Romantic Song for Sweet Girl

100 16 2
                                    

"Evan, Alea, kenapa kalian berdua terlambat?"

"Dari toilet," ucap Evan, santai.

"WAH! VAN NGAPAIN LO?"

"Gila, Evan sama Alea!"

"Evan ke toilet sama Alea? Hah gimana?"

"ANAK-ANAK TOLONG JANGAN RIBUT!"

"Apa maksud kamu, Evan?!" ucap Pak Tomo marah.

Alea menggeleng, "Evan dari toilet. Tapi, aku nggak ikut. Aku di tenda."

Ingin sekali dia menghilang dari sana. Kenapa Evan begitu enteng mengatakan hal itu? Jadi banyak pertanyaan yang menyerang kan! Duh. Membuat semua orang salah paham saja.

"Terus kenapa kalian datang berdua barengan?" ucap Bu Betty. "Ketemu tiba-tiba," sahut Evan singkat.

"Benar begitu, Alea?"

Alea mengangguk singkat. Lagi, kali ini bukan Alea yang menyembunyikan sesuatu, tapi Evan. Evan juga! Lebih dari menyembunyikan sesuatu momen.

"Ya sudah, kalau begitu, duduk kalian berdua duduk."

Sebelum duduk, Evan sempat melirik gadis itu. Sama rupanya dengan Alea. Mengambil tempat duduk yang di mana kali ini mereka duduk membentuk lingkaran.

Evan duduk, seketika disambut kericuhan para sahabatnya. Terutama si Jean-Jean itu. "Bener lo ke toilet sama Alea?"

"Apa sih, gila lo?" ucap Nichole. "Mana ada kayak gitu!" sambungnya lagi.

"Ya kan kali ajah gitu," ujar Jean. "Udah nggak usah pada error gitu," Yutha lagi-lagi sibuk menengahi.

"Terus lo dari mana lama banget kalau bukan ke toilet?" Sagara penasaran.

"Gue sama Lea."

"Di toilet?" mata Jean melotot. "Ck. Je, lo bisa gak sih jangan nyimpulin dulu?" ucap Yutha. "Di bawah pohon," ucap Evan.

"Bajir!" Nichole menutup mulutnya. Hampir saja dia berteriak histeris. "Ngapain anjir? Lo ngomong jangan setengah-setengah, Van," tutur Nichole. "Gue langsung overthingking."

"Gue dengerin Alea bicara sama ibunya," jujur Evan. "Jadi, dari tadi gak ke toilet?" ucap Steven. Evan menggeleng. "Bajir, lo bohongin kita-kita, Van?" ucap Jean.

"Gak penting kalau gue cerita."

"Pentinglah, ege," ucap Nichole. "Cuma itu doang? Nggak ada yang lain?" Nichole mengorek informasi yang dalam. Kenapa dia jadi seperti wartawan?!

"Ck. Malas gue jelasin," ucap Evan. Masa iya, dia yang tiba-tiba peluk Alea dia ceritakan juga?! Tidak. Itu biarkan saja Evan simpan dalam lubuk hati yang paling dalam. Sedalam-dalamnya cintaku padamu!

Ada beberapa materi malam hari yang diberikan oleh guru dan juga guru seni yang diundang dari Jerman. Salah satu teman dari Pak Tomo. Yang ternyata dia juga orang Indonesia. Dia bernama Pak Sentosa. Pak Sentosa membawakan materi yang Evan juga sukai dan dia tekuni. Yakni tentang dunia musik. Tidak hanya Evan. Tentunya sahabat Evan yang lain dan para siswa pun kagum akan kehadiran Pak Sentosa itu. Dia sudah lebih keriput dari Pak Tomo. Duduk di tengah-tengah menjadi center. Sembari membawa gitar di atas pangkuan, dia tampak terlihat muda dan sehat. Bu Betty sendiri, dia bergabung bersama murid-murid yang lainnya.

Di sela-sela materi ada beberapa pertanyaan menarik tentang musik. Tentang candaan antara guru dan para murid. Malam itu tampak meriah. Semeriah suasana hati seorang Evan. Di sela-sela Pak Tomo dan Pak Sentosa sedang bercakap, mata Evan tertuju pada seorang gadis berambut hitam digerai yang sedang menatap fokus dua guru yang sedang bercerita.

I'll be Better with You (Lee Heeseung)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang