○●○Veel Plezier○●○
"Jangan berkata seperti itu, sayang"
Selona segera pergi dan kini telah memasuki kamarnya. Meninggalkan Raymond yang masih berdiri dengan penuh keheranan. Setelahnya, lelaki itu mulai mengendikan bahunya tidak peduli dan kembali ke dapur.
Saat ini, dia merasa sangat haus dan mulai membuka kulkas. Mengambil air mineral botol lalu meminumnya dalam sekali tegukan.
Setelahnya, dia kembali menuju pada kompor dan melihat daging yang tadi digorengnya ternyata masih tersisa sepotong di atas wajan.
Raymond mengambil daging itu dan memasukannya ke dalam mulutnya. Namun setelah mencoba mengunyahnya, lelaki itu langsung saja memuntahkannya dan langsung membuangnya ke tempat sampah.
Pandangannya langsung beralih pada piring makan Selona yang telah sepenuhnya kosong. Perempuan itu tadi juga mengatakan daging yang dimasaknya enak dan sempat berterima kasih. Padahal potongan daging yang Raymond berikan pada Selona begitu besar.
Raymond kembali mengambil botol mineral dan tanpa ragu-ragu meneguknya. Berusaha menghilangkan rasa daging goreng itu. Sungguh rasanya tidak enak.
Sesaat akan berjalan menuju kamarnya, lelaki itu menghentikan langkahnya tepat di depan kamar Selona. Lelaki itu hendak masuk, tapi ternyata telah terkunci.
Raymond mengurungkan niatnya dan berjalan memasuki kamarnya di sebelah. Saat ini waktu menunjukkan pukul tiga pagi. Untung saja besok adalah hari minggu dan membuatnya bisa tertidur lebih lama.
Setelah membersihkan diri dan berganti pakaian. Raymond membuang dirinya di atas ranjang dan mulai tertidur. Malam ini lebih melelahkan daripada malam lainnya.
Berbeda di sebelah kamarnya, Selona malah terjaga lagi. Perempuan itu mulai mengambil buku secara random dan mulai ingin membacanya.
Saat telah duduk dengan nyaman, dia malah tidak sengaja melihat ponsel Selona sedang mengisi daya. Padahal dia tidak pernah lagi menyentuhnya sejak malam itu.
Dengan cukup penasaran, Selona mulai mengambil ponsel itu. Ternyata baterai nya hampir terisi penuh. Perempuan itu kemudian teringat akan perkataan Wenon malam itu dan mulai mengambil kartu nama lelaki itu di dalam dompetnya.
Dengan penuh harapan, Selona mulai mengetikan beberapa angka itu. Ternyata itu tetap saja tidak terbuka. Bahkan perempuan itu telah mencobanya tiga kali, tapi bukan itu sandinya.
Selona kembali menyimpan ponsel itu dan kembali menuju perpustakaan mini nya. Mengambil bukunya dan mulai begitu fokus dengan cerita di dalam buku itu hingga tidak menyadari bahwa pagi telah menyambutnya.
Setelah menghabiskan membaca lembaran terakhir pada buku itu, Selona lantas menyimpannya dan mulai membuka gordennya. Sama seperti pagi-pagi sebelumnya, hari ini dia disambut dengan cahaya yang begitu menyejukan.
Perlahan perempuan itu berjalan keluar kamarnya. Melihat lihat sebentar aktifitas para Pelayan yang begitu sibuk dipagi hari. Terutama di dapur, mengingat ruangan itu sungguh sangat berantakan sejak semalam.
Setelah puas melihat-lihat, Selona kemudian berjalan ke taman belakang rumah. Tempat ini begitu luas dengan pemandangan yang menenangkan. Terdapat ayunan untuk dua orang tepat di bawah pohon besar dan juga bangku di pohon lainnya. Sembari menaiki ayunan itu, mata Selona memandangi sekitar.
Di sisi kanan taman, terdapat juga alat pembakaran yang dapat Selona tebak sebagai tempat party untuk Raymond dan teman-temannya.
Sungguh Selona benar-benar menikmati nya. Dia bahkan tiada henti-hentinya berdecak kagum disetiap keberadaannya di kediaman milik Raymond.
Setelah masa pertunangan nya selesai dengan Raymond, Selona akan kembali ke kediaman semulanya di ujung kota dan memulai kehidupan baru. Dia hanya benar-benar ingin hidup tenang tanpa gangguan semua orang. Mungkin setelah itu, dia akan berangsur-angsur melupakan ketakutan nya atas kejadian tragis itu.
Selona mulai memejamkan kedua matanya. Perlahan-lahan merasa sangat tenang. Hingga beberapa saat, Selona masih memejamkan mata ketika Raymond ikut duduk di sebelahnya.
Lelaki itu memandangi Selona lalu mengatakan, "mau ikut denganku ke suatu tempat?"
Selona secara perlahan membuka matanya dan memandangi Raymond. Mereka saling tatap cukup lama, setelahnya Selona mengangguk mau.
"Bagus. Kau bersiap-siap lah sekarang"
Setelah mengatakannya, Raymond langsung beranjak pergi dari taman, yang membuat Selona mau tidak mau harus segera pergi juga.
Sekembalinya di kamar, Selona langsung memasuki ruangan mandi. Hingga beberapa menit, perempuan itu keluar dengan hanya mengenakan handuk menuju ruangan ganti.
Melihat semua pakaian-pakaian yang menarik hati itu. Selona mulai bingung karena tidak tau mereka akan ke mana. Cukup lama perempuan itu berdiri di sana. Kemudian dia mulai memilih satu pakaian yang terlihat cocok disemua jenis tempat. Selona mulai membuka handuknya dan berniat memakai pakaiannya tapi kedatangan Raymond yang tiba-tiba sungguh mengejutkannya. Dengan cepat, Selona mengambil kembali handuk di bawahnya dan mulai kembali menutupi tubuhnya. Tidak lupa memberikan tatapan tajam kepada lelaki itu.
Raymond mengerjapkan matanya lalu kembali menutup pintu ruangan ganti itu. Lelaki itu pikir, Selona sudah siap ketika melihat samar samar ke dalam. Nyatanya tidak. Kemudian Raymond meminta maaf karena aksinya itu.
Raymond menunggu Selona bersiap dengan duduk di pinggir ranjang. Lelaki itu sedikit merasa bersalah karena aksinya beberapa saat lalu. Namun melihat tubuh telanjang Selona sungguh membuat hasratnya bangkit. Meskipun demikian, dia mencoba menahannya.
Bohong jika Raymond mengatakan dia sama sekali tidak tergoda oleh tubuh Selona. Namun, jika dia menuruti nafsunya, dia tidak akan pernah bisa melepaskan hubungan pertunangan mereka dan itu akan menuju sebuah pernikahan yang dibencinya. Itulah yang membuatnya tidak akan pernah mau menyentuh Selona.
Akan tetapi, tanpa lelaki itu sadari. Dia sebenarnya telah melakukan malam yang panas dengan Selona.
Raymond melirik ke arah meja rias Selona. Ponsel itu masih tergeletak di sana sejak semalam. Dengan ragu-ragu, Raymond mulai mengambil ponsel itu. Bertepatan dengan itu, Selona mulai keluar dari ruangan ganti dan melihat ke arah Raymond dengan sinis.
Raymond yang salah paham, segera menyimpan ponsel itu dan kemudian menjelaskan. "Maaf, aku hanya penasaran dengan ponselmu. Akhir-akhir ini kau tidak pernah memainkannya. Ibu sejak kemarin mencoba menelepon, tapi kau tidak menjawabnya"
Selona bingung, padahal dia sedang tidak menyinggung ponselnya, tapi pada akhirnya Selona akhirnya memberitahukannya kepada Raymond. "Aku lupa sandinya dan begitu saja tidak memainkan nya. Tolong katakan maafku kepada Ibu"
Raymond menatap Selona dengan tatapan tidak percayanya. Padahal baru semalam lelaki itu membuka ponsel Selona.
"Kau benar-benar lupa?" Tanya Raymond memastikan.
"Ya"
Raymond mengambil ponsel itu kembali dan segera membukanya. Membuat Selona yang berdiri di depannya menjadi cukup tercengang di tempatnya. Semudah itu.
Raymond menatap Selona dengan tatapan curiga. "Padahal sandi ponselmu adalah tanggal dan tahun lahirku"
○●○Veel Plezier○●○

KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Selona [END]
FantasyKematian yang sungguh mengenaskan membuat jiwa Nomia menjadi tidak tenang dan hal itu membuatnya berakhir memasuki tubuh seorang perempuan yang telah mati akibat bunuh diri. Mungkin semesta memberinya kesempatan kedua untuk membuatnya menjalani kehi...