request and attention

94 11 3
                                    

Semua masalah beres. Perkara roti kemarin sudah tidak lagi dibahas. Namun, masalah lainnya datang. Kepalanya seakan ingin meledak-ledak. Kenapa dia harus berada di ruang konseling di jam pagi ini? Apa salah Evan karena tidak becus menjaga kelas dengan baik? Sehingga terjadi kerusuhan di kelas. Dan menyebabkan dua orang cowok bertengkar hebat.

Evan yang disalahkan. Evan yang harus bertanggung jawab. Evan dan Evan yang jadi kena sasaran lantaran dia adalah ketua kelas. Berpuluh-puluh menit berada di ruang kasus tersebut dia mencoba tetap menjaga emosinya tetap stabil. Kalau saja dua orang teman sekelasnya tidak ribut besar, semuanya pasti aman-aman saja. Evan tak ingin menyalahkan siapa-siapa. Namun, dia tetap merasa bersalah karena tidak dapat membereskan permasalahan sepele itu sampai keduanya harus dibawa ke pihak guru.

"Evan, bawa kedua temanmu ini ke kelas. Saya minta tolong agar kamu bisa menjaga kelas dengan tetap tertib, paham kan?"

Mengangguk singkat, Evan menyahut dengan sopan, "baik, Bu."

"Saya dan yang lain permisi."

"Buat kamu, Aldo dan Reno. Jangan diulangi lagi. Berkelahi tidak akan menghasilkan apa-apa. Paham kamu?!" gertak Bu Betty.

"Paham, Bu." Keduanya menyahut kompak.

Oke. Ketiga pria itu lantas keluar dari ruang guru usai diberikan ceramah. Dan di saat itu pula, Evan sudah ditunggu oleh keenam sahabatnya. Jean, Sagara dan Yutha bersandar pada dinding yang sama. Nichole, dengan bandana merah di kepalanya, cowok itu bersandar pada tiang besar. Steven dan Zack berdiri tidak jauh dari Nichole.

"Wah! Gara-gara kalian Evan masuk ruang konseling?!" Nichole berkata dengan emosi.

"Nic!" sergah Evan. Dia tak ingin masalah semakin diperbesar. Karena itu akan semakin menambah runyam saja. Nichole dengan tatapan mata sinis tak lepas dari kedua bocah yang sudah membuat ulah di kelas.

"Lo berdua balik ke kelas!" tegas Evan.

Mengangguk kompak, Aldo berkata, "maafin kita berdua, Van. Kita gak akan ribut-ribut lagi."

Dan Reno lantas menyahut ucapan Aldo. "Iya, Van. Maafin kita berdua udah bikin lo ikut masuk ruang BK dan jadi dimarahin Bu Betty."

"Hm, udah cabut sana!" suruh Evan. Tampangnya terlihat begitu datar. Ketahuilah, wajah Evan begitu menyeramkan.

"Kalau lo berdua ribut lagi, gue akan bawa lo berdua ke ring tinju!" tutur Nichole dengan nada sedikit keras. Baik Aldo dan Reno pergi dengan wajah takut-takut. Mereka berdua merasa bersalah kepada Evan. Malu dan juga tak enak hati.

"Lo gak apa-apa?" tanya Sagara. "Fine," sahut Evan.

"Mood lo kayaknya lagi berantakan, gue traktir mie ayam mau?" ucap Jean.

Evan menggeleng. "Gue yang traktir lo semua."

"Lah, seriusan?" ucap Nichole.

"Hm," deham Evan.

"Orang tuh kalo lagi marah emang beda-beda ya, ada yang pengennya ditraktir. Dan Evan malah mau traktir orang lain," ucap Steven.

"Lo emang terbaik!" Sagara merangkul sang sahabat yang belum lama keluar dari ruang guru.

"Jangan bete-bete lagi, Van. Ntar gue datengin Alea nih," goda Jean.

"Ngapain didatengin, Evan bisa nyamperin sendiri," sahut Yutha. "Benar juga," kata Jean.

"Bukan salah lo, Van. Mereka berantem karena mau mereka. Bukan karena lo gak bisa atur anak-anak di kelas," Zack bersuara.

"Setuju. Mereka ajah yang susah dibilangin."

I'll be Better with You (Lee Heeseung)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang