Part 45

214 3 0
                                    

  Pagi hari pun tiba
Seperti biasa yang terbangun lebih dahulu adalah Nathan setelah itu disusul oleh Aurel.

"Aurel, kamu masih sesak?" tanya Nathan.

Aurel hanya bisa mengangguk anggukan kepalanya. Semalam adalah hari yang buruk, dengan tiba tiba Aurel jadi susah bernafas, sehingga mengharuskan untuk menggunakan masker oksigen.

"Oh iya, hari ini orang tua mu ingin datang, tadi dia mengirim pesan ke aku," ucap Nathan.

"Kapan mereka datang?" tanya Aurel.

"Pagi ini, paling sebentar lagi mereka datang," jawab Nathan.

"Oh iya, aku tinggal bentar ya, aku mau ke toilet dulu," ucap Nathan.

"Jangan lama lama ya," ucap Aurel.

"Siap," ucap Nathan.

Sekarang Aurel hanya sendirian di kamar, beberapa menit setelah Nathan ke toilet, orang tua Aurel pun datang.

"Wah, kamu sendirian ya? Kemana suami kamu?" tanya Vanya

"D-dia lagi ke toilet," jawab Aurel.

"Waktu yang tepat," ucap Vanya.

"Kamu kenapa gak sekalian mati aja sih? Kamu itu bisa nya ngerepotin doang. Udah anak mu meninggal, haduh malu maluin banget, mending kamu aja yang meninggal," sambung Vanya.

"Benar, kamu tidak ingin merepotkan orang lain kan, sini biar ayah bantu," ucap Dev.

Dev pun melepaskan masker oksigen yang saat itu sedang dipakai oleh Aurel. Di menit itu Aurel benar benar di buat kehabisan nafas. Untung nya Nathan datang dengan waktu yang tepat. Nathan yang melihat hal itu langsung mendorong Dev, dan langsung memakaikan oksigen nya lagi.

"Kalian ngapain?" tanya Nathan dengan nada kesal.

"Kami cuma jenguk dia, 'kan kami udah ngirim pesan ke kamu," ucap Vanya.

"Kalian berencana membunuh nya 'kan? Buat apa kalian lepas oksigen nya," ucap Nathan.

"Ya lagian ngapain dipake in begituan, kayak orang kena asma aja," ucap Vanya.

"Pergi," singkat Nathan.

"Kok ngusir, dia 'kan anak kami, kami berhak dong buat ngelihat dia," ucap Dev.

"Gak perlu, Aurel gak perlu dijenguk sama kalian, lebih baik kalian pulang sekarang," ucap Nathan.

"Yah, padahal niat kami kesini baik loh, malah diusir, yasudah lah. Ayo yah kita pulang, anak seperti dia emang gak perlu di jenguk," ucap Vanya seraya berjalan ke pintu keluar.

Dev pun menatap sinis ke arah Nathan, Nathan pun tak diam, ia juga kembali menatap dengan sinis. Setelah Nathan memastikan mereka pergi, Nathan pun merasa lega, ia pun langsung menenangkan Aurel.

"Udah jangan nangis, mereka gak bakal berani deketin kamu lagi," ucap Nathan.

"Mereka ingin aku mati," ucap Aurel.

"Udah jangan dipikirin, kamu bakalan aman kok, banyak orang yang ngelindungin kamu," ucap Nathan seraya mengusap air mata Aurel.

"Oh iya, aku minta maaf ya, tadi aku udah dorong papa kamu," sambung Nathan.

"Gapapa, makasih ya udah datang tepat waktu," ucap Aurel seraya tersenyum.

Nathan hanya membalas nya dengan senyuman nya.
Setelah kejadian itu, Nathan jadi jarang meninggalkan Aurel. Nathan terus menerus menemani Aurel sampai sembuh total.

  Hari kesembuhan Aurel
"Akhirnya aku bisa balik ke rumah," ucap Aurel seraya tersenyum lebar.

"Oh iya, sebelum pulang mau mampir dulu gak?" tanya Nathan.

Perjodohan (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang