23. minta ma'af

9.2K 735 14
                                    


" cukup gue minta abang gue beliin gue sesuatu"

Kening Geo mengernyit pertanda bingung, apakah dirinya harus melakukannnya juga?

Hidup sebagai anak tunggal dan menjadi yang termuda diantara teman temannya, membuat dirinya merasa kebingungan dengan situasi sekarang.

Namun, Tak ada salahnya bukan, mencoba ide ini?

Senyum tipis terpatri di wajah Geo.

Aiden yang melihat ekspresi berubah ubah dari pemuda yang sejak dulu mencari perkara dengannya, dan akhir akhir ini cenderung menghindarinya, merasakan perasaan senang melihatnya tersenyum?

'apakah ini benar dirinya?'

"Bantu?"

"Apanya bantu?"

"Tadi"

"Owh, mau bantuin?"

"Hmm"

"Memang  nggak ngerepotin?!"

"Beban"

"Nggak usah kalo beban"

"Lupain"

Percakapan singkat Aiden dengan Geo tadi memang cukup aneh, namun Geo mengetahui bahwa Aiden tulus membantunya, tak seperti kebanyakan orang lainnya.

Dimana Aiden mengatakan akan membantu Geo yang sedang frustasi dengan kelakuan para adiknya

Geo bahkan semakin melebarkan senyumnya ketika orang yang akan dirinya hindari bersiap membatunya. Toh, asal dirinya tak menganggu hubungan protagonis pria dan wanita.

Makhluk setampan dirinya ini bagaimana mungkin dijadikan umpan meriam dalam dunia novel!

Memikirkannya saja dapat membuatnya sakit kepala.

Geo mengganguk anggukan kepala dengan wajah yang masih tersenyum cerah.

Aiden yang melihat tingkah pemuda disampingnya, merasa bulu kuduknya merinding .

'Apakah karena gadis yang dicintainya menolaknya, hingga ia sakit jiwa?'

"Balik sekolah, kita ketemuan di cafe d'unius"

Geo segera beranjak dari kursi taman, mengatakan beberapa kata sebelum pergi dengan mengacak rambut hitam legam Aiden.

Tubuh nya terasa kaku karena gerakan tangannya tadi, sungguh, tubuhnya masih aman bukan?

Tadi benar benar, seakan tangannya bergerak sendiri hanya untuk mengacak rambut Aiden.

Terlihat jelas oleh Geo wajah terkejut Aiden, Geo merasa bersalah karena tanpa ijin melakukan kontak fisik yang menurutnya terkesan tidak sopan.

"Ehh ma-maaf, itu ada hewan dikepala lo"

Wajah tegang Geo begitu kentara saat meminta maaf kepada pemuda dihadapannya.

Seolah waktu berjalan dengan lambat, Geo  memilin seragam sekolah hingga kusut karena tak mendengar jawaban apapun darinya.

Wajah terkejut Aiden perlahan kembali datar, saat ini Aiden tengah melihat kearah Geo, yang terlihat bersalah atas yang dilakukannya tadi.

"Sans aja"

Jawaban singkat itu cukup membuat Geo bernafas lega, dirinya segera meraih tas serta handphone yang masih tergeletak di kursi taman,  lalu memutuskan pulang.

Tanpa Geo sadari, kini Aiden memegang rambutnya sendiri dengan ekspresi bodoh diwajah tampannya.

                             ***

Gio Or GeoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang