8. keceplosan.

14.6K 1K 24
                                    


Geo terlonjak kaget mendengar suara asing yang datang tiba tiba, sontak dirinya menghentikan aktivitas memukul mukul kepala nya, ditambah pemuda ini terlihat menyeramkan, dengan tinggi yang tidak main main.

Alis tebal nan rapi, hidung bangir, bibir ala ala orang barat serta jawline tegas sebagai pelengkap, dengan porsi tubuh yang menjulang tinggi. Kini, sedang menatapnya dari ujung kepala hingga ujung kaki, jika boleh jujur, Geo saat ini benar benar merasa risih melihat tatapan pemuda itu yang seakan akan menelanjanginya.

"Ada apa bang?" tanya Geo pada pemuda itu, saat pertama kali melihatnya, sudah dipastikan bahwa pemuda itu adalah kakak sepupunya. Jadi, apa salahnya jika Geo memanggilnya dengan embel embel abang.

bahkan, niat awalnya untuk bersikap dingin kepada keluarganya ia batalkan, bagaimana bisa berbaikan jika dirinya saja terus bersikap seperti itu, disaat seperti ini, mementingkan ego benar benar akan mendatangkan bencana.

Kerutan halus tercipta diwajah Geo, dirinya bingung melihat sepupunya itu sempat memasang wajah kaget.
"Cepat turun, semua menunggumu" titah sepupunya, lalu pergi meninggalkannya begitu saja.

Melihat dirinya ditinggal seorang diri, Geo hanya memandang sepupunya penuh kekaguman.

Setelah sampai dimeja makan, dapat Geo lihat daddy, adik adiknya serta beberapa wajah asing yang menatap kearah Geo, ditatap sedemikian rupa, Geo tak ayal menelan ludah gugup.

"Maafkan Geo terlambat, hingga membuat kalian menunggu" ucap Geo sembari menundukkan badannya ala ala orang Jepang, setelahnya, Geo berjalan menuju kursi kosong yang tersisa.

Mendengus pelan melihat reaksi yang ditunjukan keluarganya dimeja makan, dimana Daddy serta adik adiknya tersenyum tipis dan beberapa orang yang terlonjak kaget.

Setelah semua berkumpul dimeja makan, kini yang terdengar hanyalah bunyi dentingan sendok yang saling beradu dengan piring, mengisi keheningan dimeja makan ini.

Setelah makan malam, keluarga Pradipta kini berkumpul diruang keluarga, situasi ini telah melekat didiri mereka dan dapat disebut sebagai tradisi turun menurun.

berbincang bincang antar anggota keluarga turut menjadi keseharian keluarga konglomerat ini, opa serta ketiga anaknya mulai berbincang mengenai perusahaan, oma serta istri dari papa Davin berbincang mengenai model, trand fashion, butik, sedangkan yang lain melakukan hal random.

Contohnya para adik dan sepupunya yang sibuk berbincang-bincang diselingi dengan beberapa candaan candaan Garing.

Geo? Yang dilakukan saat ini hanyalah duduk nyaman disofa, bersebelahan dengan pemuda yang memanggilnya tadi untuk segera menuju meja makan. Bahkan, dapat Geo lihat sepupunya masih fokus akan laptop dipangkuannya yang menampilkan grafik grafik kecil serta tulisan tulisan mini.

saat Geo melirik sekilas kearah sepupunya, Geo berdecak sebal. Mengalihkan pandangannya kearah lain, dimana semua anggota keluarganya berada dan menatapnya satu  persatu.

'yang duduk disofa single pasti opa, didekatnya juga ada Daddy, papa dan ayah. Disebelahnya pasti Oma sama istri papa, ya ampun! Pasti kalung yang dipakai istri papa mahal banget. Nah, kalo yang lain pasti sepupu sepupu gue. Gila keluarga ini, bening semua, kagak ada yang burik'

Ekspresi takjub Geo jelas terlihat diwajahnya, melihat satu persatu keluarga ini seakan melihat berbagai macam artis Korea berkumpul.

"Pssstt, itu bang Geo kenapa bang? ngeliatin kita kayak gitu?" bisik pemuda bernama lengkap ELINO LEVI PRADIPTA, kepada Abang kembarnya yaitu KENZI DARE Pradipta.

"Mana Abang  tau dek, tapi aneh nggak sih! Geo kan bisanya selalu menghindar kalo ada acara kayak gini, tapi ini kok tumben dek mau ikut nimbrung" jawab Kenzi, dirinya cukup bingung melihat adik sepupunya saat ini. Wajah datar kini tergantikan dengan ekspresi takjub saat melihat Keluarganya.

Gio Or GeoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang