Part 12~

162 3 0
                                    

"Ya ampun, mata ku," ucap Neal seraya menutup kamar itu.

"Mengganggu saja," gumam Nathan.

"Tuh kan ketauan, udah sana cepet turun kebawah," ucap Aurel.

"Kenapa emangnya kalo ketauan, itu hal wajar untuk dilihat, justru kalo kita gak kayak gitu semua nya bakal mencurigai kita," ucap Nathan.

"Iya sih, yasudah, aku minta maaf ya, aku hanya masih memikirkan persyaratan itu, dan aku juga belum terbiasa melakukan hal romantis, jadi maaf ya," ucap Aurel seraya tersenyum tipis.

"Udah gapapa. Kamu nanti nyuci nya jangan lama lama ya, biar kita bisa makan bareng," ucap Nathan.

"Iya, kalo nga kamu makan aja sendiri, takutnya nanti susah di hilangin noda nya," ucap Aurel.

"Gak, pokoknya aku tunggu dibawah, kalo misalnya gak hilang yaudah nanti ganti yang aja," ucap Nathan.

"Huh yasudah deh, sana cepet turun," ucap Aurel.

Nathan pun hanya menjawab nya dengan anggukan dan meninggalkan Aurel sendiri. Di kamar Aurel pun mulai membersihkan seprei nya dan menyapu.
Setelah selesai di rendam Aurel pun menggosok nya dengan sangat kuat, untung nya noda tersebut bisa hilang.
Aurel pun menjemur seprei tersebut di sebuah balkon dan setelah selesai ia pun turun kebawah.

Di meja makan terdapat Julia, Neal, dan Nathan.

"Selamat pagi," ucap Aurel.

"Selamat pagi sayang," ucap Julia.

Aurel pun duduk di samping Nathan dan mulai mengambil makanan.

"Nathan daritadi nungguin kamu tau rel, aturan yang nyuci seprei mama aja," ucap Julia.

"Gak usah mah, lagian nanti gak sopan, masa darah aku dicuci nya sama mama," ucap Aurel.

"Ya gapapa lah, nak," ucap Julia.

Setelah merasa cukup dengan porsi nya, Aurel pun menyodorkan sendok ke arah Nathan yang saat itu sedang fokus memainkan game.

"Ayo makan dulu," ucap Aurel.

Nathan pun mengabaikan perkataan Aurel dan terus menatap handphone nya.

"Heh Nathan matikan handphone kamu, atau mama ambil," ucap Julia dengan nada yang lumayan tinggi.

"Iya iya, bawel banget sih," ucap Nathan.

Nathan pun mulai makan dan diam.

"Gak enak, mending yang masak kamu aja rel," ucap Nathan.

"Heh gak boleh gitu, ini masakan mama kamu," ucap Aurel.

"Udah gapapa Aurel, mungkin perkataan dia ada benar nya, mama sudah tua dan pasti setiap makanan yang mama buat asin atau kurang rasa," ucap Julia seraya tersenyum.

"Mama gak boleh ngomong gitu, masakan mama masih ada rasa nya kok, malah kemarin pasti kita masak bareng itu enak banget rasanya," ucap Aurel.

"Itu benar," ucap Neal.

Julia yang mendengar perkataan itu hanya bisa tersenyum.
Waktu pun berlalu dan berlalu, Neal pun sudah selesai makan dan pergi berangkat kerja. Sisa lah mereka bertiga dirumah.

"Mah, kenapa mama gak pake pembantu aja buat dirumah ini, aku lumayan kaget sih rumah sebesar ini gak pake pembantu.dan mama setiap hari bersihin kamar dan ruang yang lain, pasti cape kan mah," ucap Aurel.

"Mama merasa masih bisa mengerjakan nya sendirian, dan mama gak mau hubungan mama retak dengan papa gegara seorang pembantu," ucap Julia.

"Oh begitu ya," ucap Aurel.

Tak lama dari itu, Aurel pun mendapat telpon dari Neal.

"Halo," ucap Aurel dari telpon.

"Iya halo, ini Aurel kan?" tanya Neal.

"Iya, kenapa kak, tumben nelpon," ucap Aurel.

"Kaka mau minta bantuan, tolong anterin berkas yang ada di meja ruang tamu, itu penting banget rel buat rapat nanti, kamu bisa datang ke sini kan," ucap Neal.

"Oh, bisa kok bisa," ucap Aurel.

"Makasih ya rel," ucap Neal.

Setelah itu telpon pun terputus.

"Mah aku izin keluar bentar ya, berkas nya Neal ketinggalan," ucap Aurel.

"Oh iya sayang, kamu sendirian nih?, Gak mau dianterin Nathan aja?" tanya Julia.

"Gak usah ma, takutnya nanti dia marah kalo digangguin," jawab Aurel seraya tersenyum tipis.

"Yasudah hati hati ya sayang," ucap Julia.

Aurel pun pergi menggunakan mobil, dan pergi tanpa izin dari Nathan.

Di kantor
Aurel pun datang dan menanyakan tempat Neal berada kepada karyawan.
Setelah ketemu ia pun masuk kedalam.

"Neal, ini berkas nya," ucap Aurel.

"Eh makasih ya, maaf udah ngerepotin," ucap Neal.

"Iya sama sama kak, ngomong ngomong aku pulang dulu ya kak," ucap Aurel.

"Eh jangan dong, kamu baru aja datang, sini duduk duduk dulu lah sama kita," ucap Neal.

Aurel pun mulai memperhatikan satu satu dari mereka dan ya sikap nya aneh, dan juga mereka meminum alkohol disaat jam kerja. Merasa situasi tidak aman Aurel pun memutuskan untuk keluar tanpa mendengar kan ucapan dari Neal.

"Aurel tunggu dong," ucap Neal dari belakang.

Setelah berhasil dikejar, Neal pun memegang tangan Aurel dengan sangat erat.

"Kak lepasin, kamu gak seharusnya bertingkah seperti ini, aku istri adek kamu jadi tolong hargai," ucap Aurel.

"Tau kok, aku juga tau batas, tapi ayo lah kita duduk duduk dulu disana, Kaka cuma ngerasa gak enak aja, masa kamu baru datang langsung disuruh pulang," ucap Neal.

"Biarin aja aku pulang, lagian aku naik mobil kok bukan jalan kaki. Lebih baik aku cape nyetir daripada harus disentuh sentuh sama kalian," ucap Aurel.

"Aurel Aurel siapa sih yang mau nyentuh kamu, yang boleh nyentuh cuma Nathan iya gak," ucap Neal seraya cegukan.

"Nah itu tau, tapi omongan laki laki itu bohong, jadi aku mau pulang, lepasin nga," ucap Aurel.

Aurel pun dengan tenaga yang besar mencoba melepas genggaman tangan Neal tetapi gagal, justru Neal makin menarik Aurel agar jarak mereka semakin dekat.

"Neal lebih baik kamu sadar, kamu pasti lagi mabuk kan, kamu gak boleh ngelakuin hal ini ke aku," ucap Aurel.

Neal yang saat itu sedang dalam kondisi mabuk pun mulai memeluk Aurel. Jujur saja melakukan hal itu di koridor adalah hal yang tidak nyaman. Aurel pun berusaha lagi untuk melepas namun gagal. Untung saja saat itu ada seseorang yang datang. Ya dia adalah Nathan.
Nathan pun mendorong Neal dengan sangat keras hingga ia terjatuh.

"Wah, pahlawan nya Dateng nih," ucap Neal.

"Lu gila ya, bisa bisa nya mau nyentuh nyentuh istri gua," ucap Nathan.

"Kenapa bro emang nya, bukannya lu bilang kalo lu gak suka sama dia? jadi gua berhak dong buat ngambil dia," ucap Neal.

"Omong kosong, walaupun gua gak suka sama dia tapi dia tetep aja istri gua, dan hanya gua yang boleh nyentuh dia," ucap Nathan.

"Lu jadi orang serakah banget sih, bagi satu lah cewe nya, lu kan udah punya Mona," ucap Neal.

Mendengar hal itu Nathan jadi lebih geram terhadap Neal.

"Nathan, udah ayo kita pulang aja, gak baik berantem di tempat kayak gini," ucap Aurel.

"Iya, ayo kita pulang aja," ucap Nathan.

Mereka pun mulai menjauh dari Neal, dan pulang bersama.

~Bersambung~

Perjodohan (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang