"Kenapa lo begitu peduli sama orang lain? Gue heran, siapa ajah lo bantu. Lo gak pernah pamrih. Lo gak peduli orang lain mau balas kebaikan lo atau nggak. Lo terlalu baik, Van."
"Apa itu kesalahan gue?"
"Nggak, tapi jatohnya lo tuh bodoh," ejek Jean. "Gue penasaran sama cewek yang udah lo tolong itu. Lo gak semata-mata nolong kalau nggak ada apa-apa, iya kan? Lo suka tuh cewek, ya?"
"Lo nuduh?" ucap Evan sarkas. "Nggak, Bro. Secara, lo ngapain bela-belain bayar rumah sakit orang yang bahkan sama sekali lo gak pernah temuin sebelumnya. Itu kek... aneh nggak sih?" Jean menyilangkan tangan di depan dada. "Kok lo jadi ngurusin ginian, jadi lo masih marah gak?" kesal Evan.
"Dia fans kita kan? Gue pengen ketemu dia kapan-kapan, penasaran jadinya," ucap Jean seraya pergi meninggalkan Evan begitu saja. Jawaban yang menurut Evan ambigu. Jadi, Jean sudah memaafkannya atau belum?
"Je, tunggu," tahan Evan sedikit berlari kecil, memegang bahu lelaki berambut dengan style undercut. "Menurut lo?" Jean merangkul Evan secara mendadak. Bukan hanya itu, dia membuka telapak tangannya di depan Evan, peka akan hal itu, Evan menepuk tangan Jean. "Egois rasanya kalau gue marah karena lo punya alasan pergi untuk tolong orang kecelakaan," ucap Jean sok bijak. "Cih," decih Evan pelan, sudut bibir itu sedikit terangkat. Merasa lucu dengan sikap Jean yang random.
"Lo liat kan, tiang yang di paling ujung?" Jean menunjuk tiang yang dia maksud. "Siapa yang menang sampai sana, traktir makan siang nanti," ucap Jean.
"Hah?"
"Satu, dua-" belom selesai menghitung, Jean pun berlari kencang meninggalkan Evan yang mematung, "Je, lo curang!"
"Shit!"
Bugh.
Bukan, itu bukan Evan. Barusan Jean menabrak seseorang karena berlari sambil melihat ke arah Evan yang tertinggal. "Aw...," seseorang mengaduh seraya memegang bahunya. Ya, orang yang ditabrak dengan tak sengaja itu mengaduh sakit, untung saja gadis itu tidak jatuh. Jean membuka sedikit bibirnya, "so-sorry, gue gak bermaksud nabrak lo," ucap Jean. Lelaki itu garuk-garuk kepala bagian belakang.
"Lo nggak apa-apa kan?"
Dari tempatnya berdiri, senyum tipis Evan terbit melihat interaksi antara Jean dan cewek yang dikenal dengan nama Bebby Angela. Dari pada sibuk mengamati, Evan lebih baik pergi mencari jalan lain. Meninggalkan Jean tanpa bicara. Masa bodo kalau Jean nanti tidak tahu di mana dirinya berada. Yang terpenting adalah hubungannya dengan Jean sudah membaik.
***
Ya. Kalau dipikir-pikir, kadang Evan terlalu peduli pada orang lain. Ah, sekarang kenapa Evan jadi memikirkan perkataan Jean. Sudahlah, tidak apa dan tidak salah jika dia berbuat baik. Terlebih kepada seseorang yang ternyata adalah salah satu fans-nya. Masih tidak menyangka dan pikirannya masih saja tertuju pada gadis yang sudah beberapa hari tidak bertemu.
Sial. Apa memang dia harus memikirkannya berkali-kali? Bukankah Evan sudah melakukan hal yang sudah ia lakukan? Membayar rumah sakit gadis itu sudah cukup kan? Menyebalkan. Evan tidak bisa mengontrol pikirannya sendiri. Tugasnya sudah selesai. Evan menggelengkan kepalanya, mencoba menyingkirkan gadis itu dari benaknya. Tidak. Evan tidak harus merasa kurang dalam menolongnya.
Menarik napas, mengembuskannya dengan pelan. Dia menoleh ke arah pintu bertepatan Jean masuk ke dalam kelas dengan wajah yang merah sampai telinganya ikut merah. Di belakang, sahabatnya pun menyusul masuk. Ada apa dengan mereka semua?
"Je, lo kenapa? Kasih tau gue, muka lo keliatan happy pisan," ucap Nichole. Biarkan dia mencampur bahasanya dalam bicara. Kamu jangan.
"Jean kayaknya lagi kasmaran," tebak Steven. "Tau dari mana?" ucap Sagara. "Biasanya cowok gitu kan kalo lagi seneng, kalau salah tingkah wajahnya merah," tutur Steven. "Emang iya?" ucap Nichole. Cowok dengan bibir merah muda sedikit berwajah chubby itu mengangguk.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'll be Better with You (Lee Heeseung)
Teen FictionIni tentang kisah Evan Antonio yang terpaksa hiatus dari boyband lantaran dia diselingkuhi pacarnya saat anniversary, hubungannya kandas di acara musik usai selesai perform. Terrific. Ya, dia adalah ketua dari boyband tersebut. Tapi, itu tidak lagi...