46. vino sadar

2.5K 311 116
                                    

"kenapa, hmm"

Pemuda itu tampak menangkup pipi basah milik Geo. Jari jemarinya menekan pipi berisi cacing hidup itu dengan kasar. Menyebabkan cacing yang berada dalam mulut Geo saling bertubrukan dan hancur. Sebagian cacing bahkan terjun bebas masuk kedalam kerongkongan remaja itu, menyebabkan sensasi mual yang hebat. Tidak berhenti sampai situ, pemuda itu bahkan mencubit sisi tubuh Geo dengan keras.

Geo sebagian korban saat ini, hanya menatap diam kelakuan pemuda bejat dihadapannya. Sensasi kenyal serta menggeliat yang sedari tadi Geo tahan, kini terasa menjadi bubur cair nan lembek. Berkat tubuh lunak cacing cacing itu yang bertabrakan dengan gigi keras Geo. Rasanya saat ini, mulutnya tengah berkumur air bercampur lendir.

Sensasi cubitan yang Geo rasakan saat ini entah kenapa terasa tidak menimbulkan rasa sakit, meski Geo meyakini itu pasti meninggalkan bekal luka memar di area kulitnya.

Hidupnya saat ini benar benar hancur. Sahabatnya. Sahabat baiknya kini menjadi salah satu dalang penculikan yang menjadikan dirinya sebagai korban. Sahabat yang katanya berteman sejak orok, kini menusuknya dari belakang.

Bahkan, tanpa rasa bersalah, sahabatnya kini berlaku kasar pada tubuh sekarat miliknya. Apakah dirinya memang se menjijikkan itu hingga banyak orang membencinya? Setidak pantaskah itu dirinya untuk bahagia?

Sebenarnya, Geo masih memiliki keinginan untuk keluar dari tempat ini salah satunya karena sahabatnya. Tapi sekarang, salah satu sahabatnya mengkhianati Geo dengan cara kotor.

Matanya saat ini setengah terpejam, hanya untuk menatap wajah sahabatnya saja, Geo benar benar merasa kesusahan akibat tenaganya yang terkuras habis.

" G-GUE, GUE HARUS BUNUH LU GE! LU HARUS MATI, LU HARUS NGERASAIN GIMANA ORANG DI SEKITAR LU KEHILANGAN DIRI LU GE! MEREKA SEMUA HARUS TAU GIMANA RASANYA! GUE BENCI LU GE, GUE BENCI LIAT MUKA HINA LU!"

pecah, bermacam emosi yang dia tumpuk sedari dulu pecah di tempat ini, teriakannya menggema dengan lelehan air mata yang turut menyertai. Ujaran kebencian yang sedari dulu dia tahan, terlampiaskan saat ini juga. Ada setitik ketidak nyamanan dihatinya setelah mengatakan semua kata kasar barusan, namun, bukankah seribu kebaikan akan hilang hanya karena satu kesalahan? Itu yang terjadi padanya saat ini. Pemuda ini telah dibutakan akan dendam dan kebencian. Pikirannya telah dirusak akibat bujuk rayu sesat dari seorang pria licik bernama Bian. Layaknya menuang minyak dalam kobaran api, dendam yang semula kecil, kian lama kian membesar.

Vino, pemuda itu pertama kali bertemu Bian setengah tahun yang lalu. Awalnya, dirinya begitu terkejut mendapati tawaran menyesatkan dari pria itu. Namun, bukannya menolak, Vino justru menyetujui semua rencana busuk Bian, tanpa memedulikan dirinya selalu dijadikan bidak catur pada lapangan bermain pria itu.

Akhir akhir ini, Vino memang sempat ragu akan rencana yang ia susun apik apik, setelah melihat perubahan sikap dari Geo, tapi-- apakah Bian akan diam saja? Apakah Bian tidak mengambil tindakan akan perubahan pemikiran dari pion kecil miliknya ?Tentu saja tidak, pria licik itu akan terus menerus memberikan sugesti negatif pada Vino. Remaja naif yang dibutakan akan dendam. Tanpa peduli seberapa dekat hubungan pertemanan yang ia jalin selama ini serta resiko kedepannya akan aksi nekat yang ia lakukan.

Vino masih mengingat dengan jelas aksinya saat memasuki kediaman Pradipta dengan identitas sebagai pengirim paket. Bian, pria itu memerintah nya agar memberikan kotak hitam pada Geo. Untungnya saat itu tidak ada yang menaruh rasa curiga pada dirinya.

Sialnya, tidak lama setelah menyelesaikan misi dan berganti pakaian, dirinya justru berpapasan dengan Nanda, tak cukup sampai situ, Nanda mengajaknya berjalan jalan menuju taman. Wajah nya menggelap mengingat pertemuannya dengan Geo saat itu. Mengingat wajah palsu yang harus ia kenakan. Sungguh, membuatnya muak.

Gio Or GeoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang