○●○Veel Plezier○●○
Beberapa jam lalu.
Saat ini pukul sebelas malam, Raymond begitu menikmati waktunya seorang diri di dalam kamar. Setelah menandatangani beberapa proposal, Lelaki itu segera membaringkan tubuhnya diranjang. Hampir saja dia terlelap tapi tidak jadi, ketika salah satu Pelayan mengetuk pintu kamarnya.
Dengan cukup kesal lelaki itu bangkit lalu berjalan dan membuka pintunya.
Hampir saja Raymond berteriak marah tetapi urung ketika melihat Ibunya yang tengah berdiri tepat di belakang Pelayan tersebut.
"Ibu?"
Larissa berdiri dengan tatapan horor. Perempuan itu mulai maju, lalu menjewer telinga Raymond sembari menariknya untuk menuruni tangga.
"Sakit, Bu!" Keluh Raymond tidak berdaya.
Larissa baru melepaskan tangannya saat telah sampai di depan pintu rumah. "Pergi dan bawa kembali Selona ke rumah ini!"
Raymond mengusap telinganya dengan pandangan kesal.
"Selona sendiri yang ingin tinggal di sana, Bu. Aku tidak meninggalkannya. Sungguh"
Larissa tidak percaya itu dan mulai naik ke kamar Raymond. Mengambil ponsel, jaket dan salah satu kunci mobil lelaki itu. Setelahnya, Larissa mulai melemparkannya kepada Raymond.
Melihat itu, Raymond hendak membantah lagi. Namun, Larissa benar-benar punya seribu akal. Perempuan setengah baya itu mulai memanggil beberapa Pelayan agar membantunya mendorong Raymond keluar dari rumah.
Setelah mengeluarkan Raymond, Larissa mulai mengunci pintu sembari berteriak keras. "Ibu akan menunggu sampai besok. Jika kau tidak kembali dengan Selona, jangan harap kau bisa mendapatkan jabatan di perusahaan!"
Raymond mendesah berat lalu pergi menuju garasi mobilnya. Bahkan mobil yang Larissa pilihkan untuknya malam ini begitu membuatnya tidak suka. Mobil yang selalu terparkir rapi dan tidak pernah lelaki itu kendarai. Memang hobi sekali Larissa memilihkan Raymond hal yang tidak lelaki itu sukai.
Setelah berkendara selama dua jam lebih, Raymond telah tiba di depan gerbang kediaman Selona.
Melihat jam sudah menunjukkan hampir pukul dua malam, Raymond memilih keluar dari mobilnya dan mulai membunyikan bel. Lelaki itu berdiri cukup lama di sana, tapi tidak seorang pun yang membukakan nya gerbang.
Raymond semakin kesal saja. Jika bukan karena Larissa yang tiba-tiba datang, dia mungkin tidak akan berada di sini sekarang. Lelaki itu mulai mengeluarkan ponselnya dan menelepon Selona. Berharap perempuan itu masih terjaga.
Sembari menelepon, Raymond masih terus membunyikan bel itu.
Tidak diangkat.
Kekesalannya semakin menjadi-jadi.
"Ke mana penjaga gerbang nya? Cih, bapak itu pasti hanya makan gaji buta saja"
Raymond tidak kehabisan akal. Lelaki itu memilih memanjat dan melihat ke dalam. Sepi dan sunyi. Perhatiannya beralih pada pos penjaga dan mendapati bapak itu sedang tertidur sangat pulas.
Pantas saja.
Raymond menarik napas dalam-dalam dan mulai meneriaki bapak penjaga itu. "Pak, buka! Mobil saya mau masuk!"
Tidak direspon.
Raymond menghela napas dan mulai melompat turun. Lelaki itu gelang-geleng kepala sembari mendekat ke arah pos penjaga. Namun belum sampai, niatnya seketika urung ketika mengetahui kompleks ini terjaga begitu baik.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Selona [END]
FantasyKematian yang sungguh mengenaskan membuat jiwa Nomia menjadi tidak tenang dan hal itu membuatnya berakhir memasuki tubuh seorang perempuan yang telah mati akibat bunuh diri. Mungkin semesta memberinya kesempatan kedua untuk membuatnya menjalani kehi...