26. Dia Hanya Selalu Kesepian.

17.7K 1.1K 1
                                    

○●○Veel Plezier○●○

Saat ini sudah pukul enam pagi, Raymond secara perlahan membuka kedua matanya. Menyadari Selona belum juga terbangun membuatnya cukup gelisah. Lelaki itu kemudian menarik kedua lengannya yang sedari tadi dia jadikan penumpu kepalanya saat tidur.

Raymond kemudian berdiri untuk mencuci muka. Hari ini dia akan keluar sebentar dan mengutus satu Pelayan untuk menjaga Selona di rumah sakit.

Sejak tadi malam, dia begitu bimbang. Namun pada akhirnya dia pergi juga membawa Selona ke rumah sakit. Bahkan alarm maupun teriakannya saja tidak membuat perempuan itu bergeming sedikitpun. Hal itu membuatnya cemas bukan main, dan itu semakin diperparah dengan pernyataan dokter yang mengatakan bahwa denyut nadi Selona tidak terdeteksi. Bahkan detak jantungnya juga sangat lemah.

Selama berjam-jam dinyatakan kritis, akhirnya Selona sudah baik-baik saja. Hanya saja, perempuan itu tidak juga mau membuka matanya.

Raymond mengusap embun pada kaca cermin di depannya. Lelaki itu menatapnya tanpa ekspresi. Melihat dirinya pada pantulan cermin westafel, membuatnya semakin meragu terhadap dirinya sendiri.

Dia sepertinya sudah melangkah terlalu jauh.

Raymond pergi dari westafel dan mulai mengambil kunci mobil juga ponselnya yang tergeletak di atas nakas. Memasukannya ke dalam saku celananya.

Sebelum pergi, dia menyempatkan untuk melihat Selona sekali lagi. Tatapan Raymond semakin meneduh ketika melihat perempuan itu masih begitu betah tertidur. Entah sampai kapan. Raymond juga tidak tahu.

○●○●○●

Beberapa jam berlalu, Selona secara perlahan membuka kedua matanya. Melihat pemandangan yang cukup familiar untuknya, Selona mulai menoleh untuk memastikan.

Dia di rumah sakit.

Ini seperti terulang kembali. Sunyi dan sepi di dalam sini. Selona secara pelan-pelan mencoba untuk bangun. Melihat alat medis tertempel pada tangannya, membuatnya cukup kesulitan untuk bergerak.

"Syukurlah Nona Selona sudah bangun. Apa anda menginginkan sesuatu?"

Selona mengulas senyuman kecil. Melihat satu Pelayan perempuan itu datang dari arah luar membuatnya kembali bernostalgia dengan perawat yang juga pernah menemaninya.

"Aku hanya sedikit haus"

Pelayan perempuan itu tampak mengangguk dan berlari kecil ke sampingnya. Tangannya begitu gesit mengambil mineral botol dan membukanya. Pelayan itu kemudian membantu Selona untuk meminumnya.

"Terimakasih. Um, aku belum tahu namamu siapa?"

Pelayan itu tersenyum sembari menunduk. "Nama saya Merlin, Nona Selona"

Selona kembali mengulas senyuman. Melihat tingkah malu-malu dari Merlin membuatnya gemas sendiri. "Sepertinya kita hampir seumuran, Merlin. Kuharap kau bisa bekerja sebaik ini jika telah sampai di rumah"

Merlin segera mengangkat kepalanya dan melihat Selona yang tampak begitu serius. Kemudian dia bertanya dengan nada pelan. "Maksud Nona?"

"Aku beberapa kali mendapatimu selalu tidak menghormati Bibi Dorones, padahal dia adalah kepala Pelayan dan jauh lebih tua darimu. Kau juga sering tidak mengerjakan pekerjaanmu dengan benar. Aku tahu itu"

I'm Selona [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang