Bab 17.

59.7K 1.1K 62
                                    

Tengah malam, Ruby tidak bisa tidur. Ia terus bergerak gelisah, mencari posisi nyaman untuk terlelap.

Pikiranya berkelana memikirkan Nevan. Karena pria itu tidak bersamanya.

Apa yang di khawatirkan Ruby sebenarnya?

Padahal, wajar saja jika Nevan kembali tidur satu kamar dengan Amaya bukan? Kenapa justru Ruby yang tidak tenang memikirkan hal tersebut.

Serta, ia sendiri yang menyuruh Nevan untuk pergi menemui Amaya malam ini.

"Ohh! Tidurlah, Ruby!" Desisnya pada diri sendiri.

Ruby mengambil satu bantal lalu menutup wajahnya sendiri.

Namun dalam keadaan wajah tertimpa bantal, bayangan Nevan di atas tubuhnya justru datang.

Bagaimana gagahnya Nevan kala menghujamnya bertubi-tubi, memberi kenikmatan yang tak terhingga.

Mengingat hal itu, Ruby segera bangun untuk duduk.

"Apa mereka ...." Pikir Ruby membayangkan saat ini Nevan dan Amaya tengah ....

"Aaa! Tidak ...." Ruby menjatuhkan kembali tubuhnya di kasur, kali ini terlungkup mendekapkan wajahnya.

Ruby memukul kasur berkali-kali, serta kaki menendang-nendangkan angin.

Kenapa dia bersikap seperti ini? Bukankah wajar jika Nevan dan Amaya berbubungan badan? Karena mereka sepasang suami istri.

Merasa frustasi, Ruby bangun untuk memuaskan hatinya.

Ia keluar dari kamar untuk mengecek kondisi Nevan dan Amaya.

Langkah kaki Ruby tanpa alas kaki terus menyusuri lantai rumah mewah tersebut. Ia masuk ke dalam lift, naik ke satu lantai dari area lantai kamarnya.

Di dalam lift, Ruby membenarkan rambutnya untuk di sanggul asal. Ia hanya mengenakan tangtop hitam serta celana hotpants sebagai bawahan.

Sampai di lantai yang di tuju, Ruby dengan perlahan mengendap-ngendap ke arah pintu kamar Amaya dan Nevan.

Namun saat sampai di depan pintu, Ruby seakan ragu. Ia mengurungkan niatnya untuk melihat apa yang tengah terjadi antara Nevan dan Amaya.

"Sshh! Tapi aku penasaran," lirih Ruby kembali frustasi.

Akhrinya Ruby memilih mendorong gagang pintu tersebut secara perlahan.

Sedikit demi sedikit Ruby bisa melihat keadaan kamar tersebut yang terlihat sunyi.

Kepala Ruby masuk sedikit untuk melihat apa yang ada di dalam kamar tersebut.

Lagi-lagi, Ruby merasa panas hati melihat kebersamaan Nevan dan Amaya.

Sepasang suami istri tersebut sedang tidur bersama di atas kasur, dengan saling berpelukan.

Ruby meremas gagang pintu, menyalurkan rasa panas pada hatinya. Ia lekas pergi begitu saja meninggalkan pintu tersebut tanpa di tutup seperti semula.

Berlari Ruby sungguh merasa sesak melihat kebersamaan Nevan dan Amaya.

Apakah ia sudah begitu menyukai Nevan sampai merasa cemburu seperti ini?

Bukankah hubungannya masih belum ada kejelasan sama sekali?

Apalagi status mereka bertiga yang sebelumnya sebuah keluarga bahagia.

Sampai di kamar, Ruby membanting pintu kamarnya dengan sangat keras. Ia menjatuhkan tubuhnya di atas kasur begitu saja.

"Aaa!"

Ruby menjerit menendang-nendangkan kakinya merasa kesal. Sungguh ia begitu iri melihat bagaimana Amaya memeluk tubuh Nevan.

AYAHKU SUGAR DADDYKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang