17. Sepertinya Ibu Keliru.

19.9K 1.3K 5
                                    

○●○Veel Plezier○●○

Selona terpaku dengan bibir yang terasa kelu. Sejak kecil memang Ibunya selalu menyebutkan bahwa dia memiliki sahabat dan kerap kali menceritakannya kepada Nomia. Ibunya bahkan selalu mengatakan jika dewasa nanti, Nomia tidak perlu susah payah lagi mencari lelaki karena Ibunya telah mempersiapkan calon terbaik untuknya.

Selona tidak mengira bahwa yang dimaksud oleh Ibunya itu adalah Larissa dan anaknya Raymond.

Selona meremas ujung gaun nya. Matanya sedikit berkaca-kaca melihat foto semasa balitanya. Perempuan itu mulai melirik ke bingkai foto yang lain. Pada kedua wanita yang sedang berpose dengan masing-masing anak digendongannya. Senyuman kedua wanita itu begitu bahagia satu sama lainnya.

'Ibu'

Selona akhirnya menitikan air mata melihat senyum cerah Ibunya pada foto itu. Gaun berwarna olive itu sangat indah dikenakan Ibunya yang berparas cantik. Tiba-tiba saja perempuan itu merindukan Ibunya.

'Aku sudah bertemu dengan sahabat Ibu, dia sangat-sangat baik. Hanya saja Ibu keliru mengatakan anaknya adalah calon terbaik'

Asisten di sebelah Selona menjadi salah paham dan mengira perkataannya telah menyakiti perasaan Nona Selona. Perempuan itu dengan segera mencoba menenangkan Selona.

"Maafkan saya Nona Selona, karena perkataan saya barusan—"

Selona menoleh sembari tersenyum. Dia lalu mengusap bekas air matanya. "Terimakasih telah memberitahuku"

Selona kembali melirik pada bingkai foto itu, dengan senyumannya, perempuan itu perlahan melangkah pergi untuk menyusul Larissa.

Di belakang rumah, Larissa sedang sibuk menyirami tanaman. Mungkin jika orang lain yang melihatnya, mereka tidak akan percaya jika tahu Larissa adalah Direktur utama sekaligus pemilik dari Yolano Grub. Perusahaan yang bergerak pada bidang perbankan dan juga menanamkan saham yang cukup besar pada sejumlah perusahaan ritel.

Selona berdiri tidak jauh. Perempuan itu masih tidak menyangka akan fakta yang baru diketahuinya. Takdir yang ditakdirkan tuhan memang selalu diluar ekspektasinya.

○●○●○●

Selona duduk bertumpu tangan sembari memandangi beberapa Pelayan yang sedang sibuk membuatkan sarapan. Perempuan itu sejak tadi begitu bosan tidak melakukan apa-apa. Dia cukup merindukan rutinitasnya di dapur saat menjadi Nomia.

"Apa ada yang bisa kulakukan?" Tanya Selona dengan wajah muram nya.

Salah satu Pelayan datang dengan satu mangkuk bubur ayam untuknya. Sembari menyimpan di depan Selona, Pelayan itu mengatakan, "selama ada kami, anda tidak diperkenankan melakukan apa-apa, Nona"

Selona mengembungkan kedua pipinya. Namun saat melihat bubur ayam di hadapannya, seketika matanya menjadi berbinar bahagia.

Satu hal yang tidak pernah terlewatkan olehnya ketika pagi adalah, bubur ayam. Itu suatu kewajiban untuknya.

Sembari meniup-niup buburnya, Selona lantas bertanya, "Perasaan sarapan pagi Mondy hanyalah Oatmeal dan buah, kenapa kalian sejak tadi sangat sibuk dengan bahan makanan lainnya?"

Beberapa Pelayan saling berpandangan dan Pelayan yang di dekat Selona mulai berbisik pelan di sebelah telinganya. "Ini permintaan Nona Adeline. Kami begitu bingung karena tidak mengetahui jelas dia menginginkan sarapan bagaimana. Mengingat kemarin pagi kami dimarahi habis—"

Perkataan Pelayan itu terhenti ketika melihat raut wajah Selona telah berubah.

Ternyata dua hari tinggal di rumah ini, Adeline masih berlaku seenaknya. Bahkan Selona tidak tahu kejadian kemarin pagi karena begitu terburu-buru pergi ke rumah Larissa.

"Adeline memarahi kalian lagi? Hanya karena sarapannya tidak sesuai seleranya?"

Pelayan itu mengangguk dengan takut takut.

Selona gelang-geleng kepala. Lalu berujar, "Ya sudah, kalian hidangkan saja makanan yang sudah kalian buat. Jangan menambah-nambah lagi, soalnya aku sudah lelah melihat kalian di sana sejak tadi"

Keempat Pelayan itu serentak mengangguk. "Baik, Nona"

Selona tersenyum sembari kembali menaruh perhatiannya pada bubur ayam di hadapannya. Setelah menaburkan bawang goreng di atasnya, Selona mulai mengaduk buburnya dan memakannya.

Saat Selona begitu menikmati makannya, Raymond dan Adeline kini ikut bergabung sembari bergandengan tangan. Mereka juga duduk dengan berdampingan.

Uh, sungguh adegan yang romantis.

Selona melirik keduanya sekilas. Melihat Raymond di hadapannya lantas mengingat perkataan Ibunya yang berkata lelaki itu baik dan akan sangat cocok untuknya.

Lihat? Si lelaki terbaik ini sedang bermesraan dengan perempuan berbeda setiap kalinya.

Sepertinya jika menjadi Nomia pun, perempuan itu akan kembali berpikir beribu kali lagi.

Setelahnya, Selona kembali memakan buburnya tanpa peduli lagi dengan sekitarnya.

"Ih, kau makan bubur sambil diaduk?" Adeline berkata dengan raut wajahnya yang sangat jijik.

Selona yang melihatnya lantas tersenyum dan mulai berdiri sembari mendekatkan buburnya kepada wajah Adeline. Terlihat perempuan itu semakin jijik, dan menarik narik lengan kemeja Raymond untuk segera membalas perbuatan Selona.

Kemudian Raymond mulai berdehem, sembari berkata. "Hentikan, Selona"

Selona melihat ke arah Raymond dan buburnya secara bergantian. "Kenapa? Kau juga ingin? Nihh"

Selona menyimpan buburnya yang sisa sedikit di hadapan lelaki itu. Kemudian perempuan itu mengambil buah anggur hijau dan memakannya.

Sebenarnya Selona tidak ingin membuat drama pagi-pagi begini dan lebih memilih kembali ke kamarnya. Namun, mengingat kelakuan Adeline, dia seperti tidak rela membiarkan perempuan itu makan dengan tenang.

Setelah beberapa Pelayan datang dan membawakan sarapan untuk Raymond dan Adeline. Selona mulai memerhatikan makanan di hadapan Adeline yang begitu banyak. Ada daging sapi panggang, ayam rebus, salad, sandwich, bahkan beberapa makanan dari negara asing pun terhidang di depannya.

"Kau memakan semua itu?" Tanya Selona sungguh-sungguh, mengingat tubuh Adeline yang ramping, Selona langsung meragu.

"Tentu saja, tidak!"

"Jadi sisa makanannya?" Selona kembali bertanya.

"Tentu saja, dibuang!"

Raymond yang sejak tadi hanya diam tidak bersuara hanya bisa mengamati keduanya. Terlebih pada  Selona yang biasanya tidak berbicara banyak, kini dengan gampangnya memulai percakapan dengan Adeline.

"Kau harus memakan semuanya, kasian para Pelayan yang telah bersusah payah membuatnya. Lagipula kau sudah terlalu sering membuat semua orang kerepotan, terutama Pelayan. Kau pikir dirimu hebat? Tentu saja tidak, Benarkan, Mondy?"

Ditanya seperti itu Raymond lantas mengangguk sembari melirik Adeline di sebelahnya. Dan hal itu sontak membuat Adeline kesal terhadap Selona.

Selona mengambil gelas berisikan air dan meminumnya, setelahnya perempuan itu segera berdiri sembari menatap keduanya secara bergantian.

"Selamat sarapan pagi sepasang kekasih," Selona menjeda katanya sembari memusatkan perhatiannya pada Adeline. "Ohya satu lagi Adeline, aku sengaja mengatakan ini kepadamu di depan Mondy supaya kau tahu siapa yang lebih berhak di rumah ini. Dan untukmu Mondy, maaf mengganggu waktu sarapan berhargamu. Lain kali, tidak akan aku ulangi"

Selesai mengatakannya, Selona berlalu pergi sembari mengedipkan salah satu matanya kepada beberapa Pelayan yang berdiri tidak jauh dari mereka. Hal itu membuat mereka ber-empat menahan tawa.

Berbeda dengan mereka, Raymond malah terheran-heran dengan segala tindakan Selona pagi ini yang sungguh ajaib. Kemudian lelaki itu melirik Adeline yang tengah melamun dengan pandangan nanar kepada berbagai makanan di hadapannya.

Raymond mulai mengetuk-ngetuk meja makan dan berkata, "Habiskan makananmu dan jangan pernah berpikir untuk membuangnya"

○●○Veel Plezier○●○

I'm Selona [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang