Share stories with friends

98 17 0
                                    

Sudah sering kali kebosanan terjadi. Nichole, dia tak betah terus berada di posisi itu. Scroll sosial media pun sudah sangat melelahkan. Biasanya dia gemar membalas DM masuk dari para gadis, tapi, kali ini dia sedang tidak ingin melakukan itu. Cowok keturunan Jepang itu, tiba-tiba menyeletukan kata.

"Evan... Evan Antonio."

Evan mendelik tajam. Dia sedang diam, kenapa tiba-tiba sekali Nichole ini bikin dirinya emosi. Padahal Nichole tahu, Evan dari kemarin banyak diamnya. Sebab Alea terasa begitu menghindar darinya.

"Evan."

"E. Emang orangnya tampan," tuturnya. "V," sambung Jean.

Padahal tadi semuanya hening. Sekarang, mereka jadi terfokus mendengarkan satu sama lain. Zack menaruh gitarnya di atas meja, Sagara, Yutha, juga Steven yang sempat selfie segera menyudahi aktivitasnya. Jean yang hampir memejamkan menyahut obrolan Nichole. Evan mengubah posisi tubuh. Sembari mendengar kawan-kawannya bicara.

"V. Venom motor kesayangannya," sahut Nichole, si sipit itu mengangkat kedua alisnya. "Cakep!" sahut Sagara. Steven dan Yutha kompak tertawa. Mereka pikir Nichole jago juga membuat kata-kata itu.

"Bajir, lanjut! A," sahut Jean, antusias. Teman-temannya tersenyum bangga dengan kalimat Nichole tadi. "A. Aduh, nih orang pesonanya gak bisa dilawan!"

"Siap, ketua! Gak bisa dilawan," ujar Sagara.

"Haha."

"Lanjut, N," ucap Steven.

"N. Nih orang udah gue bilang emang serba bisa orangnya!" ucap Nichole. "Gimana, Van?" Nichole menaik-turunkan alisnya. "Hm," deham Evan. Tak ada sahutan lain.

"Hm doang, Van? Gak ada tambahan. Kayak gue keren gitu ngerangkai kat-katanya? Apa gimana kek? Si Nichole boleh juga ngarang nama guenya! Apa-apa gitu, Van. Masa hm doang," kesal Nichole menyerocos.

Evan memutar bola mata malas.

"Udah, Nic. Lo bagus, kok," ujar Steven, membela. "Sedikit," Steven langsung ketawa ngakak sembari bertepuk tangan. Setelah itu, yang lain ikut geleng-geleng kepala. Tidak ada yang benar sama sekali.

"Ngeselin dah lo semua," ujar Nichole. "Jangan marah, Nic. Baper amat. Coba nama Jean sekarang," Yutha memberi saran.

"JEAN!"

"JEAN!"

Seru yang lain bersamaan.

"J. Jangan ditemenin."

"Apa-apaan lo," marah Jean. Bisa-bisanya Nichole mengatakan hal tersebut. Tak mengenakan hatinya sama sekali. Berbeda dengan Evan tadi.

"Lanjut E," kata Zack.

"Eh, nih orang ngeselin banget," Nichole terkekeh tanpa henti sembari melihat wajah Jean yang tampak bertanduk. Sebentar lagi juga akan menyeruduk Nichole.

"A. Aduh gue takut nih orang marah," Nichole bangkit dari kursi. Takut sekali kalau Jean membogemnya secara tiba-tiba.

"N. Nanti kalau gue diapa-apain. Lo semua tanggung jawab!"

Nichole benar-benar lari ke depan meja. Dan saat itu juga, Jean mengepalkan tangan. "Sini lo! Sini lo kalau berani!" tantang Jean.

"Evan tadi bagus lo bikinnya. Masa giliran gue lo nistain gitu!"

"Mulai, debat 24 jam!" Steven berseru. "Biarin, biarin ajah. Jangan ada yang pisahin, haha," Yutha tertawa sampai kedua lesung pipinya tampak terlihat jelas. Tak hanya itu yang lain juga. Hanya satu yang tidak ikut-ikutan. Evan, menyilangkan tangan di depan dada. Wajahnya masih tampak begitu serius. Pikirannya tertuju pada satu gadis, Alea. Apa hari ini dia masih mau menghindar?

I'll be Better with You (Lee Heeseung)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang