Part 20~

128 2 0
                                    

Nathan pun mulai mendekatkan bibir nya ke kuping Aurel.

"Gak liat aku ya?" tanya Nathan seraya berbisik.

"Hah? Maksudnya?" tanya Aurel balik.

"Aku daritadi duduk, tapi kamu gak ngeliat aku," ucap Nathan.

"Oh ya maaf, aku habisnya fokus ke belanjaan, bener bener berat. Udah lepasin dong, nanti di liat Lia gak enak," ucap Aurel.

"Gak, biarin aja dia ngeliat, dia kan udah dewasa," ucap Nathan.

"Dia masih kuliah Nathan," ucap Aurel.

"Ya itu namanya dewasa, tubuh dia emang pendek dan kecil, tapi kamu gak pikir cara pemikiran dia, pemikiran dia itu udah dewasa," ucap Nathan.

Tak lama dari itu Lia pun menengok ke arah mereka berdua.

"Eh, ada kak Nathan, maaf ganggu ya kak," ucap Lia.

"Gak kok, justru dengan adanya kamu disini, dia makin bahagia," ucap Nathan.

"Bisa aja deh," ucap Lia seraya tersenyum.

"Oh iya, kalian bisa ke kamar dulu kok, aku beresin ini nya masih lama," ucap Lia.

"Apa sih Lia, jangan gitu kek," ucap Aurel dengan nada kesalnya.

"Kamu liat kan reaksi dia, dia gak bakal mau," ucap Nathan.

"Iya iya, udah terbaca dari perkataan nya," ucap Lia seraya tertawa.

"Oh iya, kamu beresin nya nanti aja, itu biar pembantu disini aja yang beresin, kita minum wine dulu yuk," ucap Nathan.

"Nathan, itu gak baik buat kesehatan, lagian buat apa sih minum minum wine segala," ucap Aurel.

"Gapapa kok, sedikit doang, aku rencana in beginian buat merayakan rumah baru nya," ucap Nathan.

Kemudian Nathan pun melepaskan pelukannya, dan setelah itu ia pun mengambil dua gelas dan di isikan oleh wine.

"Ayo kita cheers," ucap Nathan.

"Tapi, aku gak bisa minum alkohol," ucap Aurel.

"Minum nya sedikit aja," ucap Nathan.

"Iya tapi, ini juga gak baik buat Lia, nanti kalo ibu sama ayah tau gimana, dia bisa kena marah," ucap Aurel.

"Tenang aja kak, gak bakal ketauan kok, aku juga udah biasa minum beginian," ucap Lia.

Aurel yang kehabisan kata kata hanya bisa diam sambil menatapi wine tersebut.

"Udah kamu minum nya dikit aja, kadar alkohol nya juga gak terlalu tinggi kok," ucap Nathan seraya merangkul pinggang Aurel.

Aurel pun terpaksa ikut meminum wine tersebut. Mereka bertiga pun cheers dan kemudian Aurel meminum sangat sedikit, dan yang paling banyak adalah Lia.
Nathan pun samar samar menunjukkan senyum licik nya ke Lia.

"Lia, udah jangan kebanyakan nanti kamu bisa gak sadar," ucap Aurel dengan nada kesalnya.

"Hehe, maaf kak, habisnya enak banget," ucap Lia.

Dan di pikiran Aurel pun mulai muncul beberapa pertanyaan, padahal semasa ia tinggal dengan Lia, ia sama sekali tidak pernah melihat Lia meminum alkohol, ataupun mencium bau alkohol, tetapi saat ini, Lia lah yang meminum nya paling banyak.

"Nathan, simpan wine nya, kamu juga jangan minum banyak banyak ya, gak baik buat kesehatan kamu," ucap Aurel.

"Baiklah," ucap Nathan seraya tersenyum tipis.

Kemudian Nathan pun menaruh wine tersebut dan mengunci lemari tempat penyimpanan wine itu. Dan tak lama kemudian, Lia pun merasakan pusing yang hebat hingga membuat nya terjatuh dan terduduk di lantai.

"Lia, kamu kenapa?" tanya Aurel seraya menepuk nepuk pipi Lia.

"Kayaknya dia pingsan, bawa aja ke ruang tamu, aku mau angkat telepon dulu," ucap Nathan.

Aurel pun dengan susah payah membawa Lia ke ruang tamu dan menidurkan nya di sofa.

"Ya ampun, semoga kamu cepat membaik," ucap Aurel.

Beberapa menit kemudian Nathan pun datang dan menatapi Aurel yang sedang duduk menunggu Lia sadar.

"Hey, gak mau makan dulu?" tanya Nathan.

"Gak usah, nanti pas dia bangun gak ada siapa siapa gimana?" tanya Aurel balik.

"Hem, gak bakal kok, aku udah berpengalaman dalam menemukan orang yang kayak gini, dia biasanya bakal bangun nya lama," ucap Nathan.

"Gitu ya," gumam Aurel.

"Udah ayo kita makan dulu, di ruang makan udah disediakan makanan," ucap Nathan.

"Yasudah deh ayo," ucap Aurel.

Perlahan lahan mereka pun pergi dari ruang tamu dan pergi menuju ruang makan.

"Kamu jangan murung gitu, tenang aja, Lia bakal bangun kok, percaya sama aku," ucap Nathan.

"Tapi tetap aja aku gak tenang, nanti kalo misalnya Lia meninggal? Pasti aku yang disalahkan," ucap Aurel.

"Kamu jangan ngomong gitu, tentu saja aku yang disalahkan, karena aku yang menyuruh kalian meminum wine," ucap Nathan seraya mengelus rambut Aurel dengan lembut.

Aurel pun menghela nafas nya dan kemudian ia menaruh kepala nya dan tangan di atas meja makan.

"Kita makan nya 1 piring berdua aja ya, aku lagi gak laper," ucap Nathan.

Aurel pun diam dan tak membalas perkataan apapun dari Nathan.
Namun dengan usaha membujuk, Nathan akhirnya berhasil membujuk Aurel dan mereka akhirnya makan berdua.

"Kamu laper ya? tambah lagi ya," ucap Nathan.

"Gak usah, nanti kalo aku gendut gimana?" tanya Aurel.

"Ya gapapa, intinya kamu jaga penampilan aja, tapi itu kalo lagi sama keluarga ya, kalo lagi berdua begini aku gak memperdulikan nya," ucap Nathan seraya tersenyum tipis.

"Hem, begitu ya. Oh iya, kita kapan melakukan persyaratan nya?" tanya Aurel.

"Kenapa emangnya, kamu terburu buru amat sih," jawab Nathan.

"Hehe, ya gapapa, aku cuma penasaran aja," ucap Aurel.

Mereka pun makan seraya mengobrol banyak hal, hinggap sampailah di waktu perut mereka sudah kenyang.
Nathan pun mengajak Aurel untuk tidur, karena waktu sudah menunjukkan pukul 8 malam.
Sebelum pergi Aurel pun menyelimuti tubuh Lia dengan selimut, kemudian ia pun menuju ke kamar.

"Nathan kamu tidur di sofa sana," ucap Aurel.

"Gak mau," ucap Nathan.

"Dih, yaudah aku ke kamar yang lain aja," ucap Aurel.

"Jangan dong, nanti kalo Lia liat gimana?, Dia bisa curiga sama kita," ucap Nathan.

"Alasan nya itu Mulu, basi tau gak, huh," ucap Aurel.

"Ya habisnya aku harus bilang apa lagi," ucap Nathan seraya menggaruk kepalanya.

"Gak tau ah, udah sana kamu tidur di sofa aja, aku udah cape," ucap Aurel seraya membaringkan tubuhnya di kasur.

"Gak, ini kan kamar aku, jadi aku bebas dong mau dimana," ucap Nathan.

Nathan pun ikut membaringkan tubuhnya di samping Aurel. Aurel yang sudah malas pun mengambil sebuah guling dan menaruh nya ditengah tengah.

"Ingat ya, ini pembatas antara kita," ucap Aurel.

"Terserah kamu aja deh, paling nanti pagi udah gak ada pembatas nya," ucap Nathan.

"Sok tau banget sih," ucap Aurel seraya mencubit pipi Nathan.

Aurel pun membalikkan arah nya dan mulai memejamkan matanya, namun tidak dengan Nathan, ia justru bermain game sampai tengah malam.

~Bersambung~

Semoga kalian suka sama ceritanya ya
Jangan lupa vote

2x up

Perjodohan (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang