41. pengakuan geo

3K 335 32
                                    


*catatan yang diterima Delon, ada di chap 34

Setelahnya Menganti baju sekolah menjadi baju santai, dengan wajah gugup, Geo melangkahkan kakinya menuju ruang kerja milik opa Hendri.

Keringat dingin bahkan menetas di pelipisnya, memilin ujung baju yang dikenakan guna mengurangi rasa gugup yang sedari tadi melanda Geo, namun, tak kunjung berhasil.

Langkahnya terhenti tepat didepan ruang kerja milik opanya, menatap Lamat Lamat pintu kayu bercat coklat dengan aksen rumit dihadapannya, perasaan ragu tiba tiba menyelimuti Geo.

Mengetuk pelan pintu kayu, suara sang opa tak lama terdengar, menginterupsi dirinya agar segera memasuki ruangan. Setelah memantapkan hatinya, dengan langkah tegas Geo memasuki ruang kerja milik opanya.

Perasaan merinding seketika menjalar disekitar punggung Geo, ditatap secara intens oleh ketiga pria dihadapannya, mau tak mau membuat dirinya menunduk.

" Apa kesalahanmu, Geo?" Tanya Devin, tanpa basa basi.

Menggelengkan kepala pelan pertanda ketidak tahuan akan kesalahan yang diperbuat, Geo dengan perasaan kalut terus menunduk dihadapan ketiga pria dihadapannya.

"Ingin meninggalkan keluarga ini, hmm?" Tanya Devin, selaku papa Geo. "M-maksudnya pa?" Tanya Geo bingung, sial, dirinya tergagap saat ini. "Masih berpura pura rupanya" ujar Devin, menatap keponakannya dengan tatapan dingin serta benda bernikotin kini bertengger disela-sela jari nya.

"Coba kamu jelaskan kepada Daddy, apa maksud dari catatan ini?" Pinta Delon, nada lembut yang diucapkan serta tatapan teduh milik daddynya, mampu mengurangi rasa gugup yang sedari tadi melanda Geo.

Entah mengapa, setelah melihat kertas itu, firasatnya mengatakan bahwa ini bukanlah pertanda yang baik bagi Geo. Melangkahkan kaki seraya mengambil kertas yang disodorkan daddynya kepada Geo, wajah kaku milik Geo tertangkap oleh tiga pria diruangan ini.

Sial! Mengapa catatan ini bisa berada ditangan keluarganya? Geo yakin dirinya telah menyimpan secara apik catatan ini, bukankah terakhir kali dirinya mengeluarkan catatan itu itu saat tengah malam, bertepatan dengan kak Ares--, ah, Dirinya melupakan kak Ares yang berpotensi memberitahukan kepada keluarganya.

'bunda, tolongin Geo'

Jari jemarinya terus bergerak liar, memilin segala sesuatu yang ada didekatnya, suara tegas dari Daddy, opa serta papanya merupakan ancaman bagi Geo saat ini, nada lembut serta guyonan yang sering dilontarkan opanya kini lenyap, tergantikan oleh tatapan dingin serta nada tegas tak terbantahkan, sorot dingin dari ketiganya saja sudah cukup membuat kakinya menjadi Jeli.

Ditengah hawa dingin yang melanda ruangan ini, bunyi notifikasi pesan dari handphone milik Geo terus berbunyi, memecah keheningan yang sedari tadi tercipta karena bungkamnya Geo dari bertubi tubi pertanyaan yang menghantamnya.

Ting

Ting

Ting

Ting

Ting

Ting

Ting

Tak hanya satu, bunyi yang saling berdatangan dari handphone miliknya membuat Geo panik bukan main, sungguh, dirinya begitu ingin mencincang orang yang mengiriminya pesan yang saat ini mencapai puluhan.

Menggambil diam diam handphone miliknya dari saku celana, wajah kaku milik Geo kini bertambah kaku setelah melihat nomer yang tertera dari handphone miliknya yang terus berbunyi, menyetel mode senyap di handphone, Geo kini dapat bernapas lega, meski hanya sedikit.

Gio Or GeoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang