin memperkeruh keadaan.
Jio mengernyit, lalu bertanya "Supir?"
Selona mengangguk dan menggoyangkan ponselnya di hadapan lelaki itu. Setelahnya, Selona kini sibuk dengan benda itu dan mulai mengirimkan pesan kepada supir Ayahnya. Setelah beberapa saat, tampak wajah Selona menjadi muram sehingga Jio menjadi penasaran.
"Kenapa?"
Selona menggeleng. Tidak mungkin dia mengatakan bahwa supir itu lebih memilih mengantar Aayri yang akan pergi ke suatu tempat daripada dirinya. Jadi sekarang, Selona hanya mengatakan, "aku akan naik taksi saja"
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Selona [END]
FantasyKematian yang sungguh mengenaskan membuat jiwa Nomia menjadi tidak tenang dan hal itu membuatnya berakhir memasuki tubuh seorang perempuan yang telah mati akibat bunuh diri. Mungkin semesta memberinya kesempatan kedua untuk membuatnya menjalani kehi...