○●○Veel Plezier○●○
"Bagaimana? Kau sudah mencari tahu tentang kecelakaan di semua perempatan yang tidak terdapat lampu merahnya?"
Orang itu mengangguk dan menunjukkan beberapa lembar foto kepada Raymond.
"Sudah Tuan, tapi anehnya Nona Selona tidak pernah sekalipun pergi ke mana-mana sekitar tiga minggu yang lalu ataupun sebulan yang lalu. Dia hanya menghabiskan waktu di dalam rumah anda. Bahkan di cctv terlihat jelas Nona tidak beranjak keluar. Nona baru keluar saat mengeluh sakit, itupun supir sendiri yang mengantarnya dan kecelakaan tidak pernah terjadi kepada Nona Selona"
Raymond melirik beberapa foto itu. Tangannya kini mengambil salah satu foto dan melihatnya dengan seksama.
"Kau yakin?"
Orang itu kembali mengangguk. Hal itu membuat Raymond cukup bingung juga. Mengapa semua tingkah yang perempuan itu tunjukkan akhir-akhir ini, pastinya menemui jalan buntu.
Padahal saat sebulan pertama mereka bertunangan, dia cukup acuh dengan keberadaan Selona. Menurutnya, perempuan seperti Selona begitu membosankan dan hanya akan terus-menerus mencoba bergantung padanya. Hal itu membuatnya berpura-pura baik sembari menyusun cara agar bisa terbebas dari perempuan itu.
Semenjak Ayahnya meninggal empat belas tahun yang lalu, Raymond menjadi melihat sisi lain dari Ibunya yang pekerja keras dan mandiri. Tidak pernah sekalipun Raymond mendengar Larissa mengeluh karena bekerja terus menerus menggantikan peran Ayahnya. Bahkan di rumah pun, Larissa hanya menggunakan satu asisten pribadi untuk membantunya di setiap urusan rumahnya.
Terbiasa melihat sisi dominan Ibunya, hal itu membuat Raymond menciptakan tipenya sendiri. Dan nyatanya, tidak semua perempuan bisa seperti Ibunya. Bahkan Selona sekalipun.
Karena tidak juga mendapatkan perempuan yang diinginkannya, Raymond terus menerus hidup sesuai keinginannya. Dia bersenang-senang dan benar-benar menikmati hidupnya. Hingga Larissa sendiri yang membawakan Selona kepadanya. Entah apa maksud Ibunya itu.
Namun yang paling mengerikan dari hal itu, karena Larissa mengancam untuk memblokir semua kesenangannya jika tidak segera bertunangan dengan Selona. Dengan sangat terpaksa, Raymond menerimanya dan secara perlahan-lahan mulai mengambil jabatan di dalam perusahaan yang dipimpin oleh Ibunya. Sembari bertunangan dengan Selona, dia mencari banyak cara agar terbebas dari perempuan itu.
Salah satunya dengan membuatnya muak dengan kekasih-kekasihnya yang baru. Tentu awalnya itu sangat tepat sasaran. Hingga perempuan itu akhirnya dirawat beberapa hari di dalam rumah sakit. Meskipun tahu, dia memilih abai dengan semua kondisi Selona. Tentu hal itu dirahasiakannya dari Larissa.
Setelah mengabaikannya selama beberapa hari di rumah sakit,
dia mulai datang untuk menjenguk perempuan itu. Berharap perempuan itu mulai muak dan tidak lagi mengharapkan pertunangan mereka.Awalnya dia merasa rencananya sukses. Namun, keanehan-keanehan sikap perempuan itu mulai terasa sejak kembali lagi ke rumahnya. Dan, itu terus membuatnya merasa penasaran. Hingga saat ini, dia mulai melangkah terlalu jauh. Dia bahkan selalu bertanya-tanya pada dirinya sendiri, mengingat Selona bukanlah tipe yang ideal untuknya.
"Saya juga sudah menelusuri orang yang bernama Heros. Setidaknya ada sebelas nama yang sama di negara ini dan tentu saja dengan latar belakang yang berbeda"
Raymond melihat-lihat ke dalam berkas dengan profil orang-orang yang bernama Heros. Ternyata tidak sebanyak yang dipikirkannya.
"Apa salah satu dari mereka pernah terlibat dengan Selona?"
Orang itu menggelengkan kepalanya. Sejauh yang ditelusurinya, ke sebelas orang itu bahkan tidak tahu menahu tentang Selona. Hanya saja dia kembali teringat sesuatu, kemudian tangannya kini mengambil satu lembar berkas dan memperlihatkannya pada Raymond.
"Kata Erwin, sebelum diantar pulang oleh Wenon pada malam itu, Nona Selona sempat bersitatap dengan lelaki ini. Dan anehnya, lelaki itu bernama Heros Pranama. Erwin benar-benar hebat dalam memata-matai tunangan pak Raymond, padahal dia hanya supir. Saya saja sampai tercengang saat dia menceritakannya dengan sangat detail dan rinci"
Raymond melirik profil orang itu dan tersenyum kecil sembari menatap lurus ke depan. "Tentu saja, dia dulunya adalah agen mata-mata. Dia pensiun lebih awal dan baru bekerja setahun yang lalu denganku. Kau harus baik-baik padanya karena dia jauh lebih senior dibandingkan olehmu"
Tampak orang itu terkejut mendengar perkataannya. Bahkan beberapa berkas profil yang dipegangnya telah terjatuh begitu saja.
"Pantas saja" ucapnya dengan mulut terbuka.
Raymond kembali fokus membaca profil laki-laki yang bernama Heros Pranama itu. Matanya terhenti tergerak pada satu sisi saat dia membaca akan fakta lainnya. Laki-laki itu telah menikah, hanya saja nama Nomia Willeminna itu membuatnya tertegun cukup lama.
Raymond berdehem lalu menatap lurus pada laki-laki yang masih menantikan perintah darinya.
"Cari tahu semua hal terkait Nomia Willeminna. Jangan meninggalkan fakta sekecil apapun dan segera laporkan padaku"
Orang itu mengangguk dan segera pergi dari hadapan Raymond. Di tempatnya duduk, Raymond masih melirik jauh pada berkas profil itu. Nama Nomia itu masih terus memenuhi pikirannya.
Sejauh yang dia tahu. Nama Willeminna hanya terdapat satu keluarga di negara ini. Dan selain Glesia Willeminna, dia juga hanya tahu Nomia Willeminna.
Saat begitu larut dalam pikirannya, Arman kini datang mengetuk-ngetuk pintu kamarnya. Raymond segera bangun dan membereskan berkas-berkas yang berceceran itu. Setelah menyimpannya di tempat yang aman, Raymond mulai berjalan pada pintu dan membukanya.
"Ada apa?"
"Sebelum datang ke acara peresmian, ada rapat online dengan para petinggi yang perlu anda hadiri, pak Raymond. Itu dalam dua puluh menit mendatang"
○●○●○●
Seharian ini Selona menghabiskan waktunya di dalam rumah. Dia tampak sibuk melihat-lihat ke dalam ponselnya, tepatnya pada aplikasi toko online.
"Aku jadi ingin membeli semuanya, sayangnya semua benda itu sudah ada di dalam kamar ini" keluh perempuan itu menatap nanar ke dalam ponselnya.
Selona segera bangun dan melirik sekelilingnya. Dibandingkan kamar Raymond yang tidak terdapat banyak barang di dalamnya, kamar Selona malah melebihi itu. Sekarang, Selona malah jadi curiga bahwa sebenarnya kamar ini adalah kamar utama. Mengingat kamar ini dua kali lebih besar dibanding kamar milik Raymond.
Dia pernah memasuki kamar Raymond sekali, tapi itu sungguh membosankan untuknya.
Selona kini menyimpan ponselnya dan segera beranjak dari ranjangnya. Selona mengambil handuk dan mulai memasuki ruang mandi.
Hampir satu jam berlalu, Selona kini sudah siap untuk keluar rumah. Saat akan keluar dari ruangan ganti, kakinya berhenti melangkah saat melihat satu benda yang diyakininya tidak seharusnya berada di dalam sini lagi. Bukankah benda itu harusnya masih berada di Pegadaian? Dia bahkan lupa menebusnya hingga hari ini jika saja tidak melihatnya.
Selona mulai membuka kotaknya. Dan benar saja, gelang emas itu kembali lagi.
Selona mulai bertanya-tanya sendiri hingga tidak sadar telah bergumam, "Sejak kapan gelang ini telah berada di sini?"
○●○Veel Plezier○●○
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Selona [END]
FantasiaKematian yang sungguh mengenaskan membuat jiwa Nomia menjadi tidak tenang dan hal itu membuatnya berakhir memasuki tubuh seorang perempuan yang telah mati akibat bunuh diri. Mungkin semesta memberinya kesempatan kedua untuk membuatnya menjalani kehi...