Damn, Something is Missing

254 22 0
                                    

"Van!"

"Evan!"

"Ah, ya, kenapa?" sadar Evan. "Lo gak apa-apa?" Sagara merasa ada yang aneh saat masuk ke dalam kelas melihat Evan termenung duduk di kursinya.

"Nggak, gue gak papa," sahut Evan. Jelas itu jawaban yang bohong. Sagara duduk seraya menaruh tas di atas meja. Ia duduk ke samping kiri menghadap Evan, lelaki itu meluruskan salah satu kakinya. "Jean belum datang?" tanya cowok yang terdapat tahi lalat di hidung itu.

"Belum," sahut Evan. "Lo kepikiran soal Jean?"

Itu salah satunya. Tapi, ada hal lain yang Evan tengah pikirkan. Hanya saja dia tidak bercerita. Evan hanya bergeming. "Gue tau niat lo baik nolong cewek yang kata lo kecelakaan itu. Jujur, gue pun sedikit kecewa. Lo gak dateng di hari spesial persahabatan kita. Hm, ya gimana ya. Itu udah berlalu juga. Gue gak mau keadaan makin buruk."

Begitulah Sagara. Dia mudah meredam emosi.

"Halo kawan!" suara Steven.
Dua orang anak kembar, tidak satu darah, Yutha juga Steven datang bersamaan. Mereka duduk bersamaan. Tak lama, dering telepon salah satu di antara mereka berbunyi.

Suara itu berasal dari ponsel Yutha. Lelaki itu mengeluarkan ponsel dari saku celana abu-abu. "Jean telepon," Yutha beri tahu.

Yang lain bergeming membiarkan Yutha berbicara dengan Jean di telepon. Sekiranya 5 menit kurang, panggilan itu berakhir. Lantas, Yutha pun berkata sembari mematikan telepon.

"Ada yang bisa jemput Jean? Dia di pertigaan, ban mobilnya tiba-tiba bocor." Seloroh Yutha menyampaikan apa yang Jean bicarakan di telepon tadi.

"Bocor?" beo Sagara. "Biar gue ajah, sekalian gue mau ke minimarket."

"Gue ajah," tukas Evan seraya meraih kunci motor di dalam tas.

"Serius? Tapi, gue lagi pengen-"

Evan menyela ucapan Sagara, "ice coffe?"

"Ya, lo tau."

"Sekalian ajah deh, beli yang banyak buat yang lain juga," tutur Sagara. "Beres," jawab Evan singkat.

"Gue cabut!" final Evan.

Ketiganya mengangguk, saat sampai di depan pintu, Evan berpapasan dengan Nichole juga Zack yang sedang bermain kertas, gunting, batu.

"Loh, lo mau pergi?" ucap Nichole. Anggukan kecil dari Ecan membuat Nichole ingin bertanya kembali. "Sendiri? Gue dan Zack baru ajah sampe, lo mau pergi lagi," tutur Nichole. "Mungkin Evan ada urusan, ayok masuk," suruh Zack. "Ck," decak Nichole.

Evan hanya bergeming dan ia melangkah pergi usai kedua orang itu masuk ke dalam kelas. Setibanya di dalam kelas, duduk menaruh tas masing-masing, Zack pun mengajukan pertanyaan lantaran penasaran dengan kepergian Evan. "Ke mana Evan pergi?"

"Dia gak kasih tau?" Yutha bertanya kembali. Zack menggeleng, "jemput Jean, ban mobilnya bocor."

"Hah? Serius? Apa gak apa-apa kalau Evan yang jemput?" tanya Nichole. Bawel sekali pria itu.

"Mereka sudah besar, pasti bisa menangani masalah," jawab Steven. Bukan mendengar jawaban, Nichole malah beralih perhatian lantaran Dara datang. Dara adalah primadona di kelas MIPA 3. Siapa yang tidak kenal gadis itu? Mata Nichole tak lepas memandangi gerak-gerik Dara. Sampai deheman salah satu dari mereka, Sagara, mampu mengalihkan pandangan dari cewek cantik juga pintar itu.

"Lo masih naksir Dara, Nic?" tanya Sagara memastikan. "Dara cantik," puji Nichole terang-terangan. Itu fakta adanya. Mereka pun tak dapat membantah hal itu. "Hati-hati, jangan lo mainin hatinya."

I'll be Better with You (Lee Heeseung)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang