30. Ya, Aku Tunangannya.

17.9K 1K 5
                                    

○●○Veel Plezier○●○

"Bagaimana dengan menambahkan beberapa meja dan kursi di dalam toko? Kebetulan bangunan ini luas dan mencakupi untuk itu"

Selona memandangi sekitarnya yang begitu luas. Bangunan ini masih baru dan akan kembali direnovasi lagi sesuai dengan keinginannya. Memikirkan perkataan laki-laki di sebelahnya, membuatnya berpikir itu ide yang bagus. Perempuan itu seketika setuju dan mengangguk.

"Itu merupakan ide terbaik. Um, tapi di luar juga bukannya cukup luas? Apa bisa meja dan kursi juga ditempatkan di sana? Pemandangan jalan raya akan terlihat menyenangkan sambil memakan cake"

Vin tampak berpikir. Lelaki itu juga langsung keluar dan mengeceknya. Jika dilihat-lihat itu lebih baik lagi. Maka saat Selona telah menyusulnya, lelaki itu menolehkan kepalanya dan berucap, "Bisa. Bahkan itu sampai lima meja. Hanya saja konsepnya akan terlihat seperti coffeshop. Apa tidak masalah?"

Selona tersenyum. "Aku memang menfokuskan untuk menjual kue. Tapi kopi tidak buruk juga. Aku tahu resep yang pas untuk minumannya"

Vin mengangguk-angguk dan memotret pemandangan di depannya. Di sela-sela memotretnya, laki-laki itu menoleh dan berujar, "tenang saja, tim sedang memproses desain yang sesuai dengan keinginan anda. Jika sudah selesai, kami akan segera mengirimkan fail gambarnya langsung"

Selona lantas menjabat tangan Vin. Setelahnya, laki-laki itu tidak langsung beranjak. Vin terlihat menimbang-nimbang untuk bertanya sesuatu. Dia sudah menahannya sejak tadi. Hanya saja, laki-laki itu sudah terlalu penasaran dengan perempuan di sebelahnya.

Selona yang merasakannya hanya bisa bertanya dengan raut wajah bingung. "Ada apa, apa ini terkait desainnya?"

Vin segera menggeleng. "Tidak. Um, aku hanya ingin bertanya, apa anda adalah Selona Horanna? Tunangan dari Raymond Yolano?"

Selona tadinya merasa aneh, tapi akhirnya mengangguk dan menimpali. "Ya, aku tunangannya. Apa sesuatu terjadi kepadanya?"

Vin kembali menggeleng dengan sangat lega. "Ah maaf membuatmu cemas. Hanya saja tadi saya merasa tidak asing dengan anda. Jika tahu dari awal bahwa anda yang memesan jasa, anda mungkin tidak harus menunggu lama. Maafkan saya dan tim, Nona Selona" pada akhir katanya, Vin menunduk sebentar dengan perasaan bersalah.

Selona mengerjapkan kedua matanya. Dia bingung. Apa dengan menjadi tunangan dari Raymond menjadi se-berpengaruh itu untuk kesuksesan hidupnya?

Melihat Selona yang masih belum mengerti, Vin dengan cepat menjelaskan. "Sepertinya anda tidak tahu ya, Mia Emily, Presiden Direktur di perusahaan kami adalah teman dekat dari pak Raymond dan pak Darren. Jika tahu anda yang memesan jasa, Bu Mia pasti akan sangat senang tentang ini"

Ah itu.

Tapi tunggu, Mia Emily?

Dia pernah mendengar nama perempuan itu yang begitu terkenal beberapa tahun belakangan ini. Mia Emily, Perempuan yang dengan berani menuntut Stewart Grub, salah satu perusahaan terkemuka di negara ini. Bukan hanya sekedar menuntut, tapi perempuan itu juga hampir berhasil membuatnya rugi hingga puluhan triliun. Melihat perempuan itu menang di pengadilan, membuatnya tahu seberapa pemberaninya Mia Emily itu.

Selona tidak menyangka bahwa Mia Emily adalah teman dekat dari Raymond. Sungguh, itu sangat mengesankan untuknya.

Saat begitu hanyut tentang Mia Emily. Perempuan itu segera teringat akan satu hal, bukankah Raymond tidak tahu menahu tentang toko kuenya ini? Jadi ketika masih terpikir, Selona segera membicarakannya pada Vin. Dia bermaksud meminta tolong.

"Bisakah untuk anda untuk jangan membahasnya dengan Raymond tentang hal ini. Aku benar-benar meminta tolong "

Vin tadinya merasa aneh. Namun pada akhirnya dia mengangguk setuju. Lagi pula dia tidak pernah lagi bertemu dengan laki-laki itu semenjak kematian Bryan lima tahun lalu. Vin hanya sering mendengar desas-desus bahwa Raymond kini tidak sebebas dulu lagi. Laki-laki itu kini telah mengambil jabatan di perusahaan Ayahnya, Yolano Grub. Dan itu berita yang mengejutkan bagi Vin.

"Tentu, kerahasiaan pelanggan juga adalah prioritas kami"

○●○●○●

Selona meregangkan tubuhnya yang begitu kelelahan. Dia lantas menghirup udara sekitar dan mengembuskannya dengan cepat. Di dalam bangunan kosong ini, dia sendirian. Perempuan itu tengah menanti kedatangan dari Wenon. Kata laki-laki itu, dia akan cepat datang. Namun hingga empat jam berlalu, Wenon belum juga kembali dengan segala urusannya.

Selona memilih duduk dilantai. Dia mengeluarkan ponsel di dalam tasnya, dan berselancar pada media sosialnya.

Saat melihat salah satu media sosial Selona yang tidak terdapat postingan apapun, itu membuatnya mengernyit bingung. Jari tangannya kini mencari arsip postingan. Dan, menemukannya.

Itu terdapat tiga postingan. Selona dan anjingnya, Mikaa. Juga potret Wenon saat remaja yang sedang bermain piano. Terakhir, foto Selona dan kedua orang tuanya saat masih kecil. Di dalam foto terakhir itu, Selona terlihat sangat bahagia dengan menggendong Mikaa dengan Ayah dan Ibunya yang tertawa lepas di belakangnya.

Di dalam buku harian Selona, Mikaa meninggal karena suatu penyakit tanpa sepengetahuan perempuan itu. Hal itu membuat Selona begitu terpukul, hingga tidak berniat lagi untuk mencari pengganti Mikaa. Yang dia tahu dari buku harian itu, Selona sudah menganggap Mikaa sebagai keluarganya sendiri. Tidak ada yang bisa menggantikan peran Mikaa dihatinya.

Itu berbeda dengan Wenon, laki-laki itu sendiri yang memutuskan untuk meninggalkan Selona atas kehendaknya sendiri. Hal itu yang membuat Selona yang dulu tidak pernah lagi mengharapkan kembalinya seorang Wenon. Dia sangat benci dengan orang-orang yang secara sadar meninggalkannya.

"Maaf membuatmu menunggu lama"

Selona tersentak dan segera mematikan ponselnya tiba-tiba. Saat Wenon sudah berada dekat dengannya, perempuan itu mendongak ke atas. Melihat Wenon yang tersenyum cerah ke arahnya, itu membuatnya termenung sesaat.

Setiap berada di dekat Wenon, dia selalu merasa bersalah pada sosok Selona yang dulu. Tidak seharusnya dia melakukan ini. Namun saat itu, Wenon datang pagi-pagi sekali ke rumah Raymond. Entah dari mana lelaki itu tahu tentang keinginannya yang ingin membuka toko kue.

Dia pagi itu datang dan langsung mengatakan, "Kau ingin membuka toko kue, kan? Ibumu yang mengatakannya, jadi dia menyuruhku untuk membantumu. Sekarang, pergilah bersiap-siap dan kita akan pergi mencari toko yang tepat"

Lamunan Selona seketika buyar karena tangan Wenon yang bergerak-gerak di depan matanya.

"Ada apa, Lona?"

Selona menggelengkan kepalanya dan memilih berdiri sembari merapikan tasnya. "Tidak, aku hanya terlalu lelah hari ini. Bisa kita langsung pulang saja?"

Padahal Wenon bermaksud untuk mengajak Selona makan malam di restoran sebelah. Namun mendengar perkataan Selona barusan, dia lantas mengangguk mengerti. "Baiklah, ayo kita pulang"

Selona berjalan lebih dahulu dengan Wenon di belakangnya. Laki-laki itu terus memandangi punggung belakang Selona, sesekali tersenyum gemas hingga perempuan itu berbalik secara tiba-tiba. Hal itu membuatnya merasa tertangkap basah.

"Kau yakin Ibuku sendiri yang menyuruhmu untuk membantuku? Bukankah itu terasa aneh jika itu kau?"

○●○Veel Plezier○●○

I'm Selona [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang