14. Menginginkan Apa?

21.3K 1.3K 9
                                    

○●○Veel Plezier○●○

Saat ini mereka telah kembali ke kediaman Raymond. Karena telah sarapan dan mandi, Raymond hanya berganti pakaian lalu pergi ke kantor.

Berbeda dengan Raymond, Selona malah saat ini begitu asik menghabiskan waktu bersama Larissa di dapur.

Andai saja Larissa adalah Ibunya, mungkin Selona akan terus merasakan kebahagiaan.

"Tapi Bu, kue ini untuk siapa?" Tanya Selona sembari memasukan adonan kue itu ke dalam oven.

Larissa seketika cemberut. "Aku tahu Raymond begitu menyebalkan, tapi kau tidak perlu berpura-pura melupakan ulang tahunnya, sayang"

Kedua mata Selona melebar dan kemudian berbinar sempurna. Jika ini adalah hari ulang tahunnya maka... Selona begitu kegirangan di tempatnya.

"Hehe, aku bercanda, Bu"

Larissa kembali tersenyum dan menepuk-nepuk punggung Selona menggunakan satu tangannya yang bersih.

"Aku selalu penasaran Bu tentang sesuatu..."

Larissa mendongak dengan tangan yang sibuk mengocok telur. Kali ini wanita itu akan membuatkan kue untuk calon menantunya.

"Katakan saja"

Selona tersenyum lebar dan segera mendekat kepada Larissa setelah selesai mengatur timer pada oven nya.

"Bagaimana Ibu menikah dengan mendiang Ayah? Aku selalu penasaran dengan cerita cinta Ibu. Pasti sangat romantis"

Larissa seketika menjadi tersipu malu. Mengingat kembali pernikahannya yang begitu romantis kala itu, tiba-tiba saja wanita itu melupakan telurnya. Kemudian, Larissa menatap Selona.

Selona yang sejak tadi hanya mengamati. Diam-diam terpesona dengan Larissa yang meski telah akan menginjak umur kepala lima, tapi masih begitu menawan dengan wajahnya. Apalagi ketika melihat Larissa tersipu malu, Selona ikut tersenyum-senyum melihatnya.

"Saat itu, Ibu dijodohkan oleh Ayahmu. Awalnya kami saling membenci ketika bertemu pertama kali. Hingga pernikahan kami semakin dekat, tinggal menghitung minggu. Kami masih saja saling membenci dan berniat akan membatalkan pernikahan secepat mungkin..."

Selona mulai mengambil kursi dan membiarkan Larissa duduk dengan nyaman.

Lalu, Larissa kembali melanjutkan perkataannya. "Kemudian kami dua keluarga berlibur di sebuah pulau. Saat itu karena ingin menikmati waktu sendiri, Ibu pergi berkeliling pulau menggunakan perahu. Padahal banyak yang melarang Ibu saat itu, tapi karena keras kepala Ibu tetap pergi" Larissa tertawa geli mengingat dirinya dahulu yang begitu menyusahkan.

"Awalnya Ibu merasa senang, tapi kemudian Ibu tersesat di sebuah pulau terpencil. Ibu tidak tahu lagi jalan pulang dan seketika lupa. Yang Ibu tidak sadari, ternyata Ayahmu diam-diam mengikutiku dan akhirnya kami terjebak bersama-sama. Dua hari kami bersama di pulau terpencil itu hingga keluarga berhasil menemukan kami. Sejak saat itu, Ayah dan Ibu semakin dekat. Kami juga menyadari kecocokan kami berdua sejak di pulau itu"

Mendengar timer oven telah berbunyi, Selona mulai berdiri dan mengambil kue itu dari dalam oven.
Setelah menyimpannya di atas meja, Selona kembali duduk dan menanti kelanjutan cerita dari Larissa.

Larissa tertawa kecil melihat antusiasme dari Selona. Lalu, wanita itu kembali melanjutkan ceritanya. "Kami menikah dengan saling mencintai. Kemudian pada tahun 1990 akhir, Ibu mengandung Raymond dan tahun berikutnya dia terlahir. Kehidupan kami benar-benar bahagia hingga tidak terpikir lagi untuk menghadirkan adik untuk Raymond. Karena anak itu begitu nakal dan aku sangat pusing jika ada dua yang seperti dirinya lagi"

Selona terperangah mendengarnya lalu mengerjap sesaat. "Pantas saja kelakuan Mondy semakin menjadi-jadi, Bu"

Larissa merasa lucu dengan respon Selona yang sangat menggemaskan. Wanita itu kembali mengambil telurnya dan melanjutkan pembuatan kue nya sembari gelang-geleng kepala.

Selona juga tidak berdiam lagi, perempuan itu mulai mengolesi kue itu menggunakan cream. Sesekali Larissa memuji cara Selona dalam menghias kue yang terlihat sangat profesional.

Saat ini sudah pukul delapan malam dan Larissa masih berada di rumah Raymond untuk menunggu kedatangan putranya.

Selona berdiri cukup gelisah dan berusaha menyibukkan Larissa di kamar Raymond. Sementara itu, Selona berjalan keluar dan menunggu Raymond di depan gerbang.

Kali ini Selona sudah berhasil membuka ponselnya dan perempuan itu terlihat akan menelepon Raymond agar segera pulang tanpa bermacam-macam dulu.

Saat melihat mobil Bentley itu mendekat, Selona langsung merentangkan kedua tangannya.

Hal itu membuat Raymond membunyikan klakson beberapa kali dan Selona tidak juga menyingkir dari sana. Dengan jengkel, Raymond keluar dan berjalan mendekati Selona.

"Kau gila?"

Selona tidak mengatakan apapun dan langsung terfokus pada jejak lipstik dikemeja milik Raymond. Itu tepat di sekitar dada dan kerah kemeja lelaki itu.

Selona sudah menduga hal ini. Itulah yang membuatnya menjadi gelisah sejak tadi.

Selona membalikkan badan Raymond dan syukur nya tidak ada lagi jejak lainnya di belakangnya.

Kemudian, perempuan itu mengambil lipstik yang berwarna sedikit terang dan mengoleskan nya di sekitar bibirnya. Hal itu sukses membuat Raymond mengernyit bingung dan menilai Selona sepenuhnya tidak waras.

Selona langsung menarik Raymond dan merangkul lengan lelaki itu. Perempuan itu juga melirik ke arah pak penjaga untuk membawa masuk mobil milik Raymond.

Setelah tiba di depan pintu masuk, terlihat Larissa dari jauh kini berjalan ke arah mereka. Selona menarik napas dalam-dalam dan mulai berbalik menghadap Raymond. Seketika Raymond menjadi bertanya-tanya.

"Setidaknya beri aku penjelasan atas sikap tidak tahu malumu itu"

Cup.

Mata Larissa melebar dan menghentikan langkahnya. Wanita itu juga tersenyum bahagia sembari menutup kedua matanya. Bermaksud memberi waktu kepada kedua anak itu.

"Ibu masih berada di rumah. Kau tidak cemas jika melihat keadaanmu itu?"

Selona kembali melanjutkan aksinya dan mulai meninggalkan bekas pada kerah baju dan terakhir pada dada lelaki itu.

Raymond menegang sembari meremas kedua lengan Selona yang saat ini begitu dekat dengannya.

Kemudian, Selona menggandeng tangan Raymond masuk dan melihat Larissa masih berdiri dengan mata tertutup.

Selona kembali melirik Raymond, bermaksud mengode lelaki itu.

"Sampai kapan Ibu menutup mata seperti itu? Jika ingin menghargai waktu berkualitas kami, seharusnya Ibu kembali saja"

Larissa mencibir mendengar perkataan putranya yang sungguh kurang ajar. Wanita itu lalu menarik Selona dan membawanya segera menjauh. Meninggalkan Raymond yang tidak bisa untuk tidak tersenyum.

Saat tersadar, Raymond mulai berdehem dan menaiki anakan tangga untuk menuju ke kamarnya.

Mendapati kamarnya begitu gelap, Raymond langsung menyalakan Lampu dan... Selona dan Larissa berdiri di sana dengan antusias.

Sudah Raymond duga hal ini yang akan Ibunya lakukan.

Kemudian dengan suara dan raut wajah yang datar, Raymond kemudian berkata. "Ah, aku begitu terkejut"

Larissa melemparkan balon ditangannya dan kemudian mengambil cream kue. Kemudian wanita itu berjalan mendekati Raymond hanya untuk mengoleskan cream kue itu.

Awalnya Raymond hendak menolak tapi Larissa terus memaksa hingga cream kue itu telah mendarat sempurna dipipi lelaki itu.

"Selamat hari lahir, putra Ibu. Um, menginginkan apa untuk ulang tahunmu ini?"

Tanpa ragu Raymond menjawabnya. "Aku ingin Ibu segera kembali ke Shanghai"

○●○Veel Plezier○●○

I'm Selona [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang