Inner voice

97 12 0
                                    

Hi, readers!

Siap baca part ini?? Siap salting?
Bentarr

Follow dulu yuk! 1, 2 , 3... Trimss

Btw, pesona penguasa bumi knp makin hari makin2 ya??
Dahlah... let's gaur, reading this part!

Evan with Venom ;)) -misalkan

Evan with Venom ;)) -misalkan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




***


"Evan ke mana?"

Zack menggeleng, memang dia tidak tahu. Tadi pun dia sudah bertanya pada Evan langsung, tetapi sahabatnya langsung pergi begitu saja. "Zack," panggil Sagara.

"What?"

"Buat lo," Gara memberikan sebatang coklat almond yang ditaruh di dalam saku jaket. "Buat gue?"

"Hm, dari Steven," jawab Sagara.

"Di mana Steven?"

"Pergi sama Yutha," jawab Gara. Keduanya pun duduk di depan tenda. Jean dan Nicholas sibuk di dalam tenda. Entah sedang apa, paling juga tak ada aktivitas juga. Padahal Nichole sempat mengomel di tenda Alea.

Sementara itu, orang yang Gara tanyakan itu sibuk dengan teleponnya. Evan bingung mengekspresikan dirinya saat ini. Dipedulikan, dia sudah muak. Tidak dipedulikan, dia juga... rindu. Seseorang di telepon itu, apa dia juga baik-baik saja?

"Kamu pergi tanpa izin Mama, Van?"

"Untuk apa? Mama juga sibuk," sahut Evan.

"Van, Mama masih Mama kamu. Selamanya juga begitu, tolong hargai keberadaan Mama."

"Mama dan papa nggak ada bedanya. Kalian urus saja masalah kalian, jangan pedulikan aku," kata Evan, acuh tak acuh.

"Evan...," terdengar suara di seberang sana melirih. "Mama tahu Mama banyak membuang waktu, kita jarang ketemu. Makanya, Mama sekarang hubungi kamu."

Hening. Evan tak menyahut. Ingatannya kembali menuju kejadian di mana dia melihat Alea dipeluk hangat oleh Bu Kinar. Seketika, hati Evan teriris. Dia ingin sekali mendapatkan momen tersebut. Tapi, rasanya terlalu berlebihan.

"Jaga kesehatan di sana. Jangan lupa makan dan vitamin. Kamu pasti lelah mendengarkan Mama bicara," ucap Elena. Wanita itu menghela napas. Dalam hati, Evan menyahut, 'nggak, Ma.'

"Mama tutup, ya. Baik-baik ngecampnya," putus Elena. Panggilan benar-benar berakhir. Evan mendesah pelan. Dia menatap layar ponsel.

Sudah lama tidak saling bicara, sekalinya bicara tidak lama. Lucu.

Evan menaruh ponsel ke dalam saku celana. Dia membalikkan badan seraya berjalan menuju tenda. Meski tak ada pelukan, setidaknya mendengar akan kepedulian Elena, lelaki itu harus tetap mensyukuri. Dia harus sadar, bahwa ada banyak di luaran sana yang hidupnya sangat jauh dari kata beruntung daripada dirinya.

I'll be Better with You (Lee Heeseung)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang