11. Sama Sama Bingung.

23.7K 1.4K 4
                                    

○●○Veel Plezier○●○

Selona gelagapan dan segera mengambil ponselnya dari tangan Raymond. Perempuan itu melihatnya dan itu benar-benar terbuka. Selona cukup speechless dan mengira perkataan Wenon saat itu adalah keliru.

Raymond berdiri dan kembali teringat bahwa Selona semalam sedang demam. Hampir saja dia melupakan hal itu. Tanpa ragu, lelaki itu mulai menyentuhkan punggung tangannya kepada dahi Selona. Merasakan demam Selona telah turun, lelaki itu kemudian bertanya. "Bagaimana perasaanmu saat ini? Kau merasa baikan?"

Awalnya Selona bingung karena perubahan topik Raymond yang tiba-tiba. Namun kemudian perempuan itu mengangguk yakin.

"Apa mau diperiksa sekali lagi oleh dokter? Lagipula kau masih memiliki jadwal pertemuan hari ini"

Selona tersenyum simpul lalu menggelengkan kepalanya. "Terimakasih, tapi itu tidak perlu. Aku sudah merasa lebih baik dengan minum obat saja"

"Baiklah, jika itu keinginanmu"

Raymond tidak mempermasalahkannya lagi dan kini berjalan keluar kamar Selona. Lelaki itu turun lebih awal dan meninggalkan Selona yang masih berdiri sembari termenung.

Selona bernapas lega. Melihat Raymond tidak lagi mengungkit soal ponselnya, itu sudah membuatnya cukup tenang. Namun satu hal yang tidak dia tahu, yaitu tanggal dan tahun lahir lelaki itu.

Mungkin Selona akan mencari cara untuk mendapatkan informasi tersebut.

Setelah keluar, Selona kini duduk tepat di sebelah Raymond sembari memasang sibuk pengaman nya. Perempuan itu sepenuhnya tidak tahu kemana Raymond akan membawanya hari ini. Selona hanya duduk dengan tenang sambil mendengarkan radio. Sesekali perempuan itu bergumam mendengar lagu pada radio itu berputar.

Raymond melirik Selona sekilas lalu bertanya. "Kau tidak penasaran kita akan ke mana?"

Tentu saja perempuan itu penasaran. Hanya saja dia tidak begitu ingin menanyakannya. Namun mendengar perkataan Raymond barusan, perempuan itu mulai memandangi Raymond dengan sangat intens. Kemudian mengatakan, "Aku penasaran"

Raymond tertawa ketika melihat sekilas raut wajah Selona yang begitu datar ketika mengatakannya. Lelaki kemudian berdehem pelan.

"Kita akan berlibur sehari ke kediaman mu di ujung kota. Sepertinya kau merindukannya hingga menjadi demam"

Kedua mata Selona berbinar dan mulai begitu fokus melihat ke arah jalan. Sesekali mengingat nama nama jalan yang telah mereka lewati. Nomia dan Selona sedikit berbeda. Jika Selona adalah seorang yang pelupa maka Nomia sebaliknya. Dia begitu mudah mengingat sesuatu.

Setelah beberapa saat keheningan melanda, Raymond segera memarkirkan mobilnya masuk ke dalam restoran cepat saji. Kemudian,  lelaki itu keluar dari mobil dan membukakan pintu penumpang untuk Selona.

Mereka berdua kini berjalan masuk ke dalam dan segera memesan menu. Dua puluh menit berlalu, keduanya sudah selesai dan kembali melanjutkan perjalanan. Karena kota begitu luas dan kediaman Selona tepat berada di ujung kota, jadi perjalanan mereka memakan waktu yang sedikit lebih lama.

Setelah menempuh perjalanan yang panjang. Keduanya kini tiba di sebuah rumah yang tidak kalah besarnya dengan rumah milik Raymond. Nuansanya begitu mewah dengan konsep yang cukup kuno.

Selona keluar lebih dulu daripada Raymond, agar lelaki itu tidak lagi repot-repot membukakan pintu mobil untuknya.

Setelah memasuki pekarangannya. Selona berusaha menyembunyikan rasa decak kagum nya dan mulai memasuki rumah besar itu. Perasaannya begitu dejavu kala melihat beberapa Pelayan menunduk lagi kepada mereka berdua.

Kali ini Raymond yang mengekori Selona karena tidak tahu menahu perihal rumah ini. Dalam hidupnya, Raymond hanya sekali ke rumah ini dan ini adalah kedua kalinya.

Selona gugup dan refleks menoleh kepada Raymond hingga lelaki itu melebarkan mata sipitnya.

Lelaki itu tidak tahu saja, bahwa Selona juga tengah bingung saat ini. Keduanya sama-sama bingung dan Pelayan yang melihatnya juga kebingungan.

"Ada apa, sayang? Jangan katakan kau juga lupa rumahmu?"

Selona meneguk ludah beberapa kali lalu menggelengkan kepalanya. Perempuan itu kemudian menyengir lebar hingga semua giginya terlihat jelas.

"Tentu saja tidak"

Selona terus melangkah. Berbeda dengan desain rumah Raymond yang tangga menuju lantai keduanya berada di dekat ruang tamu, rumah Selona malah letak lantainya berada di belakang, dekat dengan ruang makan dan dapur.

Selona berjalan penuh keraguan. Matanya memandangi sekitar dengan gelisah. Untung saja Raymond berada tepat di belakang hingga tidak tahu dengan ekspresi wajahnya.

Setelah menaiki lantai dua, perempuan itu melirik beberapa pintu yang sepertinya adalah kamar. Dengan percaya diri, Selona mulai membuka salah satu pintu kamar itu.

"Itu kamarmu?" Tanya Raymond. Mata Selona mengerjap dan melangkah ragu-ragu memasuki ruangan itu. Sepertinya bukan. Raymond pernah berkata bahwa desain kamar di rumah lelaki itu mengikuti kemiripan di kediamannya.

"Tidak. Aku hanya ingin melihat-lihat"

Alasan yang tepat Selona.

Melihat ruangan itu tidak terdapat barang-barang yang penting. Sepertinya itu adalah kamar tamu.

"Lalu, di mana letak kamarmu?"

Selona menggigit bibir bawahnya, perempuan itu kembali menutup pintu kamar itu. Lalu berjalan lagi ke pintu ruangan sebelah.

"Biarkan aku melihat-lihat dulu. Kau tahu sendiri aku merindukan rumah ini" ucapnya setengah kesal hingga membuat Raymond terdiam. Padahal dia hanya ingin beristirahat di kamar perempuan itu.

"Baiklah, kau lanjutkan saja. Jangan lupa panggil aku jika akan ke kamarmu, aku akan menunggu di ruang tamu"

Selona tidak dapat menyembunyikan perasaan senangnya. Kemudian perempuan itu mengangguk dan Raymond langsung saja pergi. Setelah memastikan Raymond benar-benar sudah turun, Selona dengan tergesa-gesa membuka semua pintu kamar.

Setelah membuka dan memasuki pintu kamar itu. Selona mendesah kecewa. Di antara ke-empat ruangan itu, tidak terdapat satupun ciri khas dari kamar Selona.

Saat akan menuruni anak tangga, salah satu Pelayan berlari naik ke arahnya. Pelayan itu kemudian merogoh kantong bajunya dan memberinya satu buah kunci dengan gantungan berbentuk bulan sabit.

Selona menerima itu dengan raut wajah kebingungannya. Dan Pelayan itu segera menjelaskan. "Ini kunci kamar anda, Nona. Maaf terlambat memberikannya karena tadi aku begitu sibuk di kebun dan tidak menyadari kedatangan anda, Nona Selona"

Selona sepenuhnya tidak mendengarnya dan hanya mengangguk-angguk. Dipikirannya saat ini hanya kamarnya, di mana letak ruangan itu berada.

Dengan malu-malu, Selona akhirnya bertanya pada Pelayan itu dengan nada yang berbisik.

"Katakan di mana letak kamarku berada? Sstt, kau juga harus berbisik"

Meskipun bingung dengan tingkah laku Nona rumah ini, Pelayan itu tetap memberitahukannya dengan berbisik pelan.

"Tepat di bawah tangga ini, Nona"

Selona tercengang mendengarnya. Bahkan terasa kedua pipinya menjadi sedikit lebih hangat. Perempuan itu malu bukan kepalang.

Kemudian Selona menunduk sembari berterima kasih. Setelahnya, perempuan itu langsung berlari menuruni anakan tangga. Dan hal yang mengejutkannya berikutnya adalah... bahwa Raymond telah menunggu di sana sejak tadi.

"Padahal kamarmu di bawah sini, tapi mengapa repot-repot harus naik ke atas?"

○●○Veel Plezier○●

I'm Selona [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang