47. Lalu, Satu Orangnya Siapa?

14.6K 933 2
                                    

○●○Veel Plezier○●○

Selona tidak mengatakan apa-apa. Dia tidak berani bersuara karena terlalu malu dengan segala perkataan Raymond yang sepenuhnya benar.

Dia memang bukan Selona yang asli dan itu akan terus terlihat bagi orang yang terbiasa melihatnya. Tidak disangka, Raymond akan memerhatikan hingga sedetail itu. Bahkan Wenon yang teman lama Selona pun, tidak tahu dan hanya terus memakluminya yang terlupa.

"Mau tahu info terbaru tentang lelaki itu?"

Selona terdiam. Dia tidak tahu lelaki yang mana yang dimaksud oleh Raymond. Namun perasaannya mengatakan itu adalah...

"Dia akan segera jatuh bangkrut dalam dua hari ini. Aku sudah mencurigainya dan ternyata benar, dia banyak melakukan korupsi dana perusahaan dengan pajak yang terus dibiarkan menumpuk. Jadi setelah bangkrut, dia akan segera dipanggil oleh polisi karena petinggi-petinggi itu tidak terima dengan kelakuannya"

Selona melepaskan pelukan mereka dengan kunci kamar yang kini telah berada digenggamannya. Tadi saat bercerita, Raymond menjadi lengah dan itu dimanfaatkan baik-baik oleh Selona.

"Terimakasih atas bantuanmu, tapi saat ini aku hanya ingin pulang dan beristirahat"

Selona melenggang pergi lalu membuka pintu kamar tanpa berniat tinggal. Perempuan itu memilih pergi dan tidak menoleh lagi. Tentunya, Raymond merasa terusik tapi tidak bisa berbuat lebih. Setidaknya Selona kini ada dalam pengawasannya.

Raymond menipiskan bibirnya dan mulai melangkah keluar untuk melihat kepergian dari Selona.

'Tenang Raymond, masih ada hari esok dan esoknya lagi' hiburnya, pada dirinya sendiri.

———

Malam ini, hawa dingin begitu menusuk permukaan kulitnya. Jadi, Selona segera berjalan menutupi semua jendela yang terbuka. Hembusan angin terakhir menyapu area wajahnya dan itu begitu dingin. Mungkin akan hujan sebentar lagi.

Selona bergegas menuju ruang pakaian dan memakai pakaian. Setelah menanggalkan handuknya, Selona mulai mengenakan setelan baju tidur yang terasa hangat. Kemudian, perempuan itu mulai berjalan keluar kamar untuk melihat-lihat.

Sepanjang kakinya melangkah, hanya terdengar suara langkahnya karena suasana sekitar yang begitu hening. Meskipun begitu, Selona suka keheningan ini.

Sementara perempuan itu di dapur sendirian, terdengar suara bel pintu yang membuatnya terlonjak kaget. Di situasi hening ini, apapun bisa membuatnya begitu terkejut. Walaupun itu hanya sendok jatuh. Sembari mengatur perasaannya dan mematikan kompor, Selona berjalan keluar untuk membuka pintu rumah.

Di dalam benaknya, dia berkali-kali mengutuk tamu yang dengan tidak sopannya datang malam-malam seperti ini.

"Hai"

Selona tampak tidak senang dan berniat menutup pintu rumahnya kembali, tapi Raymond segera menahannya. Karena perbedaan tenaga yang sangat jomplang, Raymond berhasil masuk ke dalam rumah sehingga pintunya langsung tertutup dengan keras.

BLAM!

Selona kembali terlonjak kaget dan menatap jengkel pada si biang masalahnya.

Raymond menyengir sembari berucap, "Maaf"

Selona mengabaikannya dan kembali ke dapur untuk melanjutkan memasaknya yang sempat tertunda.

"Mau ke suatu tempat, besok?"

Raymond mengambil kursi pada meja makan dan menaruhnya di dekat Selona yang sibuk memotong-motong daging ayam. Di atas kompor tampak sebuah saus yang berwarna cokelat pekat dan itu terlihat begitu kental. Raymond sepenuhnya tidak mengerti, yang dia tahu hanya makan dan menikmatinya.

I'm Selona [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang