Bab 46. END

19.9K 754 228
                                    

Semua orang menatap takjub pada sosok wanita yang duduk di sebuah kursi. Menggenggam mic, menggunakan dress hitam, dan sepatu heels melekat pada kaki jenjangnya.

Suara sang wanita sangatlah merdu. Hingga ada beberapa pengungunjung merekam penampilan penyanyi wanita cantik itu.

Wajah wanita itu begitu menghayati lantunan lagu yang setiap ia nyanyikan. Seakan tengah bercerita tentang kisahnya, Stella sampai memejamkan mata.

Enam bulan sudah berlalu, setelah kejadian pahit hari itu.

Selama waktu terus berjalan, hari-hari Stella kembali seperti semula.

Selesai dengan kuliahnya, Stella memilih menjadi penyanyi di sebuah cafe perkumpulan anak-anak muda. Ia bekerja dari pukul 7 malam sampai jam 10.

Pekerjaan ini memang selalu mengingatkannya akan hari sial itu.

Namun Stella tidak akan menjadi gila, atau bahkan mati hanya karena seorang pria.

Hidupnya lebih berharga. Ia tidak akan sia-siakan lagi masa dan waktunya untuk bersakit-sakit.

Meski setiap hari, ia harus berkata pada dirinya sendiri. Untuk selalu kuat, selalu sehat, agar ikhlas menjalankan kehidupan.

You betrayed me
And I know that you'll never feel sorry
For the way I hurt, yeah
You'd talk to her
When we were together
Loved you at your worst
But that didn't matter

It took you two weeks
To go off and date her
Guess you didn't cheat
But you're still a traitor

Setiap memejamkan mata, Stella mengingat sakit dan pedihnya kehidupannya.

Dan dengan bernyanyi, Stella bisa meluapkan rasa emosi dan sesak di dadanya.

Selesai dengan bernyanyi, semua pengunjung memberikan tepuk tangan yang meriah.

Ada beberapa dari mereka yang datang memberikan beberapa lembar uang kertas. Stella tersenyum ramah untuk mereka yang memberikannya sebuah tip.

Turun dari panggung, Stella sudah selesai dengan pekerjaannya. Sebentar lagi cafe akan tutup, dan ia akan segera pulang.

Di perjalanan menuju apartemennya, Stella berjalan sendirian.

Ia merogoh tas selempangnya, mencari sebuah kotak.

Menemukan apa yang ia cari, Stella membuka kotak tersebut dan mengeluarkan sebatang rokok. Tak lupa ia mengambil pematik api.

Berjalan seraya mengepulkan asap, Stella menikmati sensasi nikotin yang menyerap sampai kepala.

Besok ia ingin libur satu hari, dan bermalas-malasan di kamar menonton film kesukaannya.

Sampai di gedung apartemen, Stella langsung naik ke lantai unitnya.

Ia tidak pindah sama sekali.

Stella tetap menempati apartemennya yang sejak dulu.

Tiba di depan pintu, Stella lagi-lagi mendapati sebuah bucket flower yang cantik.

SRRKKK!

Stella justru menginjaknya, dan masuk ke dalam apartemen dengan mudah.

Ia sudah bisa menebak siapa yang mengirimkan bunga itu.

Dan Stella malas membaca, apalagi memegang bunga pemberian orang yang ia benci.

Belum sempat ia menutup pintu, sebuah tangan menyelinap masuk di sela-sela menahan agar pintu tetap terbuka.

AYAHKU SUGAR DADDYKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang