45. penyiksaan terhadap geo

2.3K 267 27
                                    


" LEPASIN!"

Suara Geo terdengar bergetar, tatapan nyalang miliknya kini diarahkan pada pria yang terduduk dengan selembar kertas ditangannya.

Dirinya begitu terkejut mendapati tubuhnya terduduk dikursi, kedua tangan serta kakinya diikat kuat. Pipinya terasa sakit, bahkan, area leher Geo terasa sedikit perih.

Namun, semua itu tidak sebanding dengan rasa sakit yang diterimanya pada pergelangan tangannya. Sensasinya terasa begitu aneh, terlebih pergelangan tangan yang terasa sakit, kini benar benar bersentuhan dengan pegangan kursi yang keras nan kasar, serta tali kuat sebagai pengikat.

Hanya untuk memastikan pergelangan tangannya saja, Geo tidak bisa. Dari area siku hingga pergelangan tangan terikat kuat oleh tali. Untuk anggora gerak bagian bawah, kondisi tidak beda jauh. Dari lutut hingga pergelangan kakinya benar benar dililit dengan tali. Yang membedakan, pada bagian kaki, ia tidak merasa sakit.

Tatapan tajam terus Geo layangkan pada pria itu. Jika dilihat lebih dekat, mungkin pria itu seumuran dengan daddynya.

"Om siapa? Kenapa nangkap aku om?" Geo saat ini benar benar berusaha melawan rasa takut yang menggerayangi tubuhnya. Melihat pria itu, Geo merasa tidak asing. Seakan akan pertemuannya saat ini bukankah kali pertama. Tapi, dari. Seluruh ingatan yang dirinya dapatkan, tidak ada sama sekali informasi yang menyatakan tentang pria itu.

Mengedarkan pandangannya, Geo saat ini menyadari betul bahwa dirinya tengah diculik. Dirinya saat ini duduk terikat di tengah tengah ruangan. Tiga meter dari tempatnya diikat, terdapat pria yang menampilkan ekspresi acuh. Tubuhnya terlihat kekar, bekas luka melintang di pipi kirinya hingga alis terlihat jelas. Pria itu mengenakan pakaian bergaya barat. Rambutnya disisir rapi.

Diujung ruangan sebelah kanan, pintu kayu bercat merah darah terpampang. Seakan memberitahunya bahwa tempat itu adalah tempat nya untuk kabur.

Ruangan ini cukup luas, ventilasi yang terpasang hanya berjumlah empat buah, yang berukuran dua jengkal orang dewasa. Bukanlah cahaya remang remang yang Geo lihat saat ini, ruangan ini terlihat terang benderang karena pencahayaan yang melimpah ruah, bagaimana tidak, lampu berjumlah empat buah berukuran jumbo terpasang dimasing masing sudut plafon.

Dapat Geo lihat, wajah pria itu merenggut kesal. Kertas ditangannya kini berserakan dilantai. Wajahnya terlihat menahan amarah.

Jantung Geo semakin berdegup kencang melihat pria itu beranjak dari kursi dan melangkahkan kaki kearah dirinya.

Tap
Tap
Tap

Bunyi langkah kaki terdengar begitu nyaring, saat sepatu pantofel hitam yang dikenakan pria itu bersentuhan dengan lantai ubin.

Tubuh Geo semakin bergerak gelisah melihat langkah pria itu terhenti tepat dihadapannya.

Usapan lembut dapat Geo rasakan pada surai hitam miliknya. Merasakan usapan itu, bukanlah rasa tenang yang ia dapatkan, melainkan rasa dingin menjalar pada punggungnya. Seakan mengatakan bahwa ini bukanlah pertanda yang baik.

Matanya membulat sempurna setelah merasakan tangan besar serta kasar kini mencengkram rahang miliknya kuat. Wajahnya dipaksa terdongak keatas, menyebabkan netra coklat madu cerah Geo menatap netra hitam kelam milik pria itu. Gerakannya begitu cepat, hingga Geo tidak sempat untuk menghindar.

Melakukan gerakan menepis pun Geo tidak mampu, karena kedua tangannya yang terikat kuat.

" Wajah ini benar benar duplikat Alina"

Wajah ketakutan milik Geo kini bercampur dengan ekspresi terkejut. Bagaimana tidak, pria itu mengatakan nama mendiang mommynya, ah-, maksudnya mommy Geo.

Gio Or GeoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang