Ketika langit sudah mulai menjingga. Bukannya kembali ke rumah, pria itu justru baru saja singgah di halaman panti. Di depan sana terlihat sepi. Namun, angin tampak sepoi-sepoi. Dia mengibas rambutnya sesaat. Venom sengaja ditinggal di tempat biasa dia parkir di depan halaman rumah panti.
Dengan denim biru yang terlihat cocok dipakai olehnya. Lelaki berparas tampan tersebut berjalan di area teras panti. Alea pasti tengah bermain bersama anak-anak yang lain.
Yang kali ini dia sengaja datang tak mengabari. Sengaja agar Alea terkejut. Evan selalu rindu tempat itu. Tak perlu mencari tempat healing yang jauh. Dia sudah menemukan tempat singgah yang tepat. Menenangkan pun juga menggembirakan. Evan banyak tersenyum karena anak-anak kecil yang kentara tulus itu.
Saat tiba di ruang tamu. Dia hanya berdiri di luar. Dari kaca jendela, benar adanya kalau Alea sedang bersama mereka. Sudut bibir Evan tak tahan untuk tidak terangkat. Evan selalu dibuat takhjub. Alea punya sihir apa? Gadis dengan rambut digerai itu terlihat cantik. Alea yang lemah lembut. Memang cocok menjadi seorang kakak.
"Cantik."
Beberapa saat, dia berdiri di sana. Tak sadar akan kemunculan dua orang perempuan dengan usia yang terlampau jauh.
"Nak Evan?"
Deg. Evan refleks menoleh. Bu Kinar dan Putri tak jauh dari posisinya. Terlihat Bu Kinar setia menjaga Putri yang duduk di kursi.
"Bu Kinar, Putri." Suara lembut itu menyapa. Evan mencium punggung tangan Bu Kinar. Lalu, mengusap puncak kepala Putri.
"Kenapa diam di sana? Kenapa tidak masuk saja?"
Bukan apa-apa. Evan hanya ingin memantau Alea dari kejauhan. Tidak bermaksud menjadi penguntit. Apa lagi berniat jahat."Ayok masuk," itu ajakan Putri. Bu Kinar pun mengajak Evan agar masuk dan tidak berdiri di luar ruangan.
"Biar saya yang bawa." Evan mengambil tugas Bu Kinar mendorong kursi roda itu. Sempat menolak, tetapi Evan berhasil juga membantu Bu Kinar. Dibukanya pintu, mereka pun terkejut. Heboh setiap kali pria tampan bak pangeran itu masuk ke dalam rumah panti.
"E-Evan? Putri?"
Evan tersenyum kecil. Teresa begitu hangat dan nyaman. Seketika sepi itu lenyap. Diganti kebahagiaan tiada tara. Alea menghampiri dan berbicara di depan Putri dengan lutut menjadi tumpuan di lantai."Kamu dari mana? Kenapa Kak Ale nggak tahu kamu pergi."
Ya. Evan sendiri lupa menanyakan hal itu. Dia pikir Putri dan Bu Kinar memang sedang ada di panti. Tadi, tiba-tiba mereka berdua muncul di belakangnya. Evan tak sempat bertanya. Dia juga sudah diajak masuk lebih dulu.
"Aku hanya cari angin ke luar. Sebentar. Aku bosan di kamar." Terdengar suara gadis itu parau.
Alea memeluknya begitu saja. Mengusap punggung belakang adik kecilnya dengan kelembutan. Lantas, bagaimana Evan tak mengagumi perempuan itu? Alea terlihat tulus. Tak ada yang dibuat main-main.
"Kamu? Kamu kenapa di sini? Kenapa gak kasih kabar kalau mau ke panti?"
"Kenapa memangnya? Apa gue nggak boleh ke sini?"
"Ish bukan gitu." Alea sebal.
"Lea, itu Evannya dibuatkan minum." Bu Kinar menegur sang anak.
Alea menyahut dengan malas. "Iya, Bun."Evan pikir Alea bakalan terkejut bahagia. Ternyata dia justru tidak mood. Apa dia salah, ya?
"Kak Evan," panggil Putri. "Iya?"
"Kak Evan temuin Kak Alea ajah. Aku nggak apa-apa di sini."
Sejenak lelaki itu terdiam. Lalu, dia berkata. "Kak Evan tinggal dulu. Putri hati-hati."
Bu Kinar sedang berada di lantai dua. Evan meninggalkan Putri bersama anak-anak yang sedang sibuk dengan berbagai macam permainan.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'll be Better with You (Lee Heeseung)
Roman pour AdolescentsIni tentang kisah Evan Antonio yang terpaksa hiatus dari boyband lantaran dia diselingkuhi pacarnya saat anniversary, hubungannya kandas di acara musik usai selesai perform. Terrific. Ya, dia adalah ketua dari boyband tersebut. Tapi, itu tidak lagi...