"Dad, kak Ares ngeluarin buku milikku!"
"Bang, teman laknat abang ngerusak rambut Geo~!"
" Dad, lihat! Kak Ares terus terusan gangguin Geo!"
Dengan wajah bersungut-sungut, Geo keluar dari lantai atas, menggunakan seragam sekolah lengkap dengan tas yang diseretnya sepanjang Geo berjalan, mungkin jika mansion ini kotor, tas milik Geo akan tampak seperti tas kumal yang tak dicuci berbulan bulan.
Mengatur nafasnya agar mood nya membaik, Geo kini berjalan kearah meja makan yang diisi oleh keluarga kak Ares serta keluarga Pradipta.
Seandainya para adiknya disini, Geo pasti akan menempeli mereka layaknya prangko agar orang didekatnya menjauh.
"Mengapa wajahmu muram? " Tanya Vero dengan wajah geli, menghela nafas pelan mendengar ejekan dari abangnya, Geo hanya menggelengkan kepala dengan wajah lesu. Dirinya yakin, teriakannya tadi pasti terdengar oleh keluarganya, tapi apa?mereka seakan tutup telinga melihat penderitaannya.
"Sudahlah, tak perlu bersedih. Akan om hukum anak om nanti."
Hah! apakah telinganya bermasalah? Om Alex, memihak kepada dirinya?, disaat keluarganya tutup mata melihat penderitaan Geo, om Alex kini peduli padanya ! Owh, mulai saat ini, Geo memutuskan menaruh rasa hormat kepada lelaki menyeramkan dengan brewokan penuh diwajahnya. Persetan dengan kebangkrutan keluarganya, Geo masih dendam kepada mereka.
"Wah~, papah jahat sekali kepadaku!" Celetuk Ares mendramatis.
Helaan nafas lelah jelas terdengar untuk telinga tajam mereka, "Sudah lah kak, kak Ares itu sudah besar. Memangnya tidak malu kelakuannya seperti anak kecil" sambung Geo dengan senyum tipis dan tatapan lembut diarahkan kepada Ares, Geo saat ini terlihat layaknya orang dewasa yang menasehati anaknya yang tak kunjung bersikap dewasa.
"Huftt" tawa tertahan terdengar dari seluruh orang yang ada dimeja makan, terlebih Delon. Delon tidak menyangka anaknya akan melontarkan kalimat seperti itu, bahkan membuat wajah Ares kini terlihat seperti tikus kejebur got, ada apa dengan kata katanya? Bukankah anaknya seperti menyindir dirinya sendiri.
"Sudah, mari mulai sarapannya" titah Hendri tegas, tak lama bunyi dentingan sendok yang beradu dengan piring menjadi awal bagi kedua keluarga untuk sarapan.
"Geo, kamu mau berangkat sekarang?" Delon dengan wajah serius menanyakan pertanyaan konyol kepada anak sulungnya, " tidak dad, Geo berangkatnya nanti siang" celetuk Geo dengan wajah jengkel setelah mendengar perkataan dari daddynya.
"Dad, sini. Deket ke Geo" Geo dengan bisikan pelannya, mengkode daddynya agar mendekat kearahnya, "ada apa?" Senyum tipis kini terpatri diwajah Delon mendengar intrupsi dari sisulung.
"Mereka--, nggak pulang ?"
Tuk
Bukanlah jawaban yang didapatkan oleh Geo, melainkan sentilan peringatan dari daddynya tepat dibibir ranum miliknya, "kok disentil" protes Geo kepada daddynya. "Hush!, mulutnya. Mereka sengaja daddy suruh menginap karena sudah malam juga, Geo" Delon dengan sabar menjawab perkataan dari anaknya.
"Memangnya kamu nggak kangen sama om Alex juga Tante vanessa? " Tanya Delon kepada anaknya, "Nggak!, om Alex ngeri banget tau dad, lihat wajahnya! Ugh.. aku kayaknya sekali aja buat kesalahan sama om Alex, langsung disentil ke akhirat, kalo Tante Vanessa --, tapi tadi Daddy lihatkan! om Alex ngebela aku dong!" Ekspresi ngeri, takut dan terakhir bangga kini terpancar dari wajah Geo saat menyuarakan argumennya kepada daddynya.
"Berarti Geo menyukai Om?" suara tegas kini terdengar dari arah belakang Geo, menoleh kepalanya, Geo kini melihat om Alex serta Tante Vanessa tengah berdiri tak jauh darinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gio Or Geo
FantasyGio maheswara menyadari, bahwa dirinya tiba tiba berada ditubuh Geo Bagaskara Pradipta. Gio, anak tunggal dengan sifat bar bar ini, kini berada ditubuh anak sulung bermarga Pradipta, permasalahan pelik yang dialami Geo membentuk pribadi yang keras s...