51. Selamat Tinggal.

17.3K 966 10
                                    

○●○Veel Plezier○●○

Raymond langsung mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi menuju rumah sakit. Dia belum tahu jelas tentang kondisi lelaki itu, tapi kata orang yang tadi berbicara dengannya ditelepon, kondisi Deon dan kekasihnya begitu memprihatinkan.

Sesampainya di sana, Raymond segera mendatangi ruangan UGD dan menemukan Deon dan kekasihnya sedang diberikan pertolongan pertama.

"Tolong lakukan apapun untuk membuatnya tetap hidup, soal biaya, aku yang akan menanggungnya"

Salah satu perawat kini datang menghampiri Raymond.

"Apa anda wali dari kedua pasien?"

Raymond mengangguk dengan ragu pada awalnya tapi ketika melihat Deon kembali, dia langsung mengangguk yakin.

"Ya, aku walinya"

Perawat itu mengangguk mengerti dan mulai membawa Raymond untuk mengisi beberapa formulir data untuk pasien agar memudahkan dokter untuk melakukan penanganan.

Selesai mengisi formulirnya, perawat membawanya pada ruang administrasi untuk membayar dan itu bertepatan dengan kedatangan Arman. Jadi Raymond langsung menyuruh Arman untuk menanganinya dan dia kembali menuju ruang UGD.

"TIDAK! PUTRAKU TIDAK MUNGKIN MENINGGALKANKU SECEPAT INI!"

Langkah Raymond terhenti. Itu tidak mungkin Ibu Deon apalagi Ibu kekasih dari Deon. Mengingat kedua sepasang kekasih itu sama-sama tidak memiliki Ayah dan Ibu.

"KATAKAN KAU BERCANDA! AYO KATAKAN! HEROS-KU TIDAK MUNGKIN MENINGGALKANKU SECEPAT INI!"

Deg.

Raymond jelas mendengar wanita itu menyebutkan tentang Heros. Tidak mungkin...

Tanpa ragu Raymond langsung membuka pintu ruang UGD dan membeku melihat wanita itu kini berada di depannya. Jadi pelaku yang menabrak Deon dan kekasihnya adalah... Heros Pranama.

Raymond mengepalkan kedua tangannya dengan kuat. Beraninya lelaki itu menganggu kawasannya. Setelah istrinya sendiri, kini orang lain?

"JANGAN MENARIKKU, DASAR JALANG GILA! KAU BERBOHONG KAN? PUTRAKU TIDAK MUNGKIN MENINGGALKANKU. DIA BERJANJI UNTUK TERUS BERADA DI SISIKU!"

Perawat itu semakin kelelahan membawa Halla untuk keluar dari ruang UGD. Wanita itu sangat berisik dan membuat semua orang terganggu.

Raymond mengedarkan pandangannya dan tidak melihat keberadaan dari tubuh Heros. Kemana lelaki itu? Apa di ruang operasi atau ruangan mayat?

"Tolong untuk diisi dulu formulir untuk kepulangan mayatnya, Bu. Mayat putra Ibu tidak bisa dibiarkan berlama-lama di rumah sakit, dia harus dimakamkan secepatnya"

Halla menggelengkan kepalanya dengan kuat. Tidak, Heros akan baik-baik saja. Dia masih hidup dan hanya perlu untuk dioperasi.

"BERAPA KALI AKU BILANG, PUTRAKU TIDAK MATI. DIA BAIK-BAIK SAJA. HEROS HANYA PERLU DIOPERASI. KAU DENGAR KATAKU?!"

Raymond melebarkan kedua matanya dan akan mendekati Halla jika saja ponselnya tidak berdering. Jadi Raymond buru-buru keluar untuk menjawabnya.

"Raymond"

Itu suara Selona. Raymond kembali melihat nama kontak yang menghubunginya dan benar saja itu Selona.

"Ada apa, hm?"

"Kau di mana?"

Raymond melirik ke belakang, pada pintu ruang UGD yang sudah tidak berisik lagi. Sepertinya Halla sudah berhasil ditenangkan.

I'm Selona [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang