22. Nanya Google

9.4K 710 19
                                    

"Abang nggak bareng bang kenzo tersayang itu" cibir Kevin, menatap Abang sulungnya datar.

Geo, pemuda itu kini mengerutkan keningnya, pertanda bingung. Mereka kenapa? Mengapa tiba tiba membahas bang Kenzo?

"Ngapain, bareng dia" tanya balik Geo.

Terlihat oleh Geo, ketiga adiknya segera meninggalkan dirinya. Dengan Geo yang masih menampilkan wajah bingung.

Setelah kepergian ketiga adiknya, kini Geo hanya menampilkan wajah masam dengan pikiran yang berkecamuk.

Mood nya anjlok, ia segera membatalkan niatnya untuk berangkat menggunakan mobil, toh adik adiknya menolaknya untuk berangkat bersama.

Sesampainya disekolah, Geo memarkirkan motornya dan melangkahkan kakinya kearah kelas dengan lesu serta kaki diseret. Jangan lupakan wajah masam yang turut menyertainya.

Sesampainya dikoridor, Geo melihat wajah wajah familiar. Mengingatnya cukup lama, kini diirinya mengingat wajah wajah itu adalah  teman teman Aiden. Mereka terlihat tengah mengobrol serius.

Tak ingin mencari gara gara, Geo memutuskan putar balik dan memilih jalan memutar.

"Woy!"

Geo mempercepat langkahnya. Firasatnya mengatakan, jika Geo menolehkan kepala atau memperlambat langkahnya, ia akan menerima masalah.

Motonya adalah hanya 'hidup aman, damai, dan tentram' terlepas dari prilaku aneh adiknya tadi pagi.

Brukk

Tidak memperhatikan langkah, Geo kini menabrak sesuatu yang terasa keras. Matanya membulat kaget melihat remaja dihadapannya tengah menatapnya datar.

Geo segera melangkah mundur karena posisi dirinya begitu berdekatan.

Dirinya terus merutuki dalam hati karena kesialan ini. Memangnya tak ada mahluk lain yang bisa ditabraknya. Mengapa harus protagonis novel?

Pemuda itu tak lain adalah Aiden, orang yang menjadi salah satu penyebab dirinya bundir karena perempuan yang dicintainya menyukai lelaki itu.

Oh, tapi yang ini sungguh, Geo sama sekali tidak berniat melakukan drama recehan seperti menabrak tokoh utama, lalu, dirinya yang notabenenya seorang figuran beralih menjadi pemeran utama dan berakhir menjadi pusat perhatian. Ck, ck, ck, bukan gayanya sekali.

"Maaf nggak sengaja" ucap Geo singkat.

Terlihat dengan jelas bahwa permintaan maaf Geo hanyalah formalitas belaka, Aiden yang melihat wajah serta nada bicara Geo, menaikkan satu alisnya pertanda bingung.

Merasa tak ada jawaban dari pemuda dihadapannya, Geo memutuskan untuk berjalan menuju kelasnya kembali.

"Tunggu" nada dingin kembali terdengar ditelinga Geo. "Apa lagi sih?" Jawaban ketus terdengar dari bilah bibir Geo, menghadap belakang dengan wajah yang bertambah kesal

"......."

"Iya, gue maafin"

Geo menjatuhkan rahangnya mendengar perkataan pemuda itu.

Dirinya harus berhenti, hanya untuk mendengar perkataan Aiden? menurutnya, permintaan maafnya tak harus dijawab kan?

"Terimakasih atas kemurahan hatinya tuan" tersenyum tipis, Geo sengaja mendayu dayukan suaranya, sebelah tangan ia taruh didepan dada serta membungkuk badan, lalu melangkahkan kakinya pergi.

Aiden yang melihat kelakuan pemuda dihadapannya merasa terhibur akan sikap bobroknya, mungkin seru jika dia menjadi temannya.

'Eh, temannya?'

Gio Or GeoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang