Not telling a story

88 11 0
                                    

"Orang gila mana yang ngehaluin anggota boyband jadi pacarnya? Padahal udah tahu nggak bakalan bisa dapet." Ucapan nyelekit Enzy membuat Bebby merasa tersinggung.

"Orang gila mana yang ngaku sahabat padahal nggak dukung sahabatnya buat jadian sama crushnya?"

"Lo bakalan jadian sama Jean? Nggak percaya sih gue," Enzy menaruh tas di atas meja dengan sedikit dihentakan.

"Beb, Jean itu mantan penyanyi terkenal. Dan lo...," Enzy tak melanjutkan kalimatnya.

"Gue yakin kok gue dan Jean pasti nanti akan dekat. Lo lihat ajah Alea sama Evan, dia sampai bisa pulang bareng pas dari camp."

"Ya itu beda, Beb."

"Beda apanya? Gue dan Alea sama-sama ngefans mereka. Jadi, nggak ada yang nggak mungkin. Awas ajah kalau nanti gue bener-bener punya hubungan spesial sama Jean!" tatapan mata Bebby begitu menusuk.

"Kalian kapan mau akur? Yang diributin itu-itu ajah," Dinda tiba sejak mereka berdialog. Namun, keduanya tak menyadari kemunculan gadis berkacamata itu.

"Din, lo kapan datang?" ucap Bebby. "Orang gila mana yang sahabatnya dateng ke kelas, tapi malah nggak sadar?" Dinda akhirnya ikut menyindir. Bebby menghela napas.

"Ya, maaf. Nih Enzy ngajak ribut pagi-pagi. Masa dia gak yakin kalau gue bisa dapetin Jean," Bebby mencebikkan bibir. Dan Dinda menoleh ke arah Enzy. "Kalau itu kayaknya aku juga setuju sama Enzy."

"Dih, parah lo Din! Gue sahabat lo, seharusnya lo dukung gue juga. Sama kaya Alea dan Evan."

Mendengar nama Alea disebut, Dinda pun bertanya.

"Di mana Alea dan Alexa?"

Ya. Alexa juga tak ada di kelas.
Ke mana keduanya pergi?



***




"Aku nggak tahu kalau Zack sampai lakuin itu buat kamu," ucap Alea.

"Gue juga. Gue nggak ngerti dengan dia yang tiba-tiba care sama gue," Alexa menyeruput es kopi di dalam gelas.

Berada di atas rooftop DHS, dengan angin sepoi-sepoi membuat rambut panjang mereka yang dibiarkan digerai itu beterbangan menyentuh area wajah. Alea menyelipkan anak rambutnya ke daun telinga.

"Kamu baper nggak sama dia?" ucap Alea. Seketika Alexa berdeham. Sulit mendeskripsikan momen di camping itu. Meski sudah begitu lama juga, ingatan Alexa terlalu kuat.

"Akh," pekik Alexa. Tiba-tiba kepalanya terasa pening. "Alexa!" Alea pun panik. "Kamu baik-baik ajah?" ucap Alea.

Alexa mengangguk. "Nggak apa-apa, kok."
"Ke kelas ajah yuk, aku takut kamu kenapa-kenapa."
Alexa mengangguk menyetujui ucapan Alea. Entah karena apa? Kepalanya tiba-tiba terasa pening. Apa karena dia belum makan sesuatu yang berat?

"Kemarin lo pulang sama Evan?" ucap Alexa selagi menuju kelas. Alea mengangguk. Setelahnya, tak ada lagi pertanyaan. Namun, Alea jadi teringat momen kemarin saat Evan mengajaknya pulang bersama dan memberikannya pelukan.





***



Ada hal-hal yang memang tak patut untuk kita urus terlalu dalam. Selalu ada benteng yang tidak meski kita terobos. Bukan perkara tidak bisa, namun ada kalanya kita berhenti tahu lebih dalam. Alea tahu kalau kemarin Evan sedang sedih. Terlihat wajahnya kemarin tak begitu ceria. Beban apapun yang sedang lelaki itu tanggung, Alea berharap kalau Evan dapat melalui harinya dengan baik. Alea tidak ingin untuk tahu terlalu detail tentang keadaan lelaki itu.

Pagi ini, dia belum berpapasan dengan Evan. Di mana lelaki itu sekarang pun Alea tidak tahu. Sejak kemarin pulang bersama belum ada kabar lagi yang ia dapat. Apa Evan sungguh baik-baik saja?

I'll be Better with You (Lee Heeseung)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang