Bab 05.

124K 1.7K 105
                                    

"Ini, kesalahan ... Ruby."

Kening Ruby mengerut, matanya sudah berkaca-kaca.

"Daddy, Daddy juga ... tidak tau ...."

Nevan berusaha kerasa untuk menjelaskannya pada Ruby.

"Semalam, Daddy hanya menumpang tidur di kamarmu. Sebelum itu Daddy minum sendiri, namun tidak begitu mabuk. Sampai ...."

Nevan meneguk ludah kasar, ia sangat gugup untuk menjelaskannya pada Ruby.

"Sampai kau datang, dan tiba-tiba merayu Daddy. Sumpah! Daddy tidak begitu mengingat semuanya."

Remasan Ruby pada selimut yang membalut tubuhnya semakin erat.

"Kau juga mabuk, By ... Daddy hanya mengingat kala kita sudah ... bermain."

Air mata Ruby seketika runtuh. Ia merasa kecewa dengan apa yang di jelaskan oleh sang ayah.

"Daddy bilang tidak mabuk. Kenapa tidak menahan diri?!" sungut Ruby.

Nevan menggeleng. "Daddy sudah menahan diri. Tapi ... kau terus mendekat ke arah Daddy!"

Ruby mengerjap cepat. "A-apa?"

"Yeah ..." mengangguk, Nevan kembali melanjutkan kata-katanya. "Kau terus merayu Daddy, By ... kau bahkan membuka bajumu sendiri."

DEG!

Ruby berusaha untuk mengingat kejadian semalam.

Ucapan Nevan masih membuat Ruby ragu.

Namun ia juga tidak mengingat kejadian yang sebenarnya.

'Oh, Tuhan ....'

Dalam hati Nevan terus memanggil Tuhan, agar merestui penjelasan palsunya.

Nevan tidak bisa mengatakan sejujur jujurnya. Ia takut jiks sang putri membencinya.

"Maaf, By ... Daddy benar-benar minta maaf."

Ruby menunduk menangis. "Hiks ...."

"Sorry ...." Hanya itu yang bisa Nevan katakan lagi.

***

Setelah kejadian malam itu, hubungan antara Ruby dan Nevan renggang.

Tidak ada lagi kedekatan manis layaknya ayah dan anak seperti semula.

Ruby menjauh, Nevan pun menjauh.

Keduanya sama-sama belum kembali berbicara.

Nevan yang merasa bersalah, namun tidak bisa mengatakan banyak hal.

Ia sudah terlanjur memberi alasan pada Ruby yang mana membuat wanita itu tidak menyangka.

Seperti saat ini, Ruby berada di kelas, duduk melamun memikirkan keadaan antara dirinya dan Nevan.

"Pagi-pagi sudah melamun."

Stella datang menempatkan diri di sebelah kursi Ruby.

Ruby hanya menoleh sekilas, lalu kembali menyangga dagunya menggunakan tangan.

"Kenapa sih? Sejak ulang tahunmu, kau terus melamun ...."

Semenjak malam ulang tahunnya, Ruby sudah melewati tiga hari yang mana selalu melamun dan diam.

"Cerita denganku, jangan di pendam sendiri ...."

Ruby menghela napas lelah. Bagaimana dia mau bercerita dengan Stella? Mungkin wanita ini akan terkejut dengan apa yang sudah ia alami.

Tidak mendapatkan jawaban, Stella hanya mendecih sebal. Berbicara dengan Ruby sama saja berbicara dengan tembok saat ini.

Mata pelajaran kelas mereka di mulai kala dosen datang.

AYAHKU SUGAR DADDYKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang