Songs From That Girl

120 17 0
                                    

"E-Evan ambil ekstrak seni? Jinjja?"

"Wah gila!"

"Ajib bener anak seni kedatangan bintang superstar!"

"Ya, nggak aneh juga kalau dia masuk ekstrak seni. Secara dia pandai nyanyi. Bakalan aneh kalau Evan masuk ballet!"

"Kalau gitu, apa gue pindah ekskul juga, ya?"

"Tapi, sumpah nih ya... Evan udah lama gak manggung. Nggak konseran, tiba-tiba masuk seni musik."

"Pertanda Terrific comeback gak sih?"

"Gila, kalau mereka bakalan manggung lagi, wah! Gue emang udah kangen banget!"

Seminggu berlalu sejak pengumuman diharuskannya kelas 3 mengambil mata ekstrakurikuler dan kabar Evan mengikuti ektrak musik juga sudah -menyebar- menyeruak ke seluruh penjuru DHS.

Sementara pria yang tengah jadi bahan pembicaraan itu belum buka suara soal kembalinya ia akan bermusik terlebih soal Terrific. Sekarang, bahkan dirinya hanya mematung duduk menghadap piano yang ada di depan matanya.

Sejak pertemuannya dengan gadis bernama Alea, entah kenapa banyak sekali kejadian tak terduga menimpanya. Sudah berapa lama dia tak duduk mengahadapi piano? Setengah tahun sejak dia tak bermusikkah?

Jari-jemari lelaki itu kemudian terarah menyentuh tuts. Pandangannya masih tidak senada dengan hati. Tidak lama dari itu denting piano terdengar indah. Alunan yang berasal dari sentuhan jari tangan kekar pria itu tak pernah gagal. Jika saja di ruang tempatnya berada, seseorang pasti akan langsung jatuh hati. Karena, Evan dan musik adalah satu.

Hati, jiwa serta raganya, bermain.

Ada yang hidup lagi, setelah kemarin mati.

***

"Hai," Alea menyapa dengan nada suara kecil. Dia menyelipkan anak rambutnya ke telinga. Pria yang berada di hadapannya hanya tersenyum tipis.

Seperti biasa terjadi kecanggungan antara dua manusia berbeda lawan jenis tersebut.

"Kamu mau ke mana?"

"Sana," ujar Evan singkat. "Sana mana?" tanya Alea polos. "Ruang guru," jelas Evan. Alea lantas mengangguk. Dia menoleh ke belakang, masih saja sepi. Tak ada siswa barang satu pun yang lewat.

"Kalau gitu aku permisi," ujar Alea. Evan tak menyahut. Alea melipir begitu saja. Melewati tubuh pria berperawakan tinggi itu.

"Alea?" panggil Evan. Alea lantas berbalik.

"Iya, Evan?" tanya Alea.

"Hati-hati," sahut Evan singkat. Alea mengangguk kecil. Namun, sudut bibirnya hampir saja terangkat. Tapi, gadis itu tahan.

Alea pergi, Evan juga pergi ke ruang guru.

Meski hanya kata-kata sederhana, Alea tak bisa melupakan momen tersebut. Evan bukan hanya membuatnya berdebar saat melihat di panggung, secara nyata, pria itu jauh membuatnya lebih jatuh hati. Ya Tuhan...

"Astaga, Lea, apa yang kamu pikirkan? Ingat siapa diri kamu!" Alea mengetuk kepalanya pelan.

"Lea!"

Seseorang yang sangat familiar suaranya memanggil Alea. Gadis itu lantas menghampiri Alea.

"Lo masuk ekskul musik?!" tanyanya dengan nada terkejut.

"Wah gila! Lo harus tahu Lea, Evan juga masuk ekskul yang sama!"

"Oh ya?" ucap Alea. Sungguh dia juga baru tahu kabar itu. 'Masa sih?'

"Beneran, gue serius! Beruntung banget lo bisa lihat dia sering-sering," Bebby mengipas-kipas wajahnya dengan tangan.

I'll be Better with You (Lee Heeseung)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang