Part 7~ Hari yang ditunggu tunggu

275 3 0
                                    

Hari hari pun berlalu.
Kini adalah hari Minggu, Sebuah hari yang ditunggu tunggu oleh semua orang yang tinggal di Han City. Semua orang merasa bahagia untuk datang ke acara pernikahan tersebut.
Tapi tidak dengan Aurel, Aurel merasa saat itu dirinya benar benar gugup, dan tegang. Namun ia tetap menyembunyikan perasaan gugup nya, karena ia saat itu sedang di rias oleh seorang wanita yang bernama Hanna.

"Hari ini adalah hari kebahagiaan seluruh rakyat," ucap Hanna.

"Kenapa emangnya, apa kak Hanna juga bahagia?" tanya Aurel.

"Ya, tentu saja, karena putra kedua dari keluarga Fredrick, akan menikah dengan seorang perempuan yang cantik," jawab Hanna seraya menunjuk Aurel.

"Ah, bisa aja kak Hanna ini," ucap Aurel.

Beberapa menit kemudian Julia pun datang bersama Neal.

"Wah, anak mama tambah cantik aja," ucap Julia seraya memegang dagu Aurel.

Namun Aurel hanya membalasnya dengan senyuman.

"Hari Minggu ini, jadi tambah cerah kalo liat wajah kamu," ucap Neal.

"Mau bagaimana pun, aku akan tetap jelek, jika di mata orang yang tidak menyukai aku," ucap Aurel seraya tersenyum tipis.

"Heh, siapa emang nya yang gak suka sama kamu," ucap Julia.

"Hehe, gak ada kok ma, aku hanya asal bicara," ucap Aurel.

"Ada ada aja, yaudah mama lanjut keliling dulu ya, Neal kamu disini aja, jangan ikutin mama terus," ucap Julia.

"Oke ma," ucap Neal

Hanna pun lanjut merias Aurel. dan sementara Neal hanya duduk dan melihat Aurel yang sedang di rias.
Beberapa jam kemudian. akhirnya Aurel selesai dirias, dan Aurel pun memandangi wajah nya. Ia pun jadi sedih, karena, walaupun wajah nya sudah di rias, di mata Aurel ia tetap menjadi jelek.

"Nah, bagaimana, cantik gak tuan Neal?" tanya Hanna.

"Haha, dia mah selalu cantik di mata aku," jawab Neal.

Aurel pun hanya bisa tersenyum mendengar jawaban dari Neal. Karena waktu tersisa 2 jam lagi. Aurel pun memutuskan untuk menghabiskan waktu 1 jam bersama Neal.

"Kamu mau makan gak?" tanya Neal.

"Gak, aku gak laper," jawab Aurel.

"Yakin? Nanti pas acara nya kamu pingsan lagi," ucap Neal.

"Gak bakal, oh iya kak, ngomong ngomong nanti gimana ya," ucap Aurel.

"Gimana apa nya?" tanya Neal.

"Huh, acaranya itu," tanya Aurel dengan gugup.

"Tenang aja, kemarin kami udah bicarain ini dengan Nathan kok," jawab Neal seraya mengelus rambut Aurel.

Aurel pun merasa lega, setelah itu mereka mengobrol ngobrol hingga waktu 1 jam itu habis. Mereka pun berangkat menggunakan mobil pengantin. Julia dan Neal berada di mobil lain, sedangkan Aurel bersama ayah ibu nya.

"Aurel, ingat pesan ayah, kamu kalo sudah nikah jangan ngerepotin orang," ucap Dev.

"Iya, ayah," ucap Aurel.

"Tadi ibu telponan sama tuan Fredrick, dan kamu tau, Nathan wajah nya bersinar sekali," ucap Vanya seraya menyenggol bahu Aurel.

Aurel pun hanya bisa tersenyum canggung.
Setelah sampai Aurel pun turun dari mobil dan berjalan memasuki wedding venue.
Gugup, takut, itu lah yang dirasakan Aurel saat itu. Ia hanya bisa menatap lurus kearah Nathan yang saat itu sedang berdiri bersama pendeta.
Saat Aurel sudah berdiri di depan Nathan. Pendeta mengucapkan berbagai kata kata untuk kehidupan mereka di masa depan. Dan sampailah dimana Nathan memakaikan cincin di jari manis Aurel.

"Silahkan lihat wajah calon istri kamu," ucap pendeta.

Nathan pun perlahan membuka penutup wajah yang dikenakan Aurel. Nathan pun kagum karena saat itu wajah Aurel sangat cantik, dan pendeta pun menyuruh mereka untuk berciuman untuk memperkuat hubungan suami istri.
Disitulah wajah Aurel langsung pucat, ia tidak mau dicium oleh pria yang tidak mencintai nya, Namun karena ia tidak mau mempermalukan suasana, jadi dia hanya diam dan Nathan lah yang mencium Aurel. Semuanya saat itu berbahagia dan pesta pun dimulai.

"Selamat ya sayang kalian udah jadi suami istri," ucap Julia seraya mengelus rambut Aurel.

Namun Aurel hanya membalasnya dengan senyum tipis nya.
Tak lama kemudian Julia pun diajak oleh Vanya untuk minum bersama.

"Kak Neal, ayo berfoto disebelah balon itu," ucap Lia seraya memegang kamera.

"Oke," ucap Neal.

Saat pesta dimulai mereka banyak berfoto foto.

"Lia, coba deh foto mereka berdua, daritadi mereka diem mulu," ucap Neal seraya menunjuk Nathan dan Aurel.

"Oh iya, betul juga, jarak duduk nya juga ga deket, yasudah ayo kita izin foto sama mereka," ucap Lia.

Lia dan Neal pun datang menghampiri mereka berdua.

"Kak, aku izin memfoto kalian ya," ucap Lia.

"Ah, baiklah," ucap Aurel.

"Kak Nathan, ayo foto juga, masa cuma kak Aurel doang. duduk nya geseran dikit dong, ga enak diliat nya," ucap Lia.

"Bawel banget sih," ucap Nathan.

Neal dan Lia hanya tersenyum melihat reaksi Nathan.
Dan tak lama, Nathan pun menggeser posisi nya dan merangkul Aurel.

"Eh eh, romantis banget, pose rangkul nya tahan dulu ya. Kak Aurel tangan nya di taro aja di gaun biar makin anggun," ucap Lia.

"Gini?" tanya Aurel.

"Iya, gitu, nah cakep banget, tahan ya, 1 2 3," ucap Lia.

Lia memotret mereka dengan sangat banyak. Setelah merasa puas akhirnya Lia dan Neal pun pergi meninggalkan mereka berdua lagi, dan mencari tempat untuk berfoto lagi.

"Huh, perut ku sakit sekali," ucap Aurel seraya memegangi perutnya.

Beberapa menit kemudian, Nathan baru menyadari sikap Aurel yang tampak gelisah.

"Kamu kenapa?" tanya Nathan.

"Ah, gapapa kok, perut nya cuma nyeri aja," jawab Aurel.

"Nyeri? Kamu emangnya belum makan?" tanya Nathan lagi.

"Belum sih, masa gara gara gitu doang nyeri, paling ini mau haid," jawab Aurel.

"Aku ambil in makanan ya," ucap Nathan.

"Gak, gak mau," ucap Aurel.

Nathan pun meninggalkan Aurel sendirian dan pergi entah kemana.
Beberapa menit kemudian, Nathan pun datang tanpa membawa apapun.
Namun tak lama dari itu pelayan datang dengan membawa sebuah troli makanan.

"Silahkan dimakan tuan dan nona," ucap sang Pelayan.

"Baiklah, kamu boleh pergi sekarang," ucap Nathan.

Nathan pun mengambil sebuah piring yang berisi nasi dan ayam tanpa tulang yang di lumuri oleh saus.

"Ayo makan," ucap Nathan

"Itu pedas gak?" tanya Aurel.

"Gak kok, tadi aku udah cobain ga terlalu pedas," jawab Nathan

Aurel mau mengambil piring tersebut tapi Nathan menahan nya, dan ia ingin menyuapi Aurel.

"Gak ngerepotin nih?" tanya Aurel.

"Gak kok, ayo cepet makan, takut makin parah sakitnya," jawab Nathan.

Aurel pun melahap makanan tersebut.

"Enak banget, coba deh kamu rasain," ucap Aurel.

Nathan pun nurut dan memakannya.

"Gimana, enak gak?" tanya Aurel.

"Enak kok, aku rasa ini bakal jadi makanan favorit aku," ucap Nathan seraya tersenyum.

Itu lah pertama kali nya Aurel melihat Nathan tersenyum lebar. Hatinya jadi ikut merasa bahagia.

~Bersambung~

Komen+vote yuk, dukung aku biar tambah semangat.

Perjodohan (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang