"Je, kalo lo lagi ada masalah...," Sagara berhenti sejenak, Jean terlihat membuka earphone dari telinga.
"Ya udah, itu kan masalah lo.""Lo makin ke sini makin konyol sih kata gue mah," dengus Jean. Padahal dia sedang asyik mendengar musik. Sagara datang mengganggu dirinya.
"Sana pergi!"
"Dih ngatuh, gue pengen di sini."
"Dih, ya udah biar gue yang pergi." Jean bangkit dari kursi. Lelaki itu benar-benar keluar dari kelas. "Je, tungguin gue sih," pinta Sagara.
Keduanya pergi seraya mencari sahabatnya yang berpencar entah ke mana. Evan sendiri, dia tengah berada di lapangan sembari bermain basket. Mengenakan pakaian seragam putih abu-abu, dengan bagian baju sengaja dia tak dimasukkan ke dalam celana. Cowok itu tampak seperti badboy sekolah.
Tak seperti Evan Antonio yang seperti murid teladan. Namun, meski begitu tidak mengurangi citranya sebagai orang yang menjadi pusat perhatian selalu di sekolah. Berita perselingkuhan kedua orang tuanya mungkin memudar seiring berjalannya waktu. Namun, berganti dengan gosip di mana Evan hanya memainkan hati perempuan. Yakni Alea.
Beberapa kali Evan mendribble bola basket dengan raut wajah yang kesal. Juga, bola yang dia masukkan ke ring sering kali gagal.
Evan ingin memaki dirinya sendiri. Betapa bodoh dia mengambil sikap.
Sekarang dia terjebak dengan suatu yang abu-abu. Sekali lagi, Evan hendak memasukkan bola itu ke dalam ring. Namun, apa yang kali ini berhasil ketika orang yang dia tengah pikirkan itu hadir di tepian lapangan?
Bugh!
Bola memantul kembali dan itu hampir mengenai dirinya. Evan meraih bola secepat kilat. Dia mendesis pelan.
Apa Evan memang memiliki niat buruk pada gadis yang sudah setengah jalan di tepian lapangan itu? Alea tampak enggan melihat ke arahnya. Dan Evan seolah dapat membaca kalau Alea memang sengaja menjauhi diri.
Dan mau ke mana gadis itu? Berhenti bermain basket, pandangan Evan menuju ke arah gadis yang sebentar lagi hilang dari pandangan karena Alea mulai menuju lorong kelas.
Di saat itu, ada sosok yang tengah memperhatikan Evan dari arah lain dengan pandangan yang tak bisa didefinisikan.
***
"Haha, next kita ngobrol lebih lama," Yutha mengangkat salah satu alisnya. Gadis itu lantas tersenyum.
Evan sudah berdiri tak jauh dari keduanya.
"Gue cuma ngobrol bentar," Yutha pun meneguk sekaleng soda selepas mengatakan itu pada Evan. Lelaki itu juga meninggalkan Evan dan Violet yang sempat dia ajak bicara. Evan tak merasakan cemburu. Hangs saja dia cukup penasaran akan apa yang Yutha dan Violet bicarakan.
"Yutha gak berubah, ya," ucap Violet.
Keduanya berdiri di depan kelas Evan. Semilir angin dapat membuat rambut Violet beterbangan.
"Kamu dari mana ajah?"
"Yutha ngomong apa?"
Evan take bermaksud mencari tahu terlalu dalam. Namun, rasa penasaran itu cukup mengganggu dirinya.
"Enggak ada. Emang kenapa? Kamu penasaran dia ngomong apa?"
Evan menggeleng. Sepertinya tak kenapa-kenapa bila Violet tak menceritakan dan membuatnya tetap penasaran.
"Yutha, dia minta maaf karena dia sempat benci aku kembali ke sini. Meskipun dia dan yang lain udah minta maaf kemarin, dia ngerasa masih belum afdol kalau nggak bicara langsung. Itu ajah."
KAMU SEDANG MEMBACA
I'll be Better with You (Lee Heeseung)
Fiksi RemajaIni tentang kisah Evan Antonio yang terpaksa hiatus dari boyband lantaran dia diselingkuhi pacarnya saat anniversary, hubungannya kandas di acara musik usai selesai perform. Terrific. Ya, dia adalah ketua dari boyband tersebut. Tapi, itu tidak lagi...