7. penguntit

15.3K 1K 13
                                    

Setelah Kevin menyelesaikan latihan bersama teman kelompoknya, kini dirinya memutuskan untuk kembali kemansion. Sesampainya di area mansion, dirinya melihat mobil serta motor para abangnya yang berjejer rapi layaknya ikan asin.

Setelah menaruh motor kesayangannya yang sempat ia titipkan kepada temannya Filip, motor miliknya kini kembali kepada tuan rumahnya.

Melangkahkan kaki kearah dalam mansion, terlihat bang Kenan tengah menonton film kesukaannya disertai cemilan yang berserakan dimeja.

"Bangke!" teriak Kevin dengan muka berseri seri, aura cerah menguar dari arah remaja berseragam olahraga itu, lantas menghampiri abangnya yang bergulat dengan film yang ditontonnya.

Wajah terkejut sempat tercipta diwajah Kenan, lantas menormalkan kembali ekspresi wajahnya agar tidak mendapatkan kata kata menyebalkan dari adik bungsunya.

"Lu masih manggil gua 'bangke', gua 'bakar' motor lu " ancam Kenan. Dilihat dari wajah remaja itu, tak ada jejak kebohongan, melainkan keseriusan yang terpancar jelas dari sorot matanya, menandakan perkataan yang dikeluarkan sang empu bukanlah ancaman semata.

"Santai bangke, gue kan bener manggil lu. Bang Kenan, disingkat bangke" timpal Kevin, sama sekali tak gentar mendengar jawaban sarkas yang baru saja didapatkannya, bahkan, senyum penuh kenakalan terlihat diwajah Kevin.

"...."

"Bang, lu pasti bakal iri sama gue" ucap Kevin main main. "memangnya ada apa? adek abang yang paling so cool ini kayaknya seneng banget" jawab Kenan dengan sorot mata masih fokus pada film yang ia tonton, sembari meminum juz nanasnya, hingga melupakan amarahnya yang hampir meledak tadi.

"Tadi bang Geo ngajak berangkat bareng bang" ucap kevin dengan wajah bangga. "Hah, maksud?" Tunggu, tunggu, Kenan belum bisa mencerna apa yang baru saja didengar oleh indra pendengarannya.

"Iya bang, kan bang Tio sama abang nggak dimansion, terus Daddy pagi banget udah berangkat kerja, alhasil gue sama bang Geo cuman berdua dimansion, nah gue berinisiatif untuk nunggu bang geo diruang makan, dan hasilnya--,  bang Geo ikut makan dengan gue bang dan dia juga nanya gue mau bareng apa nggak kesekolah" jawab Kevin dengan satu tarikan nafas, jangan lupakan dengan ekspresi muka si bungsu yang berubah ubah tergantung kalimat yang terlontar diwajahnya.

"Semoga bang geo nggak kayak dulu lagi ya dek " ucap kenan dengan muka sendu serta senyum tipisnya, sungguh  dilubuk hatinya, Kenan begitu ingin memiliki sosok Abang yang hangat, tanpa sorot datar serta kosong yang begitu menyesakkan untuk dilihat baik untuk dirinya maupun keluarganya yang lain.

"Iya bang, gue harap juga gitu" ucap Kevin tanpa sadar menitihkan air mata.

'ck, cengeng nian ni mata'

Sorot kesal tercipta jelas diwajah Kevin, mengusap kasar jejak air mata yang tersisa diwajahnya. "  tadi gue liat motor bang Tio, terus bang tionya mana?" tanya Kevin, memecah keheningan dengan mengamati ruangan mansion.

"Mana gue tau, mending kita samperin ke kamarnya aja deh, karena ada yang mau Abang bicarain sama dia" ajak Kenan kepada sang adik, lalu beranjak dari tempat duduknya.

Alhasil, Kevin yang melihat Kenan menuju kamar bang Tio, segera membuntuti Abang nya seperti anak ayam.

Setelah Kevin dan Kenan sampai didepan kamar Tio, Kevin kini melihat pintu kamar milik saudaranya yang tidak ditutup.

Saat Kevin akan mengetuk pintu kamar bang Tio, Kevin mendengar suara seseorang yang sedang menangis? namun suara itu seperti familiar baginya, bang Geo ? Namun, menangis?

Kevin yang merasa heran saling bertatapan dengan bang Kenan, kedua saudara itu saling mengangguk secara bersama, layaknya seseorang yang dapat berbicara hanya lewat pikiran.

Gio Or GeoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang