○●○Veel Plezier○●○
Nomia tertegun melihat makanan yang disiapkannya telah berada di tempat sampah. Padahal rasa dari makanan itu sudah begitu pas tapi tetap saja itu berakhir pada tempat yang sama.
Dengan ragu-ragu perempuan itu melirik ke arah Ibu mertua nya yang terlihat sedang menonton acara televisi.
Merasakan tatapan itu, Halla balas menatap sinis ke arahnya. "Kenapa? Kau marah?"
Meskipun jelas bahwa dia marah, Nomia tidak akan bisa melawan Halla yang sering kali memutar balikan fakta. Bahkan suaminya sendiri pun juga tidak akan pernah mau membelanya.
Nomia menghela napas begitu pelan. Perempuan itu segera mencuci piring bekas makanannya lalu kembali ke kamar. Hari ini dan hari-hari yang lalu masih tetap sama. Selalu terasa buruk.
Nomia melirik dirinya pada pantulan cermin. Padahal dia cantik tapi, mengapa suaminya begitu jarang berada di rumah.
Pandangan Nomia mulai turun kepada perutnya. Perut rata itu tidak akan pernah bisa benar-benar terisi jika kelakuan suaminya masih sama. Padahal ayah mertuanya begitu sangat menginginkannya dan selalu menaruh harapan besar terhadapnya.
Nomia berjalan menuju ranjang dan mulai duduk di pinggirnya. Setelah mengambil ponsel di sebelah meja kecil yang terletak di samping ranjang, Nomia mulai melihat masuk ke dalam sosial media miliknya.
Senyuman nya kemudian merekah di bibirnya kala melihat potret anak kecil sedang asik bermain bersama Ayahnya.
Sekali lagi, Nomia kembali memandangi perut ratanya.
Sudahlah, Nomia. Berhentilah berkhayal.
Nomia segera menyimpan kembali ponselnya dan mulai bersiap siap. Hari ini jadwalnya bertemu dengan dokter kandungan dan akan mencoba mencari tahu penyebab dia kesulitan mengandung.
Seharusnya Nomia diharapkan datang bersama suaminya, tapi jelas saja itu mustahil. Pulang saja ke rumah bisa sekali seminggu. Bagaimana mungkin mau menemaninya ke dokter kandungan.
Setelah selesai, Nomia keluar dari kamar dan langsung saja saling tatap dengan Halla yang sibuk mengunyah keripik.
"Kau mau ke mana?"
"Mau ke rumah sakit, Bu"
Halla kembali memasukan keripik ke mulutnya dan berujar. "Oh..."
Nomia mengendarai mobilnya dengan sangat hati-hati. Sembari memutar radio, Nomia mulai bersenandung kecil mengikuti lagu yang terus terputar.
Drrrtttt!
Nomia segera menjawab panggilan itu. Terpampang jelas itu dari suaminya, Heros.
Tidak terasa senyumnya mengembang dan mulai berkata. "Hai—"
"Segera datang ke kantor, Ayahmu datang dan ingin bertemu denganmu"
Panggilan itu terputus.
Apa katanya tadi?
Ayahnya datang menemuinya? Bukankah Heros tahu bahwa ketika datang, lelaki tua itu akan hanya melampiaskan amarahnya kepadanya.Nomia berpikir beberapa saat dan mulai memutar kemudinya lalu segera berkendara menuju kantor suaminya. Mau tidak mau, Nomia harus menemui Ayahnya. Bagaimanapun mendiang Ibunya telah menuntutnya untuk terus patuh terhadap Ayahnya.
Untung saja pertemuannya dengan dokter kandungan telah selesai.
Nomia berhenti bersenandung kala merasakan perasaan yang tidak biasa sesaat akan melewati perempatan jalan di depannya. Dikarenakan perempatan jalan di depan tidak memiliki lampu lalu lintas dan saat ini benar benar terlihat sangat sepi. Tidak seperti biasanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Selona [END]
FantasyKematian yang sungguh mengenaskan membuat jiwa Nomia menjadi tidak tenang dan hal itu membuatnya berakhir memasuki tubuh seorang perempuan yang telah mati akibat bunuh diri. Mungkin semesta memberinya kesempatan kedua untuk membuatnya menjalani kehi...