○●○Veel Plezier○●○
Astrid menghentikan jalannya ketika melihat seseorang yang sangat familiar sedang duduk dengan melihat ke arah pintu rumahnya. Tampak dari belakang, punggung lelaki itu bergetar sehingga Astrid mendekat untuk memeriksa.
"Nak Raymond?"
Astrid sedikit menunduk untuk melihat dengan jelas. Benar, itu Raymond. Kenapa laki-laki menangis di depan pintu rumahnya?
Tampak konyol memang, tapi Astrid dapat memahami romansa anak muda. Apalagi ini pasti berhubungan dengan Selona yang berada di dalam rumah.
Ketika mendongak, Raymond segera berdiri sembari mengusap kasar bekas air matanya. Dia sekarang lebih terlihat bagaikan anak kecil yang tidak dibelikan mainan oleh Ibunya. Sungguh pemandangan yang lucu dimata Astrid.
"Maafkan aku Bibi, aku akan segera pergi..."
Astrid menggeleng dengan tangan yang memegang lengan Raymond, pandangannya kini beralih melirik ke arah pintu rumahnya.
"Ini sudah malam, mampir dulu. Bibi akan memanggilkan Lona"
Meskipun sangat ingin, tapi Raymond menghormati Selona. Jadi dia memutuskan menggeleng dan memilih berpamitan saja.
"Tidak usah sungkan, masuk saja. Sampai saat ini, Ayah Lona juga belum tahu tentang pertunangan kalian yang berakhir. Maka dari itu, jika ingin memutuskannya, segera bicarakan dulu pada Ayahnya"
Raymond pada akhirnya hanya mengangguk dengan hati memberat. Itu bagus jika Ayah Selona belum tahu, tetapi malam ini lelaki itu diharuskan untuk menjelaskannya.
Setelah menyuruh Raymond duduk pada sofa ruang tamu, Astrid segera berjalan ke arah kamar Selona. Wanita itu mengetuk pintunya dahulu sebelum memasukinya.
Melihat Selona juga menangis membuatnya sedikitnya mengerti dan segera datang dan memeluk putrinya.
"Ada apa, hm? Kenapa menangis?" tanya Astrid.
Selona menggeleng sembari terisak-isak.
"Yasudah, menangis saja. Keluarkan saja semua kesedihan Lona, jangan dipendam-pendam lagi... Ibu akan di sini sampai Lona merasa baikan..."
Benar saja, hingga Selona merasa lebih tenang, Astrid masih memeluknya dengan tangan yang menepuk-nepuk punggungnya. Sembari melakukannya, Astrid kadang melamun ketika melihat penampilan Selona hari ini.
"Sudah?" Astrid kembali bertanya ketika merasa Selona tidak lagi menangis.
Selona mengangguk sehingga Astrid melepaskan pelukan mereka. Kemudian wanita itu bertanya.
"Mau bercerita sesuatu?"
Selona merasa bimbang untuk waktu yang lama, jadi Astrid kembali berkata lagi.
"Lain kali, jika Aayri mengajakmu lagi, tolak saja. Sungguh, Ibu tidak akan marah"
Astrid tersenyum lembut sembari menyentuh tangan putrinya. Di dalam pikirannya, dia berkali-kali merasa bersalah karena telah melibatkan Selona ke dalam permasalahan Aayri.
"Ibu tahu?"
Astrid mengangguk. Tentu saja, bagaimana mungkin dia tidak tahu.
"Maafkan Ibu karena selalu tidak tegas pada Aayri sehingga ketika dia kambuh, dia malah mempersulitmu. Pasti Lona kesulitan terus kalau Aayri meninggalkanmu di tempat yang baru, benar?"
Selona hanya bisa mengangguk-ngangguk. Jelas saja itu sulit, tapi itu tidak menjadikannya membenci adik angkatnya itu. Meskipun setiap saat, dia harus menahan kekesalannya dengan bersikap sabar.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Selona [END]
FantasyKematian yang sungguh mengenaskan membuat jiwa Nomia menjadi tidak tenang dan hal itu membuatnya berakhir memasuki tubuh seorang perempuan yang telah mati akibat bunuh diri. Mungkin semesta memberinya kesempatan kedua untuk membuatnya menjalani kehi...